Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | M. Fuad S. T.
Kevin Diks saat memperkuat Timnas Indonesia (instagram/@fc_kobenhaavn)

Tren positif yang didapatkan oleh Timnas Indonesia di babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran ketiga tak berlanjut di matchday ketujuh.

Berbekal kemenangan penuh makna atas Arab Saudi di laga keenam, Pasukan Merah Putih kembali harus menelan kekalahan di laga melawan Australia.

Bukan hanya sekadar kalah, anak asuh Patrick Kluivert tersebut bahkan dipaksa oleh sang tuan rumah untuk kalah dengan skor telak, 1-5.

Menyadur laman AFC, lima gol Australia di laga tersebut disumbangkan oleh Martin Boyle, Nishan Velupillay, Lewis Miller dan dwigol dari Jackson Irvine. Sementara satu gol balasan dari Pasukan Merah Putih, disumbangkan oleh pemain debutan, Ole Romeny.

Pada pertandingan yang berlangsung di Sydney Football Stadium tersebut, Timnas Indonesia sejatinya tampil dengan pakem yang berbeda dari sebelumya. Jika di era kepelatihan Shin Tae-yong Skuat Garuda kerap tampil dengan gaya main bertahan, tidak demikian halnya di laga melawan Australia kali ini.

Menyadur laman match report transfermarkt.com, Patrick Kluivert langsung menampilkan formasi 4-3-3 menyerang di debutnya sebagai pelatih Garuda.

Sebuah taktik yang cukup efektif di awal pertandingan. Pasalnya, melalui taktik yang "mengurung" tersebut, Indonesia sempat mendapatkan peluang emas yang bisa saja membuak keunggulan.

Berawal dari akselerasi Rafael Struick di sisi kanan pertahanan Australia, Indonesia mendapatkan hadiah tendangan penalti pada menit ke-8. Sebuah peluang yang bisa saja membuat kans Indonesia meraih poin dari tuan rumah Australia terbuka lebar.

Namun sayangnya, Kevin Diks yang menjadi algojo, tak mampu mengonversi peluang tersebut menjadi sebuah gol. Tembakan kaki kanan pemain FC Copenhagen tersebut hanya membentur mistar gawang, dan membuat peluang emas Indonesia terbuang percuma.

Kegagalan Kevin Diks dalam mengonversi tembakan penalti itu memang sangat mengecewakan. Namun jangan salah, siapapun yang berada di posisi Kevin Diks, pastinya akan merasakan tekanan yang sangat berat.

Bagaimana tidak, ketika mengambil tendangan penalti itu, Kevin Diks harus memikul beban gol perdana untuk pribadinya, kemudian beban untuk menciptakan gol pembuka bagi Timnas Indonesia, dan yang paling berat adalah, harus berhadapan dengan mantan rekan setimnya di FC Copenhagen, yang tentu saja sedikit banyak sudah hafal dengan gaya Kevin saat menendang penalti. 

Iya, kiper Australia, Mathew Ryan sejatinya pernah berada satu klub dengan Kevin Diks di klub asal ibukota Denmark tersebut.

Dalam karier sepak bola profesionalnya, Mathew Ryan tercatat pernah bergabung bersama raksasa liga Denmark tersebut pada 9 Agustus 2022 hingga 9 Januari 2023.

Sayangnya, berbeda dengan Kevin Diks yang menjadi andalan klub semenjak pertengahan tahun 2021 lalu, karier kiper berusia 32 tahun tersebut terhitung tak terlalu mulus di Denmark.

Dalam kurang lebih setengah musim bermain untuk Copenhagen, Ryan tercatat hanya bermain sebanyak 11 kali dan kemasukan 12 gol. Sebuah catatan yang tak terlalu baik untuk seorang kiper, meskipun dirinya juga mencatatkan 5 kali cleansheet.

Meski hanya menjalani kebersamaan selama setengah musim, namun patut diingat kedua pemain ini pastinya sedikit banyak sudah tahu karakter masing-masing. Bahkan bukan tak mungkin keduanya juga berlatih penalti bersama.

Terlebih bagi Kevin Diks, yang menjadi salah satu algojo penalti utama di Copenhagen, tentunya sudah sering berlatih dengan Ryan dan kiper-kiper lainnya.

Sehingga tak mengherankan jika pada momen tendangan penalti di laga Indonesia melawan Australia, Mathew Ryan berhasil membaca arah tendangan Diks dengan baik karena sangat mungkin sudah familiar dengan style penalti pemain Timnas Indonesia tersebut.

Ternyata, beban Kevin Diks sebagai algojo penalti sangat berat ya. Apa lagi harus berhadapan dengan kiper yang sudah hafal dengan gaya eksekusinya. 

M. Fuad S. T.