Meskipun acap kali diabaikan oleh beberapa negara, peringkat FIFA tinggi yang dimiliki oleh timnas sebuah negara ternyata memberikan keuntungan besar yang cukup nyata.
Bagi negara-negara yang memiliki peringkat FIFA tinggi, mereka tak hanya mendapatkan privilege dengan masuk ke dalam pot unggulan pada turnamen yang diikuti, namun juga memberikan beragam keuntungan lain.
Seperti misal yang terbaru, tingginya peringkat FIFA yang dimiliki oleh Irak, membuat tim berjuluk Singa Mesopotamia tersebut mendapatkan keuntungan besar ketika harus melakoni babak play-off interkontinental kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sepertimana informasi yang diunggah oleh akun instagram resmi milik FIFA, enam negara yang tersisa dibagi dalam 2 pathway menuju ke putaran final Piala Dunia tahun depan. Dan karena seeding potnya berbasis pada peringkat FIFA yang mereka miliki, maka dua negara dengan peringkat FIFA tertinggi, yakni Irak dan Republik Demokratik Kongo mendapatkan keuntungan langsung melaju ke final pathway 1 dan 2.
Sementara 4 negara sisanya, yakni Bolivia, Suriname, Kaledonia Baru dan Jamaika, harus saling bertarung sebelum bertemu dengan Irak atau RD Kongo di final pathway masing-masing.
Dalam undian yang telah dirilis oleh FIFA, Kaledonia Baru harus bertarung terlebih dahulu dengan Jamaika di babak semifinal pathway sebelum nantinya mereka akan bertanding melawan RD Kongo untuk memperebutkan satu tiket Piala Dunia 2026.
Sementara di pathway yang lain, Bolivia harus saling hantam dengan Suriname terlebih dahulu sebelum sang pemenang menantang Irak untuk berebut satu tiket Piala Dunia.
Tentunya, imbas dari peringkat FIFA yang tinggi milik RD Kongo dan Irak membuat mereka hanya perlu bertarung satu kali saja untuk bisa memastikan satu tiket turnamen sepak bola sejagat raya tahun depan itu.
Dan keuntungan lainnya tentu saja di partai final pathway masing-masing, baik Irak maupun RD Kongo hanya akan berhadapan dengan negara yang secara peringkat tak lebih baik dari mereka, sehingga kans untuk memenangi pertarungan terbuka lebih lebar.
Sementara itu, di belahan dunia lain, justru ada federasi yang mengorbankan gelaran FIFA matchday yang sejatinya bisa dijadikan sebagai ajang panen poin dan mendongkrak peringkat di tabel ranking dunia karena alasannya Timnas mereka tak memiliki pelatih di level senior.
Padahal jika melihat keuntungan besar yang didapatkan oleh Irak maupun RD Kongo seperti itu, seharusnya kan berlomba-lomba untuk bisa mencapai peringkat terbaik bukan?
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Bukan yang Pertama di Asia, Indonesia Lanjutkan Tradisi Tuan Rumah FIFA Series
-
Mengenal Apa Itu FIFA Series yang Akan Digelar di Indonesia Tahun Depan, Sudah Tahu?
-
Target Medali Perak SEA Games dan Inkonsistensi yang Melanda Sepak Bola Nasional
-
Meski Disanksi FIFA, 7 Pemain Naturalisasi Malaysia Masih Bisa Bela Harimau Malaya! Kok Bisa?
-
FIFA Matchday Bulan November dan Ulah 2 Negara Tetangga yang Harusnya Bikin Malu PSSI
Artikel Terkait
-
Bola Panas Pelatih Timnas Indonesia! Exco PSSI Wajib Dilibatkan Dalam Pemilihan
-
Selamat Tinggal! Elkan Baggott Terusir dari Ipswich Town Januari 2026
-
Bikin Bangga! Tim Geypens Sabet Penghargaan Luar Biasa di Eropa
-
Bongkar Akar Keluarga Giovanni van Bronckhorst: Kakek Saya Prajurit KNIL
-
Menpora Cuma Targetkan Medali Perak SEA Games 2025, Striker Timnas U-22 Geleng-geleng
Hobi
-
Indonesia Sabet Dua Gelar dan Empat Runner Up di Australian Open 2025!
-
Erick Thohir Klaim FIFA Series Jadi Peluang Timnas Indonesia Naik Kelas
-
Bukan yang Pertama di Asia, Indonesia Lanjutkan Tradisi Tuan Rumah FIFA Series
-
Alexander Zwiers Masih Kaji Sepak Bola Indonesia, Road Map Baru Rilis 2026?
-
Jonatan Christie Tolak Gabung Skuad SEA Games: Alasan Regenerasi dan WTF
Terkini
-
Review Film Pesugihan Sate Gagak: Serunya Nonton Trio Kocak, Gokil Banget!
-
Mengenal Insanul Fahmi, Pengusaha yang Diduga Selingkuh dengan Inara Rusli
-
Noah Centineo Diincar Main Film Gundam Live-Action Bareng Sydney Sweeney
-
Napas Anak Terasa Cepat? Jangan Tunda! Ini Langkah Darurat Mengatasi Gejala RSV Menurut Dokter
-
Pendidikan Inklusi atau Ilusi, Realita Pahit dan Harapan Besar Bangsa