Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Irak di ronde keempat babak kualifikasi Piala Dunia 2026 (dok. AFC)
M. Fuad S. T.

Perjalanan panjang Timnas Indonesia dalam kampanye mereka untuk mendapatkan tiket Piala Dunia 2026 akhirnya berujung dengan kegagalan. 

Dalam dua pertandingan penentuan di ronde keempat babak kualifikasi, Pasukan Merah Putih akhirnya tersingkir setelah kandas sebanyak dua kali atas Arab Saudi dan Irak.

Kekecewaan mendalam tentu saja dirasakan oleh segenap pemain, official dan para pendukung setia Timnas Indonesia. Terlebih lagi, jika dilihat secara lebih mendalam, kekalahan Timnas Indonesia yang dinakhodai oleh Patrick Kluivert ini terbilang sangat memalukan ketimbang kekalahan-kekalahan sebelumnya.

Setidaknya, ada dua alasan yang membuat kegagalan Kluivert mengantarkan kemenangan Timnas Indonesia di ronde keempat ini menjadi memalukan. Apa sajakah itu? Mari kita bahas bersama!

1. Kualitas Pemain yang Lebih Baik

Alasan pertama mengapa kegagalan Kluivert di ronde keempat ini terbilang memalukan adalah karena amunisi yang dibawa oleh sang pelatih dapat dikatakan jauh lebih baik daripada dua negara yang menjadi lawannya.

Memang, berdasarkan data dari laman transfermarkt, harga total pasaran skuat yang dibawa oleh Kluivert di ronde keempat ini masih kalah dengan Arab Saudi, namun patut diingat, di tim Garuda bersemayam nama-nama berkelas yang menjadi andalan klub berkelas Eropa seperti Kevin Diks, Calvin Verdonk, Dean James, hingga Joey Pelupessy dan il capitano, Jay Idzes.

Di sisi lain, Arab Saudi bahkan hanya memiliki tiga pemain abroad dalam timnya, yang mana pemain paling menterengnya adalah Saud Abdulhamid yang kini memperkuat RC Lens.

Namun patut diingat, di Lens sendiri Abdulhamid ini bukanlah pemain utama, karena dari lima laga yang telah dijalaninya bersama Lens di Ligue 1 dirinya selalu bertindak sebagai pemain pengganti dan total baru mengemas 74 menit bermain saja.

Sementara Irak? Tentu saja malah lebih tak mentereng lagi, mengingat nama terbaik di tim ini hanyalah seorang Zidane Iqbal yang sampai saat ini masih saja fluktuatif untuk mendapatkan tempat di Utrecht.

2. Masa Kepelatihan yang Tak Terpaut Lama

Hal kedua yang membuat kegagalan Kluivert ini memalukan adalah, dirinya gagal beradu taktik dengan para pelatih tim lawan, yang notabene juga baru saja ditunjuk oleh federasi masing-masing.

Berdasarkan data dari laman transfermarkt, Kluivert sendiri ditunjuk oleh PSSI pada 8 Januari 2025 lalu. Penunjukan eks Barcelona tersebut hanya berselang tiga bulan saja dengan Herve Renard yang ditunjuk (kembali) oleh Arab Saudi pada 26 Oktober 2024 lalu.

Malah, jika dibandingkan dengan Graham Arnold yang yang ditunjuk oleh federasi sepak bola Irak pada 9 Mei lalu, Kluivert terhitung lebih laman sekitar empat bulan dari eks pelatih Australia tersebut.

Namun sayangnya, Kluivert ternyata harus kalah dalam pertarungan melawan para pelatih yang sejatinya sama-sama baru di timnas masing-masing itu.

Itulah dua alasan mendasar mengapa kegagalan Kluivert di ronde keempat ini cenderung memalukan. Karena jika melihat dari komposisi pemain yang ada dan rentangan waktu melatih masing-masing pesaing, sejatinya kans untuk memenangi ronde keempat sangatlah terbuka lebar. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS