Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Desyta Rina Marta Guritno
Ducati Lenovo Team (Instagram/@dallignaluigi)

Ducati tengah menikmati masa keemasan dalam sejarah mereka di ajang MotoGP. Setelah lebih dari satu dekade penantian panjang, tim asal Italia ini akhirnya kembali meraih kejayaan pada tahun 2022 lewat performa impresif Pecco Bagnaia.

Gelar itu sangat berarti, bukan hanya karena menjadi gelar pertama Ducati sejak 2007, tetapi juga karena menandai kembalinya mereka ke puncak kompetisi dengan motor yang benar-benar kompetitif.

Momentum tersebut tidak berhenti sampai di situ. Pada musim 2023, Bagnaia kembali menunjukkan kemampuannya dan sukses mempertahankan gelar juara dunia bersama tim pabrikan Ducati.

Dominasi Ducati semakin jelas ketika musim 2024 dikuasai oleh Jorge Martin, pembalap dari tim satelit mereka, Pramac Racing. Meski bukan dari tim utama, Martin sukses menaklukkan musim dan membawa pulang gelar juara dunia, sebuah pencapaian bersejarah yang memperlihatkan betapa kuatnya motor Ducati saat ini.

Masuk ke musim 2025, Ducati kembali membuat gebrakan besar. Banyak yang menyangka bahwa mereka akan mempertahankan Enea Bastianini atau Jorge Martin untuk mendampingi Bagnaia di tim utama.

Namun, keputusan mengejutkan diambil, mereka merekrut Marc Marquez. Langkah ini sempat menimbulkan perdebatan, mengingat Marquez sudah berumur dan juga telah mengalami masa-masa sulit akibat cedera. Akan tetapi, keputusan itu ternyata cukup tepat sejauh ini.

Dari tiga pembalap yang menggunakan motor terbaru Ducati, Desmosedici GP25, hanya Marquez yang mampu menunjukkan performa konsisten dan mampu menjinakkan karakter motor tersebut.

Sementara itu, Bagnaia yang merupakan andalan utama tim justru sedang menghadapi masa sulit. Sejumlah masalah teknis dan adaptasi dengan motor baru membuat penampilannya belum stabil.

Di sisi lain, ada Fabio Di Giannantonio yang juga mengendarai GP25 belum menunjukkan performa yang meyakinkan. Fakta ini semakin menguatkan betapa pentingnya kehadiran Marquez dalam menjaga kekuatan Ducati di lintasan.

Meski saat ini berada di puncak, Ducati tak bisa berleha-leha. Hal ini dikare akan MotoGP akan memasuki era baru pada tahun 2027, di mana regulasi teknis akan mengalami perubahan besar.

Kapasitas mesin akan dikurangi menjadi 850cc dan pemasok ban akan berganti ke Pirelli. Dua perubahan ini dianggap akan mengubah banyak hal di MotoGP, termasuk siapa-siapa yang akan tampil sebagai yang terbaik.

CEO Ducati, Claudio Domenicali, pun mengakui bahwa mempertahankan dominasi di era baru nanti bukan perkara mudah. Semua tim akan memulai dari titik yang sama, dan keunggulan teknologi yang mereka miliki saat ini mungkin tidak lagi relevan.

"Ini akan menjadi tantangan besar bagi kami. Dengan konfigurasi saat ini, maksud saya aerodinamika dan rear ride high device, kami telah mendapatkan tempat sebagai pemimpin. Kami membawa teknologi ini ke kejuaraan. Jika Anda menghilangkan hal-hal ini, semua orang akan mulai dari awal lagi," ujar Domenicali, dilansir dari laman MotoGP News.

Hal yang membuat tantangan semakin besar adalah Ducati kemungkinan akan mengalami perubahan besar dalam komposisi pembalap karena kontrak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia sama-sama akan berakhir di penghujung musim 2026.

Artinya, pada tahun pertama era baru MotoGP, Ducati bisa jadi harus memulai dengan duet pembalap yang benar-benar baru. Situasi ini tentu menjadi perhatian serius bagi mereka.

Konsistensi dan keberhasilan yang telah mereka bangun dalam beberapa tahun terakhir bisa runtuh jika mereka tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang akan datang.

Dengan segala tantangan itu, Ducati tetap menunjukkan ambisi besar. Domenicali menambahkam bahwa Gigi Dall'igna dan pasukannya sedang bersiap untuk menghadapi era tersebut. Mereka tidak hanya ingin menang saat ini, tetapi juga berupaya membangun fondasi kuat untuk tetap bersaing di masa depan.

Desyta Rina Marta Guritno