Di zaman serba canggih saat ini, hampir semua orang, terutama anak muda menjadi digital natives karena selalu hidup berdampingan dengan layar. DataReportal 2025 mencatat, rata-rata orang Indonesia telah menghabiskan waktu sekitar lebih dari tujuh jam per hari di internet.
Banyak yang sudah mencoba “detoks digital” dengan melalui berbagai kegiatan lain atau rehat sejenak dari media sosial. Namun, untuk generasi yang tumbuh bersama internet, kadang semua itu terasa tidak cukup sepenuhnya. Futsal pun dapat muncul sebagai pelarian. Bukan sekadar olahraga, tetapi tempat di mana pikiran, tubuh, dan perasaan mampu untuk rehat dari bisingnya dunia digital.
Fokus Penuh di Lapangan, Bukan di Layar
Ukuran lapangan futsal 40 × 20 meter memang terbilang kecil. Namun, justru di ruang sempit itu, kita dipaksa untuk bisa fokus. Pada setiap detiknya harus dapat mengambil keputusan: oper atau tembak? ke kiri atau ke kanan? Semua terasa begitu cepat. Waktu dalam permainan futsal resmi berlangsung dalam dua babak, masing-masing estimasinya yaitu 20 menit waktu efektif. Dalam waktu tersebut, perhatianmu terpaut penuh ke bola, teman setim, dan lawan.
Psikolog menyebutkan kondisi ini disebut flow state. Flow state adalah momen ketika seseorang benar-benar larut dalam aktivitas yang dilakukannya. Penelitian di Frontiers in Psychology membuktikan bahwa format permainan cepat seperti futsal sangat efektif untuk membawa pemain masuk ke kondisi tersebut. Hal ini disebabkan stres dari luar terasa jauh jika tubuh dan pikiran selaras.
Satu Kesalahan Bukanlah Akhir Dari Segalanya
Dalam futsal, semua terasa begitu dekat. Di antara salah satunya yaitu kesalahan. Ketika kehilangan bola, semua terasa begitu salah. Tetapi, di situ pula, kita belajar untuk cepat pulih. Tidak ada waktu untuk menyalahkan diri sendiri karena yang bisa dilakukan adalah lari lagi, tutup celah, dan bantu tim.
Penelitian dari jurnal Acta Gymnica juga menyatakan bahwa hanya dalam satu sesi latihan futsal, pemain berpotensi mengalami peningkatan mood positif serta penurunan ketegangan mental. Tanpa perlu duduk diam dengan mata tertutup dan menghela nafas, futsal sudah cukup untuk membuat pikiran terasa ringan.
Koneksi Nyata Gantikan Validasi Digital
Media sosial seringkali digunakan untuk pencarian pengakuan dari jumlah likes atau pun views. Namun, di lapangan yang membuat puas justru hal-hal sederhana seperti operan yang tepat sasaran, saling teriak untuk memberi kode, atau selebrasi kecil bareng tim.
WHO menyatakan bahwa aktivitas fisik secara kelompok dapat jauh lebih efektif mengurangi gejala depresi dibanding olahraga sendirian. Dan hal itu terasa nyata di dunia futsal. Dalam lapangan, seseorang bukan sekadar username seperti di media sosial, meainka seseorang yang dapat diandalkan, diajak kerja sama, dan juga dipercaya.
Saatnya Untuk Menjadi Manusia Seutuhnya Lagi
Futsal mampu memperlihatkan siapa dirimu yang sebenarnya, terutama ketika mulai kelelahan. Segala keputusan yang diambil di lapangan, memilih untuk menendang sendiri atau mengoper ke teman, semua hal itu dapat membuka cerminan dari karaktermu. Di momen seperti ini, dapat dipelajari bahwa satu kesalahan bukan hanya tentang urusan pribadi, melainkan tanggung jawab bersama.
Berbagai nilai ini yang terasa begitu krusial di era digital sekarang, ketika satu kesalahan kecil sering kali langsung diserbu komentar pedas di dunia maya. Di futsal, justru belajar untuk menerima, memperbaiki, lalu dapat kembali bermain. Semua terjadi secara nyata, tanpa filter, tanpa editan, dan tanpa harus tampil sempurna.
Apabila hari-harimu mulai terasa sesak oleh layar dan pikiran juga penuh oleh berbagai hal yang membuat resah dari dunia maya, mungkin ini saatnya untuk rehat sejenak. Ambil sepatu, ikat tali, dan masuk ke lapangan. Dengan begitu, futsal akan membuat dirimu mengerti sepenuhnya dari detoks digital yang datang lewat keringat, kerja sama, dan kebersamaan anc.axis.co.id yang digagas oleh axis.co.id.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Atta Halilintar Tetap Shalat Meski di Lapangan Futsal, Kok Malah Tuai Komentar Miring?
-
Dari Beragam Latar Jadi Satu Tim: Futsal untuk Semua
-
6 Alasan Futsal Masih Jadi Olahraga Favorit di Tengah Trend Olahraga Sekarang
-
Bukan Cuma Skill, Kekompakan Tim Futsal Lahir dari Ngopi dan Candaan Receh
-
Futsal dan Kesehatan Mental: Pelarian Positif di Tengah Tekanan Akademik
Hobi
-
Max Verstappen Tak Terbendung, Red Bull Kembali Juara di GP Italia 2025
-
Rekap Wakil ASEAN di Matchday 2 Kualifikasi AFC U-23: 3 Tim Sukses Puncaki Klasemen
-
Gerald Vanenburg Sebut Korea Tak Lebih Baik dari Indonesia, Blunder Fatal?
-
MotoGP Catalunya 2025: Perayaan Juara Dunia Tak Akan Terjadi di Misano
-
Jejak Kreatif Futsal dalam Mengubah Wajah Gaya Hidup Generasi Muda
Terkini
-
Detik-Detik Penuh Ketegangan Pekerja Hyundai-LG Digrebek Razia Terbesar: Apa yang Terjadi?
-
4 Daily OOTD Chic ala Chun Woo Hee, Bikin Gaya Kasual Jadi Lebih Stylish!
-
Ditanya Rujuk dengan Pratama Arhan, Azizah Salsha Pilih Diam Seribu Bahasa
-
Siapa Surya Wonowidjojo: Sukses Dirikan Gudang Garam, Kini Ramai Isu PHK Massal Pekerjanya
-
Kapolri Listyo Sigit Serukan Pesan Persatuan dalam Momentum Maulid Nabi