Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Agus Siswanto
Kapten Timnas Indonesia U-22, Rizky Ridho Ramadhani (persija.id)

Akhirnya timnas mencoret nama Rizky Ridho dari daftar pemain. Kengototan Persija selaku klub pemilik pemain tersebut menjadi penyebabnya.

Keputusan ini jelas terasa berat bagi kedua belah pihak. Timnas yang dalam asuhan Shin Tae-yong jelas kecewa. Demikian pula pada Rizky Ridho.

Diakui atau tidak, izin yang tidak juga keluar dari Persija menjadi beban tersendiri bagi sang pemain. Sebab di hati pemain mana pun, berseragam timnas menjadi sebuah mimpi yang selalu bermain di benak mereka.

Kejadian ini menjadi pengalaman kedua Rizky Ridho. Pemain Persija pindahan dari Persebaya ini mengalami dua kejadian sama, namun ending-nya berbeda.

Pada pengalaman pertama, bergabungnya Rizky Ridho dalam skuat SEA Games ke-32 sempat terhambat. Saat itu Thomas Doll ngotot menahan pemain. Alasan adaptasi yang diajukan saat itu.

Alasan ini menjadi aneh karena BRI Liga 1 belum bergulir. Di sisi lain, tenaga Rizky Ridho tengah dibutuhkan di timnas. Meski akhirnya dilepas pada last minute, tak urung hal ini membuat jengkel Indra Syafri.

Kisah ini ternyata terulang kembali saat ini. Panggilan Shin Tae-yong terhadap Rizky Ridho untuk membela timnas U-23 mendapat tentangan lagi.

Seperti pada kasus sebelumnya, alasan yang diajukan Thomas Doll sang pelatih terasa aneh. Pasalnya Persija kali ini hanya kehilangan satu pemain.

Sementara itu, klub-klub lain kehilangan lebih dari satu pemain. Otomatis kehilangan satu pemain tidak akan terlalu berpengaruh terhadap Persija. Namun Persija keukruh dengan alasan itu.

Akhirnya pelatih pun mencoret Rizky Ridho dari daftar pemain timnas U-23. Shin Tae-yong mengalihkan pilihan pada Kanu, pemain Persis. Pelatih dari Korea Selatan ini mungkin sudah capek berseberangan dengan Thomas Doll.

Pencoretan ini pada akhirnya mendatangkan kekecewaan dari pemain tentunya. Keinginan berseragam timnas terhalang oleh klub.

Keinginan mereka terhambat karena posisi mereka yang digaji oleh klub. Klub mempunyai hak melarang pemain bergabung dengan timnas sejauh sesuai regulasi FIFA.

Dalam kasus konflik timnas dan klub kali ini, posisi klub memang lebih kuat. Pelaksanaan Piala AFF U-23 2023 di luar agenda FIFA penyebabnya.

Namun jika mengingat kepentingan timnas dan pemain sendiri, mungkin perlu ada pertimbangan lain.

Agus Siswanto