Perjalanan karier pemain muda Timnas Indonesia, Rafael Struick bersama klub liga Australia, Brisbane Roar sepertinya semakin tak menunjukkan tanda-tanda positif.
Membawa harapan besar untuk memperbaiki catatan penampilan ketika memutuskan hijrah dari benua Eropa, pemain yang kini berusia 22 tahun tersebut justru semakin akrab dengan bangku cadangan tim.
Sejatinya, di awal-awal kepindahannya dulu ke Brisbane Roar di pentas A-League, Struick sempat mencicipi menit bermain yang cukup banyak. Meskipun tak menjadi pilihan utama di klub dan bukan pemain reguler, namun selama enam pertandingan beruntun dirinya selalu mendapatkan kesempatan untuk turun bermain.
Laman data Transfermarkt mencatat, meskipun tak pernah sekalipun bermain penuh waktu, namun pemain yang memiliki julukan El Klemer tersebut selalu bermain dengan minimal durasi 20 menit.
Sebuah catatan yang cukup apik, mengingat dirinya adalah pemain baru, dan secara usia datang ke klub Australia tersebut ketika belum berada dalam kondisi matang.
Namun sayangnya, semuanya berubah pasca dirinya bergabung dengan Timnas Indonesia di gelaran Piala AFF pada akhir tahun 2024 lalu. Pasca turnamen tersebut, Struick kehilangan menit bermain secara drastis.
Meskipun tercatat empat kali bermain pasca kembali dari Timnas Indonesia, namun hanya sekali saja dirinya bermain di atas angka 20 menit. Selebihnya, di tiga laga dirinya bermain paling lama hanya 9 menit saja.
Dan setelah itu, dirinya selalu menjadi penghangat bangku cadangan, dan bahkan tidak dimasukkan dalam skuat pertandingan oleh sang pelatih.
Namun demikian, meskipun karier Rafael Struick di A-League tengah mengalami fase-fase suram, namun kita harapkan pemain kelahiran 27 Maret 2003 tersebut tak memiliki pikiran untuk bermain di Liga 1 Indonesia.
Bukan bermaksud untuk merendahkan kompetisi dalam negeri, namun dengan usia Struick yang masih muda dan kemampuannya yang terbilang masih berada di atas rata-rata para pemain lokal Indonesia, ada baiknya jika dirinya melanglang buana terlebih dahulu untuk mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya.
Jikapun A-League bukanlah rumah yang tepat baginya, kemudian Liga Asia Timur masih terlalu keras untuk para pemain Indonesia, masih ada liga di kawasan Asia Tenggara lainnya yang secara kualitas lebih baik daripada liga domestik.
Mungkin ada baiknya jika Struick bertarung dan menjajal kemampuannya terlebih dahulu ke Liga Thailand sepertimana Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan, atau bahkan ke Liga Malaysia yang meskipun peringkat FIFA mereka lebih rendah daripada Indonesia, namun memiliki sistem kompetisi yang lebih baik dan tertata.
Pemilihan kompetisi yang tepat ini sejatinya juga penting bagi keberlangsungan masa depan karier Struick sendiri. Pasalnya, jika dirinya memutuskan bergabung dengan klub yang bermain di Liga 1 Indonesia, maka kans dirinya untuk pamer kebolehan di pentas yang lebih tinggi juga akan semakin minim.
Pasalnya, per musim 2025/2026 depan, klub-klub yang mewakili Indonesia di pentas internasional semakin tereduksi. Tentunya hal ini tak lepas dari minimnya koefisien poin yang didapatkan oleh para wakil Indonesia di kompetisi level benua.
Berdasarkan data dari laman footyrankings.com, di kompetisi level benua, per bulan April 2025 ini klub-klub Indonesia hanya memiliki 18,653 keofisien poin, di mana poin di 2025 ini hanya bertambah sebanyak 7,204 poin saja.
Hal tersebut membuat kualitas kompetisi sepak bola Indonesia turun ke peringkat 25, dan disalip oleh tim sekelas Kamboja yang kini berada di peringkat ke-24. Imbasnya adalah, Indonesia kehilangan jatah otomatis ke ACL 2, bahkan ACGL yang berpindah ke Kamboja.
Dan itu artinya, jika Struick memutuskan untuk pindah ke Liga Indonesia ke depannya, maka hal itu sama halnya dengan merelakan dirinya untuk bermain di kompetisi dengan jangkauan yang sempit, yakni hanya di kisaran dalam negeri saja karena minimnya wakil Indonesia di level yang lebih tinggi.
Sementara Thailand dan Malaysia, mereka bahkan punya jatah otomatis ke ACL Elit dan ACL 2 tanpa harus melalui babak kualifikasi terlebih dahulu. Sehingga, jika dirinya bergabung dengan tim Thailand atau Malaysia yang berkompetisi di pentas Asia, bukankah itu sama halnya dengan arenya unjuk gigi baginya dan kesempatan menjaring klub lain untuk terpesona dengan kemampuannya?
Jadi, jangan ke Liga 1 Indonesia dulu Struick!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
SEA Games 2025 dan Skuat Mewah Indonesia yang Tersia-Siakan Potensi Terbaiknya
-
Nestapa Timnas Indonesia di SEA Games 2025: Bisa Pulang meski Belum Mainkan Laga Kedua!
-
SEA Games 2025: 2 Alasan Vietnam dan Malaysia Bisa Lebih Memilih untuk Main Mata!
-
SEA Games 2025 dan Potensi Main Mata Malaysia-Vietnam untuk Singkirkan Pasukan Garuda Muda
-
Meski Sukses di Kanada, John Herdman Tak Cocok untuk Melatih Timnas Indonesia! Tahu Alasannya?
Artikel Terkait
-
Striker Andalan Sembuh dari Cedera, China Sesumbar Bisa Kalahkan Timnas Indonesia
-
Meski Libatkan Indonesia, Ada 3 Alasan Laga ASEAN All Stars vs MU Tak Terlalu Menarik
-
Ayah Pascal Struijk Bocorkan Pelatih Timnas Sudah Hubungi Sang Anak
-
Dean Zandbergen Kirim Kode Segera Gabung Timnas Indonesia
-
5 Pemain Top Berstatus Polisi yang Tidak Perkuat Bhayangkara FC, Siap Dibajak The Guardian?
Hobi
-
Hadapi Myanmar, Timnas Indonesia U-22 Pertaruhkan Dua Hal Sekaligus
-
Ada Ivar Jenner, Ini 3 Pemain Pilar Timnas Indonesia untuk Kalahkan Myanmar
-
Kevin Diks Ajak Timnas Indonesia Bangkit usai Gagal ke Piala Dunia 2026
-
Dituduh Jadi Sumber Konflik, Asnawi Mangkualam Beri Klarifikasi Tegas
-
SEA Games 2025: Saat Vietnam Bantu Timnas Indonesia Jaga Asa ke Semifinal
Terkini
-
Dari Innisfree hingga COSRX: Panduan Memilih Skincare Korea Halal BPOM
-
Kim Hye Yoon Buktikan Julukan 'Peri Chemistry' Lewat Drama No Tail To Tell
-
Jennifer Lawrence dan Josh Hutcherson Kembali, Fans Hunger Games Bersorak
-
Akui Tak Mengejar Puncak Karier, Vino G. Bastian: Saya Kurang Kompetitif
-
5 Tanda Otakmu Lelah karena Terlalu Banyak Melakukan Multitasking