Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Vietnam di final Piala AFF U-23 edisi 2025 (soha.vn)

Seiring dengan pergantian pelatih di Timnas Indonesia U-23, perubahan permainan besar-besaran pun terjadi di tubuh skuat. Jika di bawah asuhan Shin Tae-yong dulu Timnas Indonesia U-23 memiliki filosofi bermain cenderung bertahan dan melakukan serangan balik cepat, maka tidak demikian halnya dengan permainan Skuat Garuda Muda saat berada di bawah polesan pelatih Gerald Vanenburg.

Sepertimana yang terlihat di gelaran Piala AFF U-23 kali ini, pakem permainan Timnas Indonesia U-23 memang berubah cukup drastis. Di bawah polesan pelatih Gerald, mereka memainkan filosofi sepak bola menyerang dan berorientasi pada penguasaan permainan atas lawan-lawannya.

Namun sayangnya, bukan hanya filosofi permainan saja yang berubah. Ternyata, ada hal-hal baik yang diwariskan oleh STY di Timnas Indonesia U-23 kini mulai memudar. Stidaknya, jika kita melihat sepak terjang Timnas Indonesia U-23 di Piala AFF U-23 lalu, ada hal-hal positif yang ditinggalkan oleh STY mulai menghilang dari permainan skuat.

Apa sajakah itu? Mari kita bahas bersama!

1. Sistem Antisipasi Serangan Balik

Hal pertama yang mulai memudar dalam sistem permainan yang kini dimiliki oleh Timnas Indonesia U-23 adalah sistem antisipasi serangan balik yang mereka miliki. Ketika masih dilatih oleh Shin Tae-yong, Skuat Garuda baik yang level senior maupun junior, memiliki sistem pertahanan yang compact dan saling cover.

Sehingga, ketika terjadi serangan balik dari pihak lawan, selain ada pemain yang mengadang, selalu ada pemain lain yang bertugas untuk menjaga area di belakang zona pertarungan. Namun sayangnya, di turnamen Piala AFF U-23 ini sistem tersebut terbilang mulai terkikis.

Gol dari Yotsakorn Burapha di babak semifinal, menjadi bukti sahih dari hilangnya sistem warisan dari STY ini. Dan ironisnya, ketika Indonesia berjumpa dengan Brunei Darussalam, sistem pertahanan Indonesia juga beberapa kali kocar-kacir ketika The Young Bees melakukan serangan balik ke pertahanan mereka.

2. Serangan Balik Cepat

Skema warisan STY yang kini mulai memudar di tubuh Timnas Indonesia U-23 era Gerald Vanenburg adalah serangan balik cepat yang efektif. Di era kepelatihan STY, pelatih berkebangsaan Korea Selatan tersebut memanfaatkan kecepatan yang dimiliki oleh para penggawa Garuda untuk melakukan serangan balik cepat, yang mana seringkali berbuah efektif.

Kita tentu masih ingat dengan momen dua gol Marceng ke gawang Arab Saudi di babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia ronde ketiga, atau gol-gol Indonesia di pentas Piala Asia U-23 edisi tahun lalu. Kebanyakan dari lesakan itu merupakan buah dari skema serangan balik cepat yang mereka peragakan.

Dan di era Gerald Vanenburg yang berorientasi pada penguasaan bola, banyak momen yang seharusnya bisa menjadi tumpuan untuk melakukan serangan balik cepat justru terbuang percuma karena anak-anak Garuda lebih memilih untuk melakukan delay permainan dengan melakukan umpan-umpan negatif ke arah belakang.

3. Antisipasi Bola-Bola Udara

Ketika masih dilatih oleh Shin Tae-yong, Timnas Indonesia segala level usia, mulai dari junior hingga senior dikenal memiliki ketangguhan dalam hal duel bola-bola udara. Jangankan tim-tim yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, negara-negara mapan dalam persepakbolaan benua Asia sekelas Arab Saudi, Irak, Bahrain, Kuwait, Yordania, Korea Selatan dan tim-tim selevel mereka pun sangat sukar untuk bisa menaklukkan sistem pertahanan bola udara yang dibangun oleh para penggawa Garuda.

Namun sayangnya, warisan yang ditinggalkan oleh STY tersebut kini terlihat memudar. Pada partai puncak gelaran yang seharusnya menjadi pertarungan penentu label juara, Indonesia justru bertekuk lutut karena mereka lemah dalam mengantisipasi bola atas yang berasal dari skema sepak pojok pemain Vietnam di menit ke-37.

Memang, setiap pelatih memiliki filosofi dan gaya melatih yang berbeda. Semoga saja di era Gerald Vanenburg ini, hal-hal baik yang pernah didapatkan oleh Indonesia ketika masih dilatih oleh STY minimal bisa disamai, syukur-syukur bisa melebihinya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

M. Fuad S. T.