Jika ada yang bertanya olahraga apa yang paling menguras tenaga dalam waktu singkat, banyak orang mungkin akan menyebut sepak bola, basket, atau tinju. Namun, studi fisiologi olahraga justru menunjukkan jawaban mengejutkan, yaitu futsal.
Ya, olahraga lima lawan lima di lapangan kecil ini memiliki work rate atau tingkat kerja tubuh per menit yang paling tinggi dibanding banyak olahraga populer lainnya. Hal ini sudah dibuktikan dalam penelitian yang dimuat di Journal of Sports Sciences (Barbero-Alvarez et al., 2008), di mana rata-rata detak jantung pemain futsal mencapai 90% dari kapasitas maksimal selama pertandingan. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata intensitas sepak bola.
Fenomena ini bisa semakin terasa dalam turnamen futsal nasional yang bisa diikuti lewat anc.axis.co.id. Bukan hanya soal kompetisi, futsal juga menciptakan ruang kebersamaan yang erat. Dengan dukungan informasi dan akses yang mudah melalui axis.co.id, anak muda semakin dekat dengan ekosistem futsal, baik sebagai pemain, penonton, maupun pendukung kreatif di sekitarnya.
Banyak orang meremehkan futsal karena ukurannya lebih kecil dibanding sepak bola. Tapi justru ukuran lapangan futsal yang lebih sempit itulah yang membuat permainan jadi super intens. Tidak ada ruang untuk berdiam diri. Begitu bola bergerak, semua pemain harus aktif, berlari, menekan, dan bereaksi cepat.
Jika dalam sepak bola ada waktu untuk jogging santai di sisi lapangan, dalam futsal hampir tidak ada ruang untuk itu. Ritme cepat ini yang membuat energi terkuras dalam waktu singkat.
Jarang disadari, bola futsal berbeda dengan bola sepak bola biasa. Bola futsal lebih kecil dan lebih berat dengan pantulan rendah. Desain ini memang sengaja dibuat agar permainan terkendali di lapangan sempit.
Namun, efeknya pada tubuh juga luar biasa, pemain harus mengeluarkan tenaga lebih untuk mengontrol dan menendang bola. Setiap sentuhan bola butuh tenaga dan konsentrasi ekstra.
Pertandingan futsal rata-rata menghasilkan lebih banyak gol dibanding sepak bola. Setiap gol, entah itu kemenangan atau kebobolan, akan memicu lonjakan emosi. Kondisi ini membuat detak jantung pemain terus naik turun dengan cepat. Itulah sebabnya futsal tidak hanya menguras fisik, tapi juga menantang secara emosional.
Aturan futsal memperbolehkan pergantian pemain tanpa batas. Alasannya jelas, yaitu intensitas permainan terlalu tinggi untuk dimainkan terus-menerus tanpa jeda.
Fakta ini menunjukkan bahwa tubuh manusia tidak bisa menahan intensitas futsal lebih dari beberapa menit. Jadi, rotasi pemain adalah cara untuk menjaga kualitas permainan tetap tinggi.
Durasi futsal adalah 2x20 menit, terlihat singkat dibanding sepak bola 2x45 menit. Namun, sistem stop clock membuat waktu real bermain bisa lebih panjang, bahkan hampir satu jam. Bedanya, selama periode itu pemain aktif hampir tanpa henti.
Sebuah penelitian lain dari International Journal of Sports Medicine (Castagna et al., 2009) menyebutkan bahwa dalam satu pertandingan, pemain futsal bisa menempuh jarak 4–5 km dengan intensitas sprint berulang. Itu sebabnya, meskipun lebih singkat, energi yang terbakar sama besarnya bahkan lebih tinggi daripada sepak bola.
Selain fisik, futsal menuntut kerja otak cepat. Formasi futsal sederhana seperti 2-2 atau 3-1 mengajarkan pemain disiplin posisi. Satu saja lengah, lawan bisa langsung mencetak gol. Taktik seperti flying goalkeeper membuat permainan semakin menegangkan. Semua ini membuat pemain harus selalu fokus, menguras tenaga fisik sekaligus mental.
Dengan segala intensitasnya, futsal justru menjadi ruang pelepasan energi yang ampuh. Bagi banyak anak muda, bermain futsal adalah cara untuk melepas stres, melupakan masalah sejenak, dan menemukan kebersamaan.
Kalori terbakar, keringat bercucuran, emosi tersalurkan, dan setelahnya tubuh terasa lebih ringan. Inilah yang membuat futsal bukan hanya olahraga, melainkan juga terapi sederhana.
Futsal membuktikan bahwa olahraga tidak harus lama atau dimainkan di lapangan besar untuk memberikan dampak luar biasa. Dari lapangan kecil, lahir intensitas besar yang membuat futsal pantas disebut olahraga dengan work rate tertinggi di dunia.
Baca Juga
-
Ulasan Buku The Art of Stoicism, Misi Pencarian Makna tentang Kehidupan
-
Fenomena Job Hugging, Tanda Loyalitas atau Karier Stagnan?
-
Mengubah Hobi Jadi Gaya Hidup Sehat Lewat Olahraga Futsal
-
Futsal dan Tren Urbanisasi: Solusi Ruang Terbatas di Lingkup Perkotaan
-
Bukan Sekadar Hobi, Futsal sebagai Investasi Kesehatan Jangka Panjang
Artikel Terkait
-
Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
-
Bukan Asal Keringetan: 4 Olahraga Hits yang Jadi Gaya Hidup Gen Z
-
Prediksi Potensi Bisnis di Ekosistem Futsal: Lapangan Kecil, Ekonomi Besar
-
Sejarah Futsal: Olahraga Serius yang Lahir dari Iseng-Iseng
-
Power Play dan Logika Strategi dalam Dunia Futsal
Hobi
-
Mental Baja, Asnawi Mangkualam Sentil Federasi: Harusnya Lindungi Tim Kami
-
SEA Games: Misi Timnas Indonesia Hindari Jegalan Myanmar Demi Semifinal
-
Jalani Laga Genting untuk Lolos, Garuda Muda Harapkan Keajaiban Timnas Era STY Kembali Terjadi!
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Wajib Menang 3 Gol, Masih Bisa Loloskah Garuda Muda Jika Hanya Cetak 2 Gol? Begini Analisisnya!
Terkini
-
Review Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas: Potret Realistis Kehidupan Mahasiswa Indonesia
-
Ini 3 Top Skill yang Dicari HR Kalau Kamu Mau Mulai Karir Kerja Remote
-
Janji Kesetaraan Tinggal Janji, Pesisir Masih Tak Aman bagi Perempuan
-
Topeng Ceria Korban Bullying: Mengapa Mereka Tampak Baik-Baik Saja?
-
CERPEN: Liak