PSSI resmi mengumumkan bahwa Patrick Kluivert akan menjadi pelatih timnas Indonesia menggantikan Shin Tae-yong. Dilansir dari laman resmi PSSI, pelatih berusia 48 tahun tersebut resmi diumumkan akan memimpin timnas Indonesia untuk dapat lolos ke babak putaran final Piala Dunia 2026 mendatang.
Namun, penunjukkan mantan pelatih timnas Curacao tersebut masih menimbulkan pro dan kontra. Pasalnya, Patrick Kluivert dianggap memiliki kualitas yang masih di bawah dari Shin Tae-yong dalam dunia kepelatihan.
Hal inilah yang menjadi sorotan dari banyak pihak mengenai urgensi pemecatan Shin Tae-yong dan penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih. Belum lagi timnas Indonesia saat ini memang masih berjuang untuk lolos langsung ke ajang Piala Dunia 2026.
Banyak Pihak yang Ragukan Kapasitas Patrick Kluivert di Dunia Kepelatihan
Bagi banyak penggemar sepakbola, khususnya di era 90 hingga 2000-an, nama Patrick Kluivert tentunya cukup dikenal. Dilansir dari laman transfermarkt.co.id, dirinya merupakan salah satu penyerang tajam sekaligus salah satu legenda timnas Belanda pada masanya.
Semasa aktif bermain, Patrick Kluivert dikenal telah membela beberapa klub Eropa seperti Ajax Amsterdam, FC Barcelona, AC Milan, Newcastle United, dan beberapa klub lainnya.
Namun, meskipun memiliki karier yang gemilang sebagai pemain, ternyata rekam jejak kepelatihan dari Patrick Kluivert terbilang biasa saja.
Dirinya tercatat hanya 3 kali menjadi pelatih kepala sebelum pada akhirnya ditunjuk menukangi timnas Indonesia. Rekor kepelatihannya tersebut juga cenderung kurang memuaskan selama kurang lebih 10 tahun kariernya.
Hal inilah yang kembali disoroti oleh banyak pihak mengenai keputusan PSSI menunjuk Patrick Kluivert. Belum lagi bersama Shin Tae-yong timnas Indonesia masih berpeluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
Hal inilah yang dianggap netizen sebagai perjudian yang cukup besar bagi PSSI dengan memecat Shin Tae-yong dan merekrut Patrick Kluivert.
Tentunya jika timnas Indonesia gagal lolos ke babak putaran final Piala Dunia 2026 atau gagal melaju ke babak round 4, tentunya PSSI akan disalahkan mengenai keputusannya memecat Shin Tae-yong.
Akan tetapi, jika justru timnas Indonesia lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 atau minimal masuk ke babak round 4, kemungkinan akan banyak pihak akan memuji langkah PSSI tersebut.
Jadi, kita tunggu saja bagaimana perjalanan Patrick Kluivert nantinya dalam memimpin skuad garuda di ajang kualifikasi Piala Dunia 2026 round 3 kali ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
PSSI Anak Tirikan Timnas Indonesia Senior, Media Asing Berikan Sorotan!
-
Cadangkan Zahaby Gholy saat Jumpa Brazil, Nova Arianto Berikan Klarifikasi!
-
Piala Dunia U-17: Takluk dari Brazil, Peluang Lolos Indonesia Masih Ada!
-
Misi Baru! Gagal di Edisi 2026, PSSI target Timnas Main di Piala Dunia 2030
-
PSSI Tak Masukkan Laga Uji Coba Timnas U-22 ke Kalender FIFA: Konsistensi Dipertanyakan?
Artikel Terkait
-
Anak Shin Tae-yong: Setelah Keluar dari Timnas Indonesia, Ayah Saya Akan...
-
Patrick Kluivert: Saat Laga Timnas Indonesia, Saya Berbincang dengan Erick Thohir
-
Tak Lagi Tukangi Timnas, Tiga Mobil Mewah STY Diserahkan ke Patrick Kluivert?
-
Erick Thohir ke Patrick Kluivert: Sosmed Indonesia Paling Gila!
-
3 Pemain yang Tak Ucapkan Selamat Tinggal untuk Shin Tae-yong
Hobi
-
Bukan Cuma Milik Indonesia, Catatan Kemenangan Timnas U-17 Juga Jadi Rekor Regional
-
Bikin Bangga! Ini 3 Rekor yang Dicatatkan oleh Indonesia Pasca Kalahkan Honduras
-
Piala Dunia U-17, Garuda Muda dan Nova Arianto yang Mulai Ikuti Label History Maker sang Mentor
-
Piala Dunia U-17 dan Kado Hari Pahlawan dari Skuat Garuda Muda di Laga Perpisahan
-
Bukan Sekadar Sepekan, Ada Kulminasi Latihan Keras di Balik Eksekusi Dingin Evandra Florasta!
Terkini
-
Krisdayanti Ungkap Sosok Atta Halilintar dan Pesan untuk Aurel Hermansyah
-
Kamu Gak Punya Privilege? Tenang, Hidup Tetap Bisa Kamu Menangkan!
-
Anti Geser! 4 Rekomendasi Setting Spray untuk Kulit Berminyak
-
Bukan Hanya Soal El dan Azriel, Begini Persahabatan Maia Estianty dan Kris Dayanti
-
Ketika Komunitas Sekolah Marjinal Jadi Rumah Kedua Anak Marjinal Yogyakarta