Hayuning Ratri Hapsari | M. Fuad S. T.
Pertandingan antara Malaysia melawan Vietnam di babak kualifikasi Piala Asia 2027 (the-afc.com)
M. Fuad S. T.

Keputusan yang kurang populer dilakukan oleh induk sepak bola Vietnam, VFF jelang bergulirnya FIFA matchday bulan September 2025.

Pada rentangan waktu resmi yang dialokasikan oleh FIFA bagi para membernya untuk melakukan push rank tersebut, induk sepak bola Vietnam justru terkesan mengabaikan segala keuntungan yang akan mereka dapatkan jika menyelenggarakan pertarungan berlevel antar negara.

Alih-alih mengagendakan pertarungan melawan negara lainnya untuk meraup banyak manfaat, VFF justru merencanakan dua pertarungan yang tak seimbang bagi Tim Naga Emas dengan melawan dua tim lokal dari Liga Vietnam.

Sepertimana informasi yang diunggah oleh akun instagram @theaseanfootball (27/8/2025), pada rentangan FIFA matchday bulan September nanti anak asuh Kim Sang-sik tersebut justru diagendakan bakal bertarung melawan Thep Xanh Nam Dinh dan Cong An Ha Noi.

Meskipun di kancah persepakbolaan Vietnam kedua klub tersebut merupakan tim yang sarat dengan pencapaian prestasi, namun tetap saja dua pertandingan yang akan dijalankan oleh Timnas Vietnam tersebut hanya akan menjadi sebuah pertandingan yang tak bermakna, mengingat tim-tim yang akan bertarung tersebut tak berada di level yang sama.

Apa yang Dilakukan oleh Timnas Vietnam, Identik dengan Timnas Indonesia di Masa Kelam

Uniknya, apa yang kini dilakukan oleh federasi sepak bola Vietnam yang lebih memilih untuk mempertemukan timnas mereka dengan klub-klub lokal, sangat mirip dengan apa yang terjadi dengan Timnas Indonesia di masa-masa kegelapan dulu.

Para pendukung setia Timnas Indonesia yang sudah mengikuti perjalanan Pasukan Merah Putih sebelum tahun 2010 lalu tentunya masih sangat ingat bagaimana pola yang dikembangkan oleh federasi ketika mereka membentuk tim untuk menjalani suatu turnamen.

Sama halnya seperti yang dilakukan oleh VFF, para pimpinan di PSSI selalu saja memandang guliran FIFA matchday atau masa-masa uji coba resmi dari FIFA dengan ogah-ogahan.

Alih-alih melakukan pertandingan tandang ke negara lain, untuk sekadar mendatangkan Timnas dari negara lain untuk mengajaknya beruji coba pun sangat jarang untuk dilakukan oleh PSSI.

Alhasil, dalam mengukur kekuatan Timnas Indonesia kala itu, PSSI lebih gemar mencari lawan dari klub-klub lokal, yang mana sama sekali tak merepresentasikan kekuatan sebenarnya dari timnas yang tengah dibangun.

Ibarat kata, ketika Timnas Indonesia berhadapan dengan klub-klub lokal dari Liga Indonesia, mereka ibarat makan buah simalakama.

Ketika mereka memenagi pertandingan dianggap sebagai sebuah hal yang wajar, namun ketika menelan kekalahan, maka hal tersebut sama sekali tak bisa dimasukkan dalam sebuah taraf kepantasan.

Maka tak mengherankan jika para penggemar kawakan Timnas Indonesia mendengar iklan bakal adanya laga uji coba antara Timnas Indonesia melawan Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, bahkan klub-klub lain yang saat itu berstatus sebagai tim yang "biasa-biasa saja" di kompetisi domestik.

Dan hal tersebut terus saja berulang, yang mana baru mulai terkikis semenjak transformasi persepakbolaan nasional di tahun 2017 hingga saat ini. 

Tentunya kita saat ini sedikit bersyukur dengan semakin meleknya para petinggi federasi sepak bola Indonesia terkait dengan FIFA matchday.

Pemilihan-pemilihan lawan yang tepat, yang mana bukan hanya berorientasi pada hiburan namun juga berfokus pada push rank dan juga peningkatan kualitas, kini sudah menjadi sebuah hal wajib yang harus masuk dalam perhitungan.

Bahkan, dalam beberapa tahun belakangan ini, para petinggi federasi sudah dari jauh-jauh hari dalam menyiapkan agenda uji coba Timnas Indonesia, sehingga iklan-iklan uji coba yang mempertemukan antara Timnas Indonesia kesayangan kita dengan klub-klub lokal, sudah tak terdengar lagi gaungannya.