MotoGP, seperti halnya olahraga lainnya, punya sederet nama besar yang pernah meramaikan kompetisi dan mengisi sejarah dengan catatan prestasi luar biasa.
Di antara sekian banyak pembalap yang pernah mengikuti ajang ini, ada lima nama yang menonjol pada masanya, mereka adalah Valentino Rossi, Casey Stoner, Dani Pedrosa, Marc Marquez, dan Jorge Lorenzo.
Kelimanya punya gaya membalap yang khas, perjalanan karier yang unik, dan drama menarik untuk diikuti. MotoGP bukan sekadar kompetisi balap ketika membahas kelima pembalap ini.
Valentino Rossi mungkin menjadi nama yang paling dikenal oleh penggemar MotoGP lintas generasi. Dengan raihan tujuh gelar juara dunia di kelas utama, The Doctor menjadi simbol MotoGP bahkan saat dirinya sudah pensiun.
Sementara itu, Casey Stoner adalah pembalap istimewa yang memberikan warna tersendiri, terutama bagi Ducati dan Honda. Ia dikenal sebagai pembalap yang memiliki talenta luar biasa.
Lalu ada Dani Pedrosa, pembalap bertubuh mungil ini memiliki teknik membalap yang sangat halus dan presisi. Meskipun tak pernah berhasil merebut gelar juara dunia di kelas utama, Dani tetap dikenang sebagai salah satu pembalap terbaik yang pernah tampil di MotoGP. Ia bahkan memegang rekor sebagai pembalap tanpa gelar dengan jumlah kemenangan terbanyak.
Kemudian, ada Marc Marquez, di sisi lain, dia adalah fenomena tersendiri. Dengan gaya agresif, mental baja, dan skill luar biasa, ia mampu meraih gelar juara 6 kali mulai tahun 2013-2019.
Di antara para legenda ini, Jorge Lorenzo menempati posisi yang cukup spesial. Dia dikenal sebagai pembalap yang disiplin dan cepat. Lorenzo berhasil meraih tiga gelar juara dunia di kelas utama dan menjadi satu-satunya pembalap yang mampu mengalahkan keempat nama besar tadi dalam perebutan gelar.
Pada musim 2015, ia berhasil menghentikan dominasi Marquez yang saat itu baru saja memenangkan kejuaraan dua kali berturut-turut. Tak hanya itu, di waktu yang sama, Lorenzo juga berhasil mengalahkan rekan setimnya sendiri, Valentino Rossi, dalam pertarungan sengit yang penuh kontroversi.
Musim itu pun dikenang karena drama besar yang melibatkan Rossi dan Marquez. Banyak yang menduga Marquez secara tidak langsung membantu Lorenzo meraih gelar dengan sengaja menahan Rossi.
Atas pencapaian ini, dalam sebuah podcast Lorenzo mengungkapkan rasa bangganya karena berhasil menjadi juara dunia di tengah persaingan ketat melawan para pembalap hebat itu.
"Maafkan saya karena mengatakan ini, tapi saya satu-satunya yang pernah mengalahkan semua pembalap itu di kejuaraan dunia. Saya tidak mengatakan saya terbaik sepanjang masa, tapi tentu saja satu-satunya yang pernah memenangkan gelar melawan Rossi, Stoner, Pedrosa, dan Marquez. Rossi belum pernah mengalahkan Marquez dan Stoner, dan dia belum pernah bertanding melawan Marc, sementara Pedroaa belum pernah memenangkan kejuaraan dunia," ujar Lorenzo, dilansir dari laman GPOne.
Di sisi lain, Lorenzo tetap menunjukkan rasa kagumnya kepada Marquez, bahkan dia tak ragu menyebut mantan rekan setimnya itu sebagai kandidat kuat untuk meraih gelar musim 2025 ini.
"Jika tidak ada nasib buruk, dia akan memenangkan gelar juara tahun 2025. Kita hampir bisa mengukir namanya di piala ini," tambahnya.
Setelah mengakhiri karier balapnya pada 2019, dengan Repsol Honda sebagai tim terakhir yang ia bela, Lorenzo memutuskan untuk pensiun usai mengalami cedera serius, termasuk insiden patah tulang belakang di GP Assen.
Walau sudah tak lagi membalap, Lorenzo tak benar-benar meninggalkan dunia MotoGP. Dia sempat menjalani peran sebagai test rider Yamaha dan kini aktif sebagai komentator yang kerap membagikan pandangannya seputar dunia balap.
Baca Juga
-
Jadwal MotoGP San Marino 2025: Waktunya Pembalap Italia Unjuk Gigi
-
MotoGP Catalunya 2025: Perayaan Juara Dunia Tak Akan Terjadi di Misano
-
Sprint Race MotoGP Catalunya 2025: Alex Marquez Giveaway Medali Kemenangan
-
Terdepak dari Pramac, Miguel Oliveira: Keputusan Ini Mengejutkan Saya
-
CEO MotoGP Enggan Hentikan Marc Marquez yang Dianggap 'Terlalu Mendominasi'
Artikel Terkait
Hobi
-
Ironis! Hanya Indonesia, Tim Semifinalis yang Gagal Lolos ke Putaran Final AFC U-23
-
Erick Thohir Limpahkan Tanggung Jawab soal Timnas Indonesia U-23 ke Dirtek
-
FIFA Matchday Lawan Lebanon dan Minimnya Taktik yang Dimiliki oleh Patrick Kluivert
-
Futsal: Cara Asyik Jaga Kompak dan Tetap Fit
-
Ucapan Gerald Vanenburg Terbukti Omong Kosong, Timnas Indonesia Downgrade!
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Keponakan Prabowo, Ini Profil Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Nabung Itu Wacana, Checkout Itu Realita: Melihat Masalah Nasional Gen Z
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat