Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Rana Fayola R.
Pemain PSIM Yogyakarta. (psimjogja.id)

Kembalinya PSIM Yogyakarta ke kasta teratas Liga Indonesia disambut dengan semangat baru dan komitmen kuat dari seluruh elemen tim. Laskar Mataram, julukan klub kebanggaan Kota Gudeg ini resmi menjadi salah satu dari tiga tim promosi Liga 1 musim 2025/2026.

Namun, promosi bukanlah titik akhir. Justru inilah awal dari langkah baru PSIM untuk membuktikan bahwa mereka bukan tim numpang lewat.

Direktur Utama PSIM Yogyakarta, Yuliana Tasno, menegaskan bahwa klub tak ingin hanya bertahan, tetapi juga berkontribusi besar dalam pengembangan sepak bola nasional, khususnya di wilayah Yogyakarta.

Sebagai bagian dari persiapan menyambut kompetisi, PSIM menggelar serangkaian audiensi strategis dengan tokoh penting, termasuk Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.

Audiensi ini menjadi bukti bahwa PSIM tidak main-main dalam membangun ekosistem sepak bola yang kuat dan berkelanjutan.

Dalam pertemuan tersebut, Yuliana memaparkan tiga fokus utama klub. Pertama, terkait venue pertandingan. PSIM hingga kini masih mencari stadion yang memenuhi standar Liga 1, terutama dalam hal pencahayaan dan penerapan single seat.

Stadion Mandala Krida dan Stadion Sultan Agung Bantul masih belum layak digunakan karena masalah teknis.

Kedua, Liana menyoroti pentingnya pengembangan jangka panjang untuk Stadion Mandala Krida. Meski belum bisa dimanfaatkan secara maksimal dalam waktu dekat, stadion ini dianggap punya potensi besar menjadi home base ideal PSIM di masa depan.

Terakhir, klub juga menaruh perhatian serius terhadap masalah fasilitas latihan. Selama bertahun-tahun, klub menjalani sesi latihan yang harus berpindah dari satu lapangan ke lapangan lain. Situasi ini tentu menyulitkan konsistensi dan fokus pemain.

“Kami pernah latihan di mana saja yang memungkinkan. Kami sewa, kami bayar, dan kami latihan. Tapi untuk tim Liga 1, pola ini tidak bisa dipertahankan,” ungkap Liana seperti menyadur ligaindonesiabaru.com, Jumat (13/6/2025).

Tanggapan dari pemerintah daerah pun positif. Wali Kota Yogyakarta menyarankan PSIM menindaklanjuti rekomendasi Gubernur DIY. Dalam pertemuan sebelumnya, Sri Sultan telah menyetujui penggunaan Stadion Maguwoharjo sebagai tempat pertandingan jangka pendek dan mengalokasikan Stadion Kridosono sebagai pusat latihan eksklusif PSIM.

Dukungan tersebut menjadi suntikan moral yang penting, terutama dalam proses adaptasi PSIM menuju kasta tertinggi. Namun yang tak kalah penting adalah kesiapan tim di lapangan. Dan itu terbukti saat PSIM tampil konsisten dan keluar sebagai juara Liga 2 musim 2024/2025.

Berjuang Keras Demi Tiket Kasta Tertinggi, PSIM Yogyakarta Bawa Bekal Positif

Perjalanan PSIM menuju kasta tertinggi tentunya bukan sekadar keberuntungan. Di babak 8 besar Liga 2, mereka memimpin Grup X dengan raihan sempurna, yakni lima kemenangan dari lima laga. Puncaknya adalah kemenangan 2-1 atas Bhayangkara FC di final, yang digelar di Stadion Manahan, Solo.

Capaian itu bukan hanya memastikan tiket promosi, tapi juga mengakhiri penantian panjang PSIM selama 18 tahun untuk kembali ke Liga 1. Prestasi ini menjadi bukti nyata dari konsistensi, kerja keras tim, dan semangat tidak menyerah yang telah mereka bangun.

Pelatih PSIM, Erwan Hendarwanto, menanggapi gelar juara dengan rendah hati. Menurutnya, promosi ke Liga 1 adalah target utama. Sebagaimana mengutip Antara News pada Februari lalu, ia mengatakan, “Ini sudah suratan takdir. Saya hanya kebetulan dipercaya berada di sini. Yang hebat bukan saya, tapi tim ini dan rezeki dari Allah."

Dengan kombinasi antara strategi manajemen yang matang, dukungan dari pemerintah daerah, dan semangat pemain serta suporter, PSIM Yogyakarta punya bekal yang cukup kuat untuk menavigasi tantangan Liga 1.

Rana Fayola R.