Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Para pemain Timnas Indonesia U-22 berselebrasi pasca menjebol gawang Mali (ANTARA FOTO/FAUZAN)
M. Fuad S. T.

Hasil minor yang didapatkan oleh Timnas Indonesia U-22 di pertandingan pertama kontra Filipina meninggalkan sebuah ironi besar. Selain harus menelan kekalahan dari tim yang selama ini selalu saja menjadi pihak yang lebih inferior ketika berhadapan, kekalahan dari The Young Azkals tersebut juga membuat Indonesia dipermalukan secara langsung.

Pasalnya, Indonesia yang bermodalkan skuat mewah di pemanggilan kali ini, justru harus kalah dari Timnas Filipina U-22 yang sama sekali tak diunggulkan sebelumnya.

Menyadur data yang ada di laman transfermarkt, jika dilihat dari jumlah pemain abroad yang dipanggil, Timnas Indonesia memang kalah. Ketika Indonesia hanya diperkuat oleh 3 pemain asing, di kubu Filipina mereka membawa hingga 13 pemain yang berstatus abroad.

Namun patut untuk diingat, meskipun statusnya adalah pemain abroad, namun kebanyakan dari mereka adalah pemain yang bermain di Liga Universitas. Sehingga secara kualitas keseluruhan, Pasukan Garuda Muda masih bisa dikatakan lebih mewah ketimbang para pemain Filipina, apalagi dengan para pemain Timnas Myanmar.

Namun sayangnya, mewahnya skuat Garuda Muda di gelaran SEA Games kali ini seperti tersia-siakan di tangan Indra Sjafri. Pelatih asal Sumatera Barat yang selama ini dikenal memiliki tangan dingin saat membesut Anak-Anak Garuda, hingga selesainya pertandingan melawan Filipina kemarin masih belum mampu memunculkan potensi terbaik para pemain di skuat mewahnya. 

Alih-alih membentuk kumpulan pemain terbaik yang dibawanya ke gelaran menjadi tim yang mengerikan, di pertandingan pertama kemarin anak asuh coach Indra ini justru tampil tanpa pola dan bentuk permainan yang mantap.

Padahal jika kita melihat komposisi yang ada dalam tim, tentu kita tak bisa mendapati pemain sekelas Ivar Jenner, Rafael Struick, Mauro Zijlstra ataupun nama-nama lain yang kemewahan kualitasnya mendekati mereka.

Dari sektor penjaga gawang hingga penyerangan, Skuat Garuda Muda di SEA Games kali ini dipenuhi dengan pemain-pemain kelas satu di kawasan Asia Tenggara dan cenderung lebih baik daripada tim manapun.

Dilihat dari segi kualitas abroad, tentu tak ada yang mengalahkan kualitas seorang Ivar Jenner dan Zijlstra, pun jika dilihat dari segi pengalaman bertanding di level internasional bersama tim senior, masih belum ada tim lain yang memiliki pengalaman merata seperti Indonesia yang sebagian besar para pemainnya sudah diorbitkan ke Timnas Indonesia senior di gelaran Piala AFF 2024 oleh Shin Tae-yong.

Sehingga, meskipun nama-nama yang dibawa oleh Indra Sjafri di SEA Games kali ini tak sementereng dua tahun lalu, namun jika dibandingkan dengan tim-tim kontestan lainnya, mereka tetaplah yang termewah.

Namun sekali lagi sayang, kemewahan yang dimiliki oleh Pasukan Garuda Muda di SEA Games kali ini belum bisa sepenuhnya difasilitasi dengan baik. Laga melawan Filipina kita tak bisa melihat kualitas sebenarnya dari para anak muda ini.

Dan lagi, kekalahan mereka di pertandingan pertama juga membuat tim mewah milik Indra Sjafri ini terancam untuk pulang cepat tanpa sempat mempertontonkan permainan terbaik yang mereka miliki.

Sebuah hal yang sangat ironis, ketika tim bertabur bintang dan komposisi skuat yang mewah justru harus pulang tanpa sempat mengundang decak kagum para penikmat sepak bola di regional Asia Tenggara ini. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS