Sudah bukan sebuah rahasia lagi jika belakangan ini Shin Tae Yong dan federasi sepak bola Indonesia, PSSI tengah gencar melakukan perburuan pemain berdarah Indonesia untuk dinaturalisasi. Pembangunan skuat yang berkualitas, menjadi muara dari guliran program yang dilakukan oleh sang pelatih.
Namun jangan salah, sejatinya proses naturalisasi para pemain berdarah Indonesia, sudah mulai dilaksanakan semenjak dekade-dekade awal di persepakbolaan Indonesia, dan mulai menanjak di dekade 2010an lalu. Namun jika dilihat dari muara dan tujuan naturalisasi itu sendiri, orientasi naturalisasi yang dulu dan sekarang sudah jauh berbeda.
Disadur dari informasi yang diunggah oleh akun TikTok Langkat TV, setidaknya terdapat dua hal pokok yang membuat naturalisasi dahulu dan sekarang berbeda jauh. Perbedaan pertama adalah tujuan naturalisasi itu sendiri. Jika di periode 2010an lalu berorientasi pada kepentingan klub, maka naturalisasi saat ini berorientasi pada kepentingan Timnas Indonesia.
Perbedaan kedua dari dua periode naturalisasi ini adalah, kunci penentu kelanjutan proses naturalisasi dahulu adalah pihak klub dan para pelatih yang berkepentingan, sementara saat ini, kunci utama dari berjalannya proses naturalisasi adalah pelatih Shin Tae Yong. Dengan kata lain, jika Shin Tae Yong setuju dengan tawaran naturalisasi terhadap seorang pemain, maka proses akan berlanjut, pun demikian sebaliknya.
Hal ini memang bukan menjadi sebuah hal yang mengada-ada. Pasalnya, jika kita berkaca pada laman wikidpr, nama-nama pemain asing yang disumpah menjadi WNI karena kepentingan klub sudah mencapai puluhan nama.
Bukan hanya pemain dengan standar biasa, di persepakbolaan Indonesia, nama-nama tersebut bahkan menjadi andalan dan memiliki nama besar di kompetisi domestik. Para pencinta sepak bola nasional pastinya sudah tak asing dengan nama-nama seperti Bio Paulin, Guy Junior, Herman Dzumafo, Fabiano Beltrame, Greg Nwokolo, Osas Saha, Otavio Dutra dan sederet nama lain yang menjadi penghias sepak bola Indonesia era 2010an.
Namun, nama-nama tersebut sayangnya tak bisa dijadikan andalan atau setidaknya mendongkrak permainan Timnas Indonesia. Alasannya pun cukup jelas, karena naturalisasi yang mereka lakukan berorientasi pada kepentingan klub, maka permainan mereka lebih cocok saat berlaga bersama klub, bukan Timnas Indonesia.
Bahkan, ketika mereka masuk dalam skuat Timnas pun tak mampu mendongkrak atau menyatu dengan skema yang dikembangkan oleh sang pelatih kala itu.
Berbeda sekali dengan saat ini bukan?
Baca Juga
-
Yotsakorn Burapha dan Gol ke Gawang Indonesia yang Selalu Bawa Petaka bagi Thailand
-
Meski Kalahkan Thailand, Catatan Gerald Vanenburg Ternyata Masih Kalah dari 2 Pendahulunya
-
Rekor 3 Pertemuan Yotsakorn Burapha vs Timnas Indonesia, Semuanya Berakhir Zonk!
-
Piala AFF U-23 dan Buyarnya Prediksi yang Dituliskan oleh Induk Sepak Bola Asia Tenggara
-
Semifinal Piala AFF U-23 dan Bekal Empat Kontestan Fase Gugur, Siapa yang Paling Unggul?
Artikel Terkait
-
Chemistry Timnas Indonesia U-17 Kian Mantap, Ambil Poin Penuh dari Ekuador Bukan Mustahil
-
Pelatih Ekuador Sudah Tahu Cara Bertempur Timnas Indonesia U-17, Dua Hal yang Paling Menonjol
-
Sadar Main di Piala Dunia Kesempatan Langka, Timnas Indonesia U-17 100 Persen Siap Tantang Ekuador
-
Timnas Ekuador Merendah? Puji Timnas Indonesia Punya Pemain Mengerikan dan Jadi Lawan Sulit Dikalahkan
Hobi
-
Pol Espargaro Komentari Performa Pecco Bagnaia: Dia Terlihat Tidak Nyaman
-
Menang Telak Lawan Arema, Performa Persija Jakarta Lampaui Ekspektasi
-
Piala AFF U-23: Bukti Totalitas Gerald Vanenburg Demi Timnas Indonesia
-
Bangga, Gigi Dall'igna Buktikan Keputusannya Pilih Marc Marquez Tidak Salah
-
Jelang BRI Super League, Madura United FC Masih Punya Dua Catatan Penting
Terkini
-
4 OOTD Soft Chic ala Kang Hanna, Bisa Buat Ngampus Sampai Ngopi!
-
Review Anime Tasokare Hotel, Kisah Sebuah Penginapan Antara Dua Dunia
-
Bintangi The Savant, Jessica Chastain Siap Bongkar Kejahatan di Dunia Maya
-
4 Gaya Girly Street Style ala Roh Jisun Buat Inspirasi Daily Outfit-mu!
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada The Fantastic Four: First Steps