Menjelang perhelatan Piala Dunia U-17, PSSI telah menugasi coach Bima Sakti untuk segera membentuk skuat terbaiknya. Pelatih yang sukses membawa Timnas U-16 menjadi kampiun di AFF U-16 tahun 2022 lalu tersebut mulai mencari bibit-bibit pemain muda, dengan dibantu oleh tiga pelatih berkelas lainnya, yakni Indra Sjafrie, Dennis Wise dan Shin Tae Yong.
Dalam statemen yang dilontarkannya di laman bolatimes, coach Bima menyatakan bahwa dirinya sangat terbuka terhadap bakat-bakat pemain diaspora. Bahkan dirinya menegaskan, tak menutup kemungkinan untuk menggunakan jasa pemain keturunan yang kini berkiprah di luar negeri.
Hal itulah yang tampaknya membuat para pemain keturunan Indonesia di luar negeri berbondong-bondong ingin bermain membela skuat Merah Putih. Tak jarang di antara mereka secara terang-terangan menyampaikan hal tersebut. Jika dinilai secara logika, hal tersebut cukup wajar, karena siapa sih yang tak ingin mentas di turnamen seakbar Piala Dunia meskipun di level U-17 tahun?
Namun perlu diingat, PSSI harus benar-benar memikirkan konsekuensi ke depan jika ingin melakukan program naturalisasi pemain untuk Timnas U-17. Jangan sampai keputusan yang seharusnya menjadi keuntungan bagi persepakbolaan Indonesia tersebut, justru menjadi sebuah bumerang bagi persepakbolaan Indonesia.
Alasannya cukup mudah untuk diterka. Ketika ada seorang pemain bermain di Piala Dunia U-17, maka para pencari bakat dari seluruh dunia dipastikan akan memantau skill dan kualitas yang dimilikinya. Yang menjadi permasalahan adalah, ketika pemain tersebut berhasil meningkatkan skill dan kualitas yang dimiliki kedepannya hingga mendapatkan kesempatan untuk membela negara lain yang memiliki tradisi sepak bola yang jauh lebih baik dan kuat dari Indonesia, bisa saja bukan dia melakukan proses pengajuan pindah negara lagi?
Hal itu juga sejatinya diperbolehkan oleh FIFA. Karena dalam Article 9 of FIFA's Regulations Governing the Application of the Statutes deals with changing association disebutkan bahwa pemain yang belum pernah memperkuat Timnas Senior suatu negara, atau memperkuat timnas senior ketika belum berusia 21 tahun, masih bisa berpindah kewarganegaraan kembali.
Jadi, PSSI mungkin harus lebih berhati-hati, jangan sampai nantinya pentas Piala Dunia U-17 ini justru dijadikan batu pijakan bagi para pemain yang memiliki tendensi pribadi, bukan berdasarkan keinginan dari hati nurani membela ibu pertiwi.
Baca Juga
-
Bela Timnas Indonesia Bertarung Melawan Jepang, Justin Hubner Harus Usung Misi Pribadi!
-
Meski Bermodalkan Skuat Mewah, Namun Menjadi Seorang Coach Shin Tae-yong Tidaklah Mudah
-
Makin Mengancam Kemapanan, Indonesia Juga Bikin Vietnam Meradang di Final AFF Futsal Championship 2024
-
Timnas Indonesia U-22, Piala AFF 2024 dan Kebijakan Potong Generasi Jilid II Shin Tae-yong
-
Rizky Ridho, dan Akselerasi Kejutannya yang Selalu Jadi Ancaman bagi Pertahanan Lawan
Artikel Terkait
-
Kevin Diks Absen Lawan Arab Saudi, Mees Hilgers Comeback?
-
Gagal Taklukkan Raja Asia, Jay Idzes Pastikan Timnas Indonesia Tak Menyerah
-
3 Alasan Giovanni van Bronckhorst Paling Cocok Gantikan Shin Tae-yong
-
Mees Hilgers: Saya Hampir Tak Melihat Apa Pun Lagi di Sana
-
Timnas Indonesia Dibantai Jepang, Pelatih Persib: Saya Benar Kan? Realistis, Indonesia Gak Bisa Menang...
Hobi
-
Teka-teki Eliano Reijnders Dicoret STY dari Skuad, Ini Kata Erick Thohir
-
Rekor Pertemuan Timnas Indonesia vs Arab Saudi, Garuda Belum Pernah Menang?
-
Gagal Taklukkan Raja Asia, Jay Idzes Pastikan Timnas Indonesia Tak Menyerah
-
Taklukkan Kembali Gregoria Mariska Tunjung, Bukti Dominasi Akane Yamaguchi
-
Debut Manis Kevin Diks di Timnas Indonesia, Nyaris Cetak Assist tapi Cedera
Terkini
-
Pilihan Hidup Sendiri: Ketika Anak Muda Memutuskan Tidak Menikah, Salahkah?
-
Kesbangpol dan PD IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama untuk Meningkatkan Toleransi dan Harmoni
-
3 Rekomendasi Film Kolaborasi Memukau Ryan Gosling dan Emma Stone
-
Hikayat Sarjana di Mana-mana
-
Jebakan Maskulinitas di Balik Tren Video Laki-laki Tidak Bercerita