Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Shin Tae-yong dan Nova Arianto (Instagram/Nova Arianto)
M. Fuad S. T.

Induk sepak bola Indonesia, PSSI beberapa waktu lalu telah melakukan promosi jabatan kepada Nova Arianto. Dilansir laman Suara.com (20/11/2025), seiring dengan kesuksesannya membesut Timnas Indonesia U-17, asisten pelatih dari Shin Tae-yong tersebut didaulat oleh federasi untuk naik tingkat dengan menjadi pelatih bagi Timnas Indonesia U-20.

Keputusan ini tentunya terbilang sangat tepat, karena dengan menjadi pelatih Timnas Indonesia U-20, mantan pemain Persib Bandung tersebut memiliki peluang besar untuk tetap mendampingi anak asuhnya di Timnas U-17 yang dalam beberapa waktu ke depan bakal melewati usia tersebut.

Namun sayangnya, keputusan yang dibuat oleh PSSI tersebut mendapatkan protes dan tanggapan miring dari Zainudin Amali. Sepertimana diinformasikan di laman Suara.com (23/11/2025), Wakil Ketua Umum PSSI tersebut menyatakan bahwa penunjukan Nova Arianto menjadi pelatih Timnas Indonesia U-20, tak sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Dalam keterangannya, Zainudin menyampaikan bahwa penunjukan Nova Arianto menjadi pelatih Timnas U-20, tak melalui prosedur rapat Exco. Bahkan, Zainudin juga mempertanyakan terkait mekanisme apa yang dipakai oleh pihak-pihak yang menunjuk Nova Arianto menjadi pelatih Timnas U-20.

Meskipun jika dilihat dari sudut pandang positif protesnya Zainudin Amali ini bisa menjadi sebuah bagian dari dinamika organisasi, namun ada bahaya besar yang tengah mengintai federasi terkait dengan munculnya protes ini.

Bagaimana tidak, dalam kepengurusan organisasi manapun, mengeluarkan statemen dengan satu suara adalah sebuah keharusan atau bahkan kewajiban karena hal tersebut akan memperlihatkan tingkat kesolidan organisasi itu sendiri.

Jika dalam sebuah organisasi keluar suara-suara yang berbeda, terlebih dari unsur-unsur pimpinan seperti yang terjadi pada PSSI saat ini, tentunya khalayak awam sekalipun sudah bisa menerkan jika federasi tertinggi dalam persepakbolaan tanah air tersebut tengah tidak baik-baik saja.

Dengan kata lain, selain blunder-blunder keputusan yang hampir setahun belakangan ini kerap menerpa organisasi, PSSI saat ini juga tengah dilanda perpecahan dan sudah pasti terbagi dalam kubu-kubu yang berlawanan.

Imbasnya tentu saja akan sangat fatal. Dengan adanya komentar-komentar dari para pimpinan yang saling bertolak belakang seperti itu, tentunya kredibilitas PSSI akan dipertanyakan dan rentetan imbasnya adalah kepercayaan publik pencinta sepak bola nasional terhadap federasi akan terjun bebas.

Bukan hanya terkait kepercayaan, di kalangan internal federasi sendiri juga dipastikan tak akan tercipta sistem kerja yang harmonis, mengingat antara satu pengurus dengan yang lainnya sudah tak lagi terikat sebuah sinkronisasi terkait arah dan tujuan serta kebijakan dalam berorganisasi.

Atau jika mau lebih kejamnya lagi, para pencinta sepak bola nasional bisa saja berkata, PSSI saat ini diisi oleh orang-orang yang kurang kompeten di bidangnya dan penuh dengan tendensi berbasis keuntungan untuk golongan atau bahkan diri pribadinya. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS