Hikmawan Firdaus | M. Fuad S. T.
Rafael Struick (instagram /afcasiancup)
M. Fuad S. T.

Setelah menjalani musim yang tak memihak di pentas persepakbolaan benua Eropa dan Australia, Rafael Struick akhirnya memutuskan untuk berlabuh di klub tanah air.

Sepertimana dilansir dari data yang ada di laman transfermarkt.com, penyerang andalan Timnas Indonesia di era kepelatihan Shin Tae-yong tersebut memilih untuk merapat ke klub papan atas Liga Indonesia musim lalu, Dewa United.

Secara resmi, keterikatan Struick dengan klub yang kini berpindah home base ke Banten tersebut dimulai pada 16 Juli 2025 lalu, dan akan terus bersama hingga beberapa waktu mendatang.

Bagi pemain sekelas Rafael Struick, menjalani pertarungan di kompetisi sekelas Indonesia Super League tentunya secara teori bukanlah sebuah hal yang berat. Pasalnya, pemain lain yang secara kualitas dapat dikatakan biasa-biasa saja, mampu bertahan dan memberikan warna di kompetisi dalam negeri.

Sehingga, secara asumsi kasar, kualitas yang dimiliki oleh Struick, ditambah lagi dengan pengalamannya yang cukup mewah di usia muda, seharusnya membuat dirinya bisa setidaknya "memiliki nama" di kerasnya persaingan persepakbolaan dalam negeri.

Namun sayangnya, bekal kualitas dan pengalaman yang dimiliki oleh Struick tampaknya belumlah cukup untuk bisa menaklukkan kerasnya persaingan di kompetisi kelas wahid di tanah air. Pasalnya, untuk bisa terus menjadi sorotan dan menggemakan nama di kompetisi tanah air, ada hal-hal lain yang patut dimiliki oleh seorang pemain seperti Struick, agar setidaknya namanya tak tenggelam karena ternafikan imbas penampilan yang sesuai dengan harapan. 

Memang, secara teknis kita semua mengakui bahwa Struick memang memiliki kualitas yang bagus. Secara mental bertarung pun pemain ini dikenal memiliki jiwa bersaing yang cukup gigih dan pantang menyerah.

Namun yang menjadi permasalahan adalah, hal-hal nonteknis yang selama ini turut memengaruhi setiap gerak-gerik penampil di lapangan hijau! Dan hal inilah yang saat ini menjadi problem bagi Struick, yang mana hal tersebut terus mengintai sang pemain.

Patut digarisbawahi, Struick datang ke Indonesia dengan membawa nama besar, dan juga memiliki label sebagai pemain Timnas Indonesia. Tentunya, harapan besar pun tersemat di pundak sang pemain.

Bukan hanya harapan dari basis supoerter Dewa United, namun juga harapan-harapan yang ada di benak para pendukung Timnas Indonesia, di mana mereka selalu menjadi penyokong setia El Klemer saat berzirah Merah Putih dan bertarung di arena.

Setiap Struick turun bermain, tentunya yang diharapkan oleh mereka adalah penampilan apik dari sang pemain. Jika tak mampu menciptakan gol, maka setidaknya assist atau aksi-aksi individual nan memantik pujian lah yang mereka harapkan muncul dari seorang Struick.

Karena jika sang pemain gagal memenuhi ekspektasi tersebut, tentunya rasa kecewa akan muncul di barisan para penggemar berekspektasi tinggi, yang mana hal tersebut bisa langsung berbalik arah menjadi suara-suara minor yang terarah padanya.

Dan sepertinya, hal inilah yang terjadi pada Struick di awal-awal musim 2025/2026 ini bersama Dewa United. Ketika pemain berusia 22 tahun tersebut menjalani laga debut melawan Malut United (9/8/2025), banyak yang berharap sang pemain mampu memberikan hasil positif bagi klubnya.

Namun sayangnya, di 45 menit pertama penampilannya bersama Dewa United, Struick masih belum mampu menemukan formula yang tepat untuk bisa menghentakkan ritme permainannya agar bisa sepadan dengan kultur persepakbolaan dalam negeri.

Alhasil, kualitas yang dimilikinya pun tak muncul di laga debutnya melawan Malut, dan justru tertutup karena faktor-faktor nonteknis seperti beban berat yang disandangnya di laga tersebut.

Ironisnya lagi adalah, faktor-faktor nonteknis itu hingga pekan ketiga masih saja terus menggelayuti seorang Struick dalam penampilannya bersama Dewa United.

Alih-alih bermain gahar seperti ketika memperkuat Timnas Indonesia, tiga penampilan pertamanya bersama Dewa United justru berakhir dengan cukup mengecewakan, di mana dalam tiga penampilan tersebut, dirinya tak mampu bermain gemilang, dan hanya bisa mencatatkan statistik tiga tembakan saja yang mana semuanya terbagi satu untuk masing-masing pertandingannya.

Lantas, sampai kapan kah Struick ini akan terus terkendala dengan faktor nonteknis seperti ini? Cukup sampai di laga keempat, atau bakal terus berlanjut di pekan-pekan mendatang?