Pertandingan leg kedua antara Timnas Indonesia melawan Vietnam pada Selasa (26/3/2024) lalu menyisakan dua hal berbeda untuk kedua kubu. Ketika kubu Pasukan Merah Putih merayakan hasil yang sangat memuaskan, di kubu Vietnam, mereka justru merasakan kepahitan yang cukup mendalam.
Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena selama beberapa waktu belakangan ini, Vietnam yang selama ini dikenal sebagai salah satu kekuatan persepakbolaan Asia Tenggara, mengalami penurunan prestasi yang sangat drastis. Semenjak berpindah kepelatihan dari Park Hang-seo ke Philippe Troussier, prestasi persepakbolaan Vietnam yang sempat menjadi yang terbaik di Asia Tenggara, mulai mengalami kemerosotan yang sangat tajam.
Padahal, jika dilihat dari segi apapun, seorang Troussier pastilah memiliki nama yang jauh lebih besar daripada Park Hang-seo. Dengan segudang pencapaian dan prestasi yang dimilikinya, seharusnya Troussier menjadi sebuah keputusan yang tepat bagi VFF untuk bisa menaikkan atau setidaknya mempertahankan prestasi yang telah dicapai oleh Park Hang-seo.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Troussier yang datang dengan membawa nama besar ke persepakbolaan Vietnam, justru membuat prestasi Pasukan Naga Emas menjadi turun drastis. Sebuah hal yang tentunya jauh dari ekspektasi, mengingat sosok yang didatangkan adalah Philippe Troussier dengan segudang pencapaian besarnya bersama Timnas Jepang di tahun 2002 lalu.
Hal ini tentu seharusnya menjadi sebuah perhatian tersendiri bagi PSSI. Pasalnya, hingga saat ini, induk sepak bola Indonesia tersebut belum menunjukkan inisiatif untuk membuka pembicaraan terkait perpanjangan kontrak pelatih Shin Tae-yong.
Menyadur laman Suara.com (26/1/2024) indikasi perpanjangan kontrak antara PSSI dan STY baru akan dimulai ketika pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu berhasil membawa Pasukan Muda Merah Putih melaju ke babak 8 besar gelaran Piala Asia U-23 pada bulan April mendatang.
Jika menilik apa yang terjadi pada Timnas Vietnam dan Philippe Troussier, sejatinya nama besar seorang pelatih bukanlah sebuah jaminan untuk bisa mendatangkan prestasi bagi sebuah kesebelasan. Troussier yang secara nama memiliki jenama lebih tinggi daripada Park Hang-seo, justru membuat prestasi Timnas Vietnam semakin amburadul belakangan ini.
Ditakutkan, jika nantinya PSSI tetap bersikukuh ingin menggantikan posisi STY dengan pelatih lainnya, Timnas Indonesia yang saat ini berada dalam fase prime mereka, akan bernasib sama seperti yang saat ini terjadi pada Vietnam.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
AFF Bentuk Tim ASEAN All Stars, Perlukah Para Pemain Timnas Indonesia Turut Serta?
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa
-
Semifinal AFC U-17: Saat Tim Bernapas Kuda Bertemu dengan Tim Bertenaga Badak
-
Masuki Babak 4 Besar, Tim Mana yang Paling Lemah di Semifinal Piala Asia U-17?
Artikel Terkait
-
Pundit Belanda: Kegilaan Suporter Timnas Indonesia Tak Ditemukan di Negara Lain
-
Asisten Patrick Kluivert Singgung Presiden Prabowo, Ada Apa?
-
Asisten Pelatih Timnas Indonesia Persiapkan Emil Audero Debut Lawan China
-
Usai Bela Timnas Indonesia, Nathan Tjoe-A-On Mulai Rutin Main di Swansea City
-
PSSI-nya Korsel Tunjuk Sosok Tak Terduga Jadi Dirtek, Shin Tae-yong?
Hobi
-
PSSI Segera Rekrut Direktur Teknik, Makin Serius Cari Talenta Potensial
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
-
Jadwal F1 GP Arab Saudi 2025: Lando Norris Percaya Diri Raih Hasil Positif
-
Bali United Kalah Tipis di Bandung, Stefano Cugurra Umumkan Perpisahan
-
BRI Liga: Borneo FC Harus Puas Berbagi Poin, PSM Makassar Nyaris Gigit Jari
Terkini
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin
-
Baru Tayang Raih Rating Tinggi, 5 Alasan The Haunted Palace Wajib Ditonton!
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo