Novi Rahman Hidayat sebagai Bupati Nganjuk terpilih periode 2018-2023 menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat, setelah dirinya menjadi tersangka dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) atas tindak pidana Korupsi di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Nganjuk.
Pria kelahiran asli Nganjuk ini ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dan Bareskrim Polri pada senin (10/5/2021) dan menjadi tersangka atas kasus lelang jabatan demi mengisi kekosongan kursi pemerintahan Kabupaten Nganjuk.
Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat Novi sendiri merupakan figur yang dianggap sebagai harapan masyarakat dalam membangun Kabupaten Nganjuk. Bukan tanpa alasan, Novi sendiri memiliki jejak karier yang tidak bisa diragukan lagi.
Dikutip dari Kompas.com, Novi pernah menjabat sebagai Ketua Real Estate Kediri (2010-2015), Presiden Direktur PT Putra Tunas Artha Mandiri Group (2006-2017), Komisaris Utama PT BPR Tunas Artha Jaya Abadi (2009-2018), hingga Komisaris Utama PT Putra Mandiri Real Estate (2008-2018).
Gaya Kepemimpinan Novi Rahman
Jika ditinjau dari konsep kepemimpinan, kepemimpinan yang menggambarkan Novi Rahman adalah gaya kepemimpinan yang mengarahkan pada perubahan.
Perubahan itu sendiri diartikan sebagai sebuah transformasi yang terencana atau tidak terencana pada struktur organisasi, teknologi dan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut (Greenberg, 2003).
Untuk meningkatkan kinerja, maka organisasi harus melakukan perubahan terencana yang dipimpin oleh seorang pimpinan organisasi (Yukl, 2002).
Hal ini bisa dilihat dari bagaimana Novi melakukan pengambilan keputusan. Sebagai pemiliki 36 Perusahaan dengan total lebih dari 40.000 karyawan, Novi sangat terbiasa dalam berinisiatif dan membuat keputusan cepat terkait dengan perubahan dalam organisasinya. Misalnya, ketika melakukan perombakan jabatan di lingkup Pemdanya.
Pada akhir 2018 setelah beberapa bulan terpilih menjadi Bupati Nganjuk, kader yang di usung PDI-P ini mengumpulkan Kepala-Kepala Dinas daerahnya pada malam tahun baru. Yang pada malam itu juga, Novi memeberikan “hadiah” tahun baru berupa digantikannya 18 Kepala Dinas.
Pergantian 18 Kepala Dinas tersebut rupanya membuat pemerintahan barunya menyerupai sebuah perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai program Pemkab Nganjuk di masanya yang banyak berfokus pada pemberian perizinan industri, dan mendorong minat kewirausahaan pada warganya.
Misalnya seperti program “Lumbung RW” yang ada pada setiap RW di Kabupaten Nganjuk. Program Lumbung RW ini merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Program tersebut memberikan keuntungan kepada petani 10% lebih besar dari harga pasar, sehingga para petani setempat mendapatkan harga yang lebih baik.
Tag
Artikel Terkait
Kolom
-
Anak Muda dan Traveling: Melarikan Diri atau Mencari Jati Diri?
-
Menggali Tradisi Sosial dengan Dinamika Tak Terduga Melalui Arisan
-
Fenomena Lampu Kuning: Ritual Keberanian atau Kebodohan?
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Ujian Nasional dan Tantangan Integritas Pendidikan Indonesia
Terkini
-
Dua Wakil Indonesia Hari Ini Akan Berburu Gelar di Kumamoto Masters 2024
-
Ulasan Novel Penaka: Kisah Istri Menghadapi Suami yang Kecanduan Game
-
Ulasan Novel The Privileged Ones: Dinamika Remaja dan Kelas Sosial
-
Profil Ole Romeny, Striker FC Utrecht yang Segera Perkuat Timnas Indonesia
-
Marselino Ferdinan Dipanggil Timnas Indonesia untuk AFF Cup 2024, Akankan Klub Beri Izin?