Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong sempat terlihat mengeluarkan protesnya dan marah ke wasit di final Piala AFF U-23 2023 saat melawan Vietnam.
Usai videonya viral, Shin Tae-yong pun buka suara. Mulanya, ia membahas bahwa laga Piala AFF U-23 menang diadakan untuk mengembangkan sepak bola di wilayah ASEAN.
Akan tetapi, menurut Shin Tae-yong, keputusan wasita menjadi salah satu hal yang menghancurkan pertandingan Piala AFF U-23 dengan keputusannya.
"Jadi memang AFF ini diadakan karena tujuan baik jadi biar bisa ada perkembangan sepak bola Asea. Tetapi, saya sampai sekarang masih bingung wasit kenapa menghancurkan pertandingan yang tujuannya baik seperti ini," ungkap Shin Tae-yong dikutip dari kanal YouTube KompasTV, Senin (28/08/2023).
Shin Tae-yong lalu menyinggung keputusan wasit ketika pertandingan Timnas Indonesia U-23 melawan Malaysia beberapa waktu lalu yang dirasa tidak adil.
Sebab kala itu, wasit Piala AFF U-23 2023 malah memberikan penalti padahal seharusnya tidak diperlukan. Begitupula ketika final melawan Vietnam, Timnas Indonesia malah mendapatkan penalti yang mana tak perlu melakukan tindakan itu.
"Sama, maksudnya pertandingan lawan Malaysia pun yang seharusnya bukan penalti tapi dikasih penalti," tutur Shin Tae-yong.
"Sama juga di final yang harusnya bukan penalti tapi dikasih penalti juga. Sebaliknya juga sama, maksudnya kita harusnya dapetin penalti tapi enggak dapat juga," sambungnya.
Secara blak-blakan, Shin Tae-yong menilai bahwa wasit Piala AFF U-23 2023 terlalu memihak satu tim dan membuat nasib Timnnas Indonesia U-23 tidak beruntung.
Meskipun begitu, Shin Tae-yong merasa beruntung karena penampilan memukau para pemain skuad Garuda Muda yang luar biasa.
"Maksudnya wasit terlalu memihak ke satu tim, tetapi ya untungnya para pemain yang sangat bekerja keras memang hampir bisa bawa hasil yang maksimal," tutur Shin Tae-yong.
Juru taktik asal Korea Selatan itu tetap menyayangkan segala keputusan wasit di laga Piala AFF U-23 2023 kemarin.
Selain itu, Shin Tae-yong berharap AFF bisa memperbaiki diri, terutama wasit mereka yang dinilai berlaku tidak adil terhadap Timnas Indonesia.
"Yapi ya karena kesalahan-kesalahan dari keputusan wasit yang memang memihak seperti itu ya membuat kita tidak beruntung, yang seharusnya (lawan) dapat kartu merah pun ya jadi kartu kuning. Ya seperti itu yang tidak bisa dilihat oleh wasit," beber Shin Tae-yong.
"Kalau mau AFF ini berkembang, memang harus ada perbaikan dulu hal-hal seperti ini. Jadi ya, saya berharap wasit AFF untuk ke depannya semoga bisa lebih adil dan tidak memihak ke satu tim," pungkasnya.
Baca Juga
-
Perjalanan Menemukan Makna Hidup Sejati di Novel Pencari Harta Karun
-
Sinopsis My Daughter is a Zombie Siap Segera Tayang, Brutal Tapi Kocak!
-
Keren! Rizky Pratama Riyanto Sabet 5 Kali Juara Lomba Video di Karawang
-
Menari Bersama Keberagaman: Seni Pembelajaran Diferensiasi di Kelas Modern
-
Tradisi Perempuan Jepang di Tahun 1930-an di Novel The Makioka Sisters
Artikel Terkait
-
2 Hal Menarik Soal Daffa Fasya, Kiper yang Hampir Main Jadi Outfield Player oleh Shin Tae-yong
-
3 Alasan Timnas Indonesia Bakal Tampil Mengerikan di Kualifikasi Piala Asia U-23 2024
-
Tak Minta Maaf usai Sikut Kepala Haykal Alhafiz, Pemain Vietnam Malah Bikin Netizen Indonesia Makin Kesal
-
4 Penggawa Abroad yang Bisa Dipanggil Timnas Indonesia U-23 untuk Kualifikasi Piala Asia
-
Shin Tae-yong Kritik Piala AFF: Ke Depan Harus Ada Pembenahan Wasit, Harus Adil dan Tak Memihak Satu Tim
Hobi
-
BRI Super League: Novan Setya Sasongko Ungkap Target dengan Madura United
-
5 Pemain Kunci Timnas Indonesia U-23 yang Sukses Repotkan Thailand
-
Kemenangan atas Thailand Jadi Panggung bagi Jens Raven dan Hokky Caraka
-
Aman! Kepergian Christian Horner Tak Pengaruhi Masa Depan Max Verstappen
-
Timnas Indonesia U-23 Menangi Dramatisnya Adu Penalti, Thailand Gigit Jari
Terkini
-
Perjalanan Menemukan Makna Hidup Sejati di Novel Pencari Harta Karun
-
Sinopsis My Daughter is a Zombie Siap Segera Tayang, Brutal Tapi Kocak!
-
Keren! Rizky Pratama Riyanto Sabet 5 Kali Juara Lomba Video di Karawang
-
Menari Bersama Keberagaman: Seni Pembelajaran Diferensiasi di Kelas Modern
-
Tradisi Perempuan Jepang di Tahun 1930-an di Novel The Makioka Sisters