Akhirnya timnas mencoret nama Rizky Ridho dari daftar pemain. Kengototan Persija selaku klub pemilik pemain tersebut menjadi penyebabnya.
Keputusan ini jelas terasa berat bagi kedua belah pihak. Timnas yang dalam asuhan Shin Tae-yong jelas kecewa. Demikian pula pada Rizky Ridho.
Diakui atau tidak, izin yang tidak juga keluar dari Persija menjadi beban tersendiri bagi sang pemain. Sebab di hati pemain mana pun, berseragam timnas menjadi sebuah mimpi yang selalu bermain di benak mereka.
Kejadian ini menjadi pengalaman kedua Rizky Ridho. Pemain Persija pindahan dari Persebaya ini mengalami dua kejadian sama, namun ending-nya berbeda.
Pada pengalaman pertama, bergabungnya Rizky Ridho dalam skuat SEA Games ke-32 sempat terhambat. Saat itu Thomas Doll ngotot menahan pemain. Alasan adaptasi yang diajukan saat itu.
Alasan ini menjadi aneh karena BRI Liga 1 belum bergulir. Di sisi lain, tenaga Rizky Ridho tengah dibutuhkan di timnas. Meski akhirnya dilepas pada last minute, tak urung hal ini membuat jengkel Indra Syafri.
Kisah ini ternyata terulang kembali saat ini. Panggilan Shin Tae-yong terhadap Rizky Ridho untuk membela timnas U-23 mendapat tentangan lagi.
Seperti pada kasus sebelumnya, alasan yang diajukan Thomas Doll sang pelatih terasa aneh. Pasalnya Persija kali ini hanya kehilangan satu pemain.
Sementara itu, klub-klub lain kehilangan lebih dari satu pemain. Otomatis kehilangan satu pemain tidak akan terlalu berpengaruh terhadap Persija. Namun Persija keukruh dengan alasan itu.
Akhirnya pelatih pun mencoret Rizky Ridho dari daftar pemain timnas U-23. Shin Tae-yong mengalihkan pilihan pada Kanu, pemain Persis. Pelatih dari Korea Selatan ini mungkin sudah capek berseberangan dengan Thomas Doll.
Pencoretan ini pada akhirnya mendatangkan kekecewaan dari pemain tentunya. Keinginan berseragam timnas terhalang oleh klub.
Keinginan mereka terhambat karena posisi mereka yang digaji oleh klub. Klub mempunyai hak melarang pemain bergabung dengan timnas sejauh sesuai regulasi FIFA.
Dalam kasus konflik timnas dan klub kali ini, posisi klub memang lebih kuat. Pelaksanaan Piala AFF U-23 2023 di luar agenda FIFA penyebabnya.
Namun jika mengingat kepentingan timnas dan pemain sendiri, mungkin perlu ada pertimbangan lain.
Baca Juga
-
Bangkit dari Cedera, Jorji Melaju ke Final Kumamoto Masters 2025!
-
Borong 2 Gol Kemenangan ke Gawang Arema FC, Eksel Runtukahu Penuhi Janjinya
-
Meski Kalah 0-4 dari Brazil, Timnas Indonesia U-17 Masih Punya Peluang
-
Kepala BNPB Ungkap 54 Santri Pondok Pesantrean Al Khoziny Masih Tertimbun
-
AFC Cari Gara-gara Lagi dengan Indonesia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026
Artikel Terkait
-
Dicoret Bima Sakti dari Timnas Indonesia U-17, Pemain Keturunan Ini Langsung Ketiban Rezeki dari Klub Jerman
-
Pelatih Malaysia Ketar-ketir Tahu Timnas Indonesia U-23 Dilatih Shin Tae-yong, Kenapa?
-
Enggan Remehkan Timnas Indonesia U-23 di Piala AFF U-23 2023, Winger Malaysia Wanti-wanti Rekan Setimnya
-
Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia U-23 vs Malaysia U-23 di Piala AFF U-23 2023
-
Timor Leste Tampil Pede Tanpa Gali Freitas di Piala AFF U-23 2023, Yakin Menang Lawan Timnas Indonesia U-23?
Hobi
-
FIFA Matchday Bulan November dan Ulah 2 Negara Tetangga yang Harusnya Bikin Malu PSSI
-
Segera Diumumkan, Pelatih Baru Skuat Garuda Harus Rela Dirundung Standar Tinggi Warisan STY
-
FIFA Puskas Award 2025 dan Potensi Besar Lambungan Market Value Rizky Ridho
-
Ironi Besar! Munculnya Roadmap Timnas Indonesia Justru Perlihatkan Carut Marut PSSI
-
Alasan PSSI Bebankan Prestasi ke Timnas Indonesia U-23 di Ajang Sea Games, Mengapa?
Terkini
-
Saat Emosi Mengendalikan Ingatan: Mengenal Fenomena Mood-Congruent Memory
-
Moderate Reader: Indonesia Peringkat Ke 31 Negara Paling Giat Membaca Buku
-
3 Flat Shoes di Bawah 200 Ribu yang Bikin Look Makin Chic
-
Filosofi Menanam Bunga Matahari untuk Tumbuh di Tengah Quarter Life Crisis
-
IDID Melawan Batasan dan Tetap Jadi Diri Sendiri di Lagu Terbaru, Push Back