Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir (pssi.org)
M. Fuad S. T.

Posisi Erick Thohir sebagai Ketua Umum induk sepak bola Indonesia, PSSI belakangan ini mendapatkan goyangan yang cukup kuat.

Imbas kegagalan Timnas Indonesia yang berisikan skuat mewah melaju ke Piala Dunia 2026 tahun depan, suara-suara ketidakpuasan dari para pendukung tataran akar rumput mulai terdengar nyaring.

Bukan hanya menyasar jajaran pelatih, namun juga menyasar federasi dan tentu sang ketua umum yang dinilai menjadi pihak paling bertanggung jawab atas kegagalan ini.

Sejatinya, jika dibandingkan dengan periode kelam yang pernah dialami oleh PSSI pada tahun 2010an lalu atau sebelumnya, kepemimpinan seorang Erick Thohir di federasi sepak bola tertinggi tanah air tersebut terbilang cukup gemilang.

Meskipun belum maksimal, namun pembenahan demi pembenahan berbasis kualitas mulai dilakukan oleh mantan Presiden Inter Milan tersebut.

Di zaman kepemimpinan Erick Thohir, harus diakui bahwa prestasi Timnas Indonesia mulai meningkatkan level persaingannya, melanjutkan tren positif yang sebelumnya telah dilakukan oleh Iwan Bule selaku Ketua Umum PSSI sebelumnya.

Bukan hanya itu, gelombang kedatangan pemain keturunan Indonesia pun semakin masif di era kepemimpinan Erick Thohir. Sebuah kondisi yang mana turut berimbas pada peningkatan daya saing yang dimiliki Skuat Garuda di pentas persepakbolaan internasional.

Namun sayangnya, kegemilangan kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Erick Thohir ini justru harus mendapatkan noda besar karena blunder fatal yang dilakukannya pada awal tahun ini.

Sepertimana dilansir laman Suara.com (9/1/2025), eks owner DC United tersebut secara mendadak memecat Shin Tae-yong dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia dan menggantikannya dengan pelatih baru.

Sebuah pergantian yang sangat ironis, mengingat ketika berada di bawah polesan STY, Timnas Indonesia bisa berkembang sangat pesat, membuat banyak sejarah dan yang paling penting adalah sedang berada di jalur yang benar untuk menggapai tiket Piala Dunia 2026.

Alih-alih diganti dengan pelatih yang lebih berkualitas, Erick Thohir dan para pimpinan PSSI justru mendatangkan Patrick Kluivert yang selain minim pengalaman melatih, juga memiliki track record dipecat berkali-kali oleh pihak yang mempekerjakannya imbas tak pernah bisa memenuhi target yang dibebankan kepadanya.

Dan hasilnya pun terlihat kini. Alih-alih menampilkan gameplan yang lebih baik dari era kepelatihan STY, Kluivert justru membuat permainan Timnas Indonesia menjadi amburadul dan tak semenarik sebelumnya.

Hingga pada puncaknya, Indonesia pun terlempar dari peta persaingan menuju Piala Dunia 2026 setelah gagal total di ronde keempat babak kualifikasi di awal bulan Oktober ini.

Sangat disayangkan memang, di tengah kegemilangan kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Erick Thohir, dirinya justru harus tercebur dalam satu blunder besar yang berujung fatal dan membuatnya mendapatkan banyak kritik serta serangan. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS