Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang paling populer di Indonesia. Orang-orang akan semangat menonton tim kesayangannya bertanding baik secara langsung di stadion maupun melalui layar kaca. Namun, ditengah besarnya dukungan masyarakat, sepakbola Indonesia masih belum mampu banyak berkembang.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi kurangnya perkembangan sepakbola Indonesia adalah dualisme kompetisi yang pernah terjadi di Liga Indonesia. Di mana saat itu bergulis 2 kompetisi sepakbola nasional yaitu Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia.
Pada mulanya, Liga Super Indonesia yang dikelola oleh PT Liga Indonesia adalah kompetisi tertinggi yang resmi dibawah kendali PSSI. Sedangkan Liga Primer Indonesia sempat dianggap sebagai kompetisi ilegal karena tidak mendapat ijin PSSI. Namun, di tahun-tahun berikutnya justru Liga Primer Indonesia yang menjadi kompetisi resmi.
Dualisme kompetisi ini juga memberi pengaruh pada klub. Beberapa klub bahkan mengalami juga mengalami dualisme karena dua kompetisi yang berbeda.
Berikut ini adalah 3 klub sepakbola Indonesia yanh pernah mengalami dualisme:
1. Persebaya Surabaya
Awal mula dualisme Persebaya Surabaya dimulai sejak musim 2009-2010. Pada saat itu, kompetisi menyisakan 1 pertandingan terakhir bagi Persebaya dan Persik Kediri yang sama-sama berada di papan bawah klasemen. Kedua tim sama-sama harus menang agar dapat merebut posisi play-off degradasi yang saat itu dipegang oleh Pelita Jaya Karawang.
Persik sebagai tuan rumah gagal melangsungkan laga karena tidak mendapat ijin sebanyak 3 kali. Dalam aturan, jika tuan rumah tidak mampu melangsungkan laga sebanyak 2 kali, maka tim lawan dinyatakan menang 3-0. Namun yang terjadi justru sebaliknya, pelaksana liga justru memberi jadwal laga tunda. Karena merasa mendapat perlakuan tidak adil, Persebaya Surabaya tidak hadir dalam laga tunda tersebut dan dinyatakan kalah 0-3 dari Persik Kediri.
Pada musim berikutnya, Persebaya memutuskan untuk tidak mengikuti kompetisi yang dinaungi PSSI dan memilih mengikuti Liga Primer Indonesia. Hal ini membuat Persebaya Surabaya mendapat sanksi dikeluarkan dari keanggotaan PSSI.
Kemudian, PSSI Kota Surabaya membentuk Persebaya tandingan. Persebaya tandingan ini kemudian menjuluki diri sebagai Persebaya 2010, sedangkan Persebaya Liga Primer Indonesia menjuluki diri sebagai Persebaya 1927.
Persebaya 1927 kemudian kembali diakui oleh PSSI dan kembali menggunakan nama Persebaya Surabaya. Persebaya 2010 sempat berganti nama menjadi Bonek FC, Surabaya FC, Bhayangkara Surabaya FC hingga kini menjadi Bhayangkara FC. Kedua tim ini saat ini sama-sama berjuang di papan atas klasemen Liga 1.
2. Arema Malang
Selain Persebaya Surabaya, klub dari Jawa Timur yang lain yaitu Arema Malang juga mengalami dualisme, bahkan masih terjadi hingga saat ini. Arema FC berlaga di Liga 1, sedangkan Arema Indonesia harus terdampar di Liga 3 Jawa Timur.
Dualisme terjadi karena jajaran manajemen berbeda pilihan dalam memilih kompetisi yang akan diikuti dimana saat itu ada Liga Primer Indonesia yang diakui PSSI dan Liga Super Indonesia yang dianggap ilegal.
3. Persija Jakarta
Klub kebanggaan ibukota Jakarta juga pernah mengalami dualisme. Persija Jakarta dibawah naungan PT Persija Jaya Jakarta yang dibintangi oleh Bambang Pamungkas saat itu ikut serta dalam Liga Super Indonesia bersama klub-klub besar lainnya.
Di Liga Primer Indonesia, Jakarta FC kemudian juga menggunakan nama Persija Jakarta dibawah naungan PT Persija Jaya. Persija IPL inilah yang kemudian diakui oleh PSSI. Namun, Pengadilan Tinggi Jakarta Timur kemudian memberi keputusan bahwa PT Persija Jaya bukanlah operator Persija Jakarta sehingga harus tidak boleh menggunakan nama Persija Jakarta di kompetisi manapun.
Itulah 3 klub sepakbola Indonesia yang mengalami dualisme. Semoga sepakbola Indonesia semakin berkembang dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Baca Juga
-
Jarang Disadari, 4 Pengaruh Silent Treatment dalam Hubungan Rumah Tangga!
-
Yoursay dan Suara Semakin Melegenda, Selalu Menjadi Rumah untuk Penulisnya
-
4 Tips Tetap Rukun dengan Pasangan Meskipun Beda Pilihan Capres di Pemilu 2024
-
Taman Cerdas Soekarno Hatta Jebres, Multifungsi dan Favoritnya Semua Kalangan
-
Cantiknya Pantai Teluk Penyu Cilacap, Indahnya Bikin Betah
Artikel Terkait
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
Sudah Dapatkan Ole Romeny, PSSI Rupanya Masih Berburu Striker Keturunan
-
3 Penyerang yang Berpotensi Tersingkir dengan Hadirnya Ole Romeny di Timnas Indonesia
-
Erick Thohir Evaluasi Kinerja STY, Singgung Pemain Naturalisasi di Timnas
-
Absen Lawan Australia, Posisi Justin Hubner akan Digantikan Elkan Baggott?
Hobi
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?
-
Apesnya Vietnam, Pemusatan Latihan di Korea Terancam Kacau Gegara Hal Ini
-
Davide Tardozzi Ternyata Pengagum Berat Marc Marquez: Dia Pembalap Hebat
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap