Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Desyta Rina Marta Guritno
Honda (Instagram/hrc_motogp)

Honda akhirnya menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah beberapa musim terpuruk di pentas MotoGP. Sejak era kejayaan terakhir yang ditutup dengan gelar juara dunia Marc Marquez pada 2019, pabrikan asal Jepang ini kesulitan untuk kembali ke barisan depan.

Rentetan musim yang diwarnai hasil kurang memuaskan, pengembangan motor yang stagnan, hingga kehilangan pembalap andalan, membuat Honda seolah kehilangan arah dalam persaingan yang semakin ketat. Namun, kini harapan baru muncul setelah mereka merekrut salah satu nama besar di dunia pengembangan motor balap, yakni Romano Albesiano.

Kehadiran Albesiano di posisi direktur teknis membawa angin segar bagi Honda. Pria yang sebelumnya menjadi tokoh penting di balik kemajuan pesat Aprilia ini dikenal sebagai ahli dalam hal aerodinamika, sebuah aspek vital dalam dunia MotoGP modern yang selama ini kurang mendapat perhatian serius dari Honda.

Albesiano bukan sekadar insinyur biasa, ia adalah sosok yang mampu membaca arah pengembangan motor berdasarkan kebutuhan zaman, dan kontribusinya di Aprilia membuktikan hal itu. Melalui pendekatan yang efektif, ia mampu membuat Aprilia menjadi penantang yang cukup tangguh dalam beberapa musim terakhir.

Seperti yang kita tahu, bagaimana pabrikan asal Noale itu dulu sangat kesulitan untuk bisa finis di 10 besar, kehadiran mereka di MotoGP seolah hanya sebagai pelengkap saja. Namun, dalam beberapa waktu terakhir mereka berhasil unjuk gigi.

Tahun lalu finis di urutan kedua klasemen konstruktor, dan tampaknya akan berlanjut tahun ini, apalagi mereka memiliki dua pembalap yang kompetitif, yakni Marco Bezzecchi dan Jorge Martin.

Saat ini, tokoh dibalik kemajuan itu dipercaya untuk mengembalikan Honda ke jalur kemenangan. Dalam evaluasi awalnya, Albesiano menyampaikan bahwa salah satu akar permasalahan yang dihadapi Honda selama ini adalah keterlambatan dalam memahami dan mengembangkan sektor aerodinamika.

Di saat pabrikan lain berlomba-lomba menciptakan dan mengembangkan teknologi ini, Honda justru tertinggal dan baru mulai serius mempelajarinya beberapa waktu belakangan.

"Area sepeda motor ini sama sekali tidak diperhitungan, pengetahuan tentang gaya yang bekerja pada sepeda motor sama sekali tidak ada," kata Albesiano, dilansir dari laman MotoGP News.

Penunjukan Albesiano tak hanya penting untuk perbaikan jangka pendek, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang Honda menyongsong perubahan besar yang akan terjadi pada 2027.

Di tahun tersebut, MotoGP akan memasuki era regulasi baru, termasuk pengurangan kapasitas mesin dan perubahan pemasok ban. Honda tentu tak ingin kembali menjadi pihak yang terlambat beradaptasi.

Oleh karena itu, keberadaan Albesiano di tim teknis sejak sekarang diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat untuk menghadapi perubahan tersebut dengan percaya diri.

Musim ini memang belum menunjukkan lonjakan signifikan dalam klasemen, namun ada secercah harapan. Dari 12 balapan yang telah digelar sejauh ini, Honda berhasil mengumpulkan 84 poin, angka yang memang belum ideal, tetapi menunjukkan peningkatan dibandingkan musim sebelumnya.

Momen terbaik mereka datang di Grand Prix Prancis, ketika Johann Zarco dari tim satelit LCR Honda berhasil meraih kemenangan. Ini menjadi podium tertinggi pertama Honda sejak kemenangan Alex Rins di Amerika 2 tahun lalu, sekaligus menjadi bukti bahwa potensi RC213V belum sepenuhnya hilang.

Kemenangan mungkin masih datang dan pergi, tapi cukup untuk membangkitkan semangat tim bahwa kebangkitan bukan sekadar impian kosong. Dengan pengalaman dan visi Albesiano, Honda kini memiliki figur yang tepat untuk membimbing tim menuju arah yang lebih kompetitif.

Tantangan ke depan memang tak mudah, tapi dengan fondasi baru yang tengah dibangun, tak mustahil Honda akan kembali menjadi raksasa yang ditakuti di MotoGP.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Desyta Rina Marta Guritno