Kepemimpinan merupakan suatu proses di mana seorang individu mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama. Maka, keberhasilan pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menginspirasi orang-orang yang dipimpinnya agar mengikuti mereka.
Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi efektivitas atau kinerja pemimpin sehingga penggunaan gaya kepemimpinan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dari proses kepemimpinan. Monga dan Coetzee (2012) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai kombinasi berbagai karakter, sifat, dan perilaku yang digunakan oleh pemimpin untuk berinteraksi dengan bawahannya. Tidak ada satu tipe kepemimpinan yang paling tepat karena setiap pemimpin memiliki beberapa tipe kepemimpinannya masing-masing.
Terdapat beragam jenis gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh para tokoh. Di antaranya yaitu kepemimpinan otokratis, demokratis, karismatik, laissez faire, transaksional, transformasional, situasional, visioner, dan melayani. Jenis gaya kepemimpinan yang digunakan setiap pemimpin ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda.
Faktor pertama adalah faktor internal yang telah melakat pada diri pemimpin, kemudian dipengaruhi faktor lainnya yang bersifat ekstrinsik atau kekuatan eksternal sesuai dengan lingkungan di mana pemimpin berada. Artikel ini berfokus menganalisis gaya kepemimpinan visioner, otokratis, dan karismatik yang paling melekat dalam kepemimpinan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Emmanuel Macron
Dunia politik Emmanuel Macron dimulai pada tahun 2012 dengan menjadi penasehat ekonomi Presiden Francois Hollande. Selanjutnya, Macron mengemban jabatan sebagai menteri ekonomi. Di tahun 2016, Macron mendirikan gerakan sentris bernama En Marche! yang merupakan partai sosial-liberal di pusat spektrum politik Prancis.
Melalui gerakan ini, Macron berupaya menciptakan jalan keluar dari perpecahan tradisional saya kiri dan kanan. Selain itu, Macron juga berusaha mewujudkan keinginan pihak progresif pro-Eropa untuk adaptasi ekenomi Prancis terhadap globalisasi, moralisasi, serta modernisasi sistem politik Prancis.
Macron terpilih sebagai presiden terbaru di Republik Kelima Prancis setelah memenangkan pemilihan putaran kedua pada tanggal 7 Mei 2017. Kemenangan Macron diraih dengan perolehan suara sebesar 66,10% mengungguli 33,90% suara dari kandidat sayap kanan Marine Le pen yang merupakan lawan politiknya.
Kepemimpinan Visioner Macron
Nanus (1992) dan Sashkin (1992) memaknai kepemimpinan visioner sebagai kemampuan dalam menciptakan serta mengartikulasikan visi yang memberi makna dan tujuan dalam pekerjaan organisasi. Pemimpin visioner memiliki visi dan tujuan jangka panjang untuk membawa perubahan-perubahan yang lebih baik. Macron telah membuktikan kepemimpinan visioner yang dia miliki dengan usahanya memajukan dinamisme Prancis. Usaha tersebut, Macron perlihatkan dalama rencana-rencana ambisiusnya di berbagai bidang saat menjadi Presiden Republik Prancis yang baru.
Pertama, Macron merancang pembebasan pajak perumahan bagi 80% rumah tangga. Rencana ini diproyeksi akan menguntungkan 18 juta rumah tangga di Prancis. Kedua, Macron meluncurkan reformasi kode perburuhan yang memberikan kendali lebih luas bagi perusahaan bersama dengan karyawannya untuk melakukan negosiasi perihal waktu kerja, kebijakan gaji, dan kondisi kerja. Ketiga, menyerahkan wewenang mengenai pengaturan waktu ekstra kulikuler sekolah dasar kepada kotamadya serta memberikan otonomi lebih kepada lembaga dalam perekrutan pengajar.
Keempat, supaya keamanan wilayah lebih meningkat Macron berencana mempekerjakan 10.000 orang sebagai penjaga keamanan, membentuk kembali polisi setempat, mengizinkan polisi secara langsung mengungkapkan pelanggaran tertentu, dan menambah jumlah kamera di jalur pejalan kaki. Kelima, dalam rangka meningkatkan efektivitas hukuman penjara, Macron mencanangkan pendirian 15.000 penjara tambahan dalam waktu lima tahun yang bertujuan agar 80% narapidana dapat ditempatkan di sel individu.
Kepemimpinan Otokratis Macron
Cherry (2019) menjelaskan bahwa kepemimpinan otokratis adalah gaya pemimpinyang membuat pilihan berlandaskan keyakinan dan penilaian mereka sendiri sehingga jarang mempertimbangkan saran dari para pengikutnya. Pemimpin dengan gaya seperti ini dapat mencapai hasil keputusan secara cepat. Gaya otokratis Macron tercermin dari tindakannya yang mengambil keputusan secara terpusat ketika menyelesaikan masalah-masalah tertentu, terutama selama Pandemi Covid-19.
Pada tanggal 29 Januari 2021. Macron memutuskan untuk tidak lagi memberlakukan kebijakan penguncian wilayah (lockdown). Keputusan ini kontradiktif dengan saran dari para ahli epidemologi serta menteri kesehatan Prancis sehingga memicu kontroversi. Macron mengatakan jika lokcdown kembali ditetapkan di Prancis maka dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana bagi kesejahteraan ekonomi nasional dan kesehatan mental masyarakat. Menurut pernyataan penasehatnya, keputusan tersebut diambil setelah Macron mempelajari tentang penyebaran pandemi melalui berbagai literatur ilmiah yang dibaca dan dipelajarinya sendiri.
Keputusan terpusat Macron tidak sepenuhnya berhasil, tidak lama setelah pencabutan lockdown kasus Covid-19 di Prancis justru mengalami pelonjakan. Terlepas dari fakta tersebut, gaya kepemimpinan otokratis yang digunakan Macron selama Pandemi Covid-19 tidak bisa disalahkan. Bhargavi dan Yaseen (2016) mengungkapkan bahwa gaya otokratis diperlukan bahkan sengat penting untuk diterapkan apabila pemimpin sedang menghadapi krisis atau masalah mendesak yang membutuhkan tanggapan segera seperti di masa pandemi sekarang ini.
Kepemimpinan Karismatik Macron
Robert J. House, William D. Spangler, dan James Woycke (1990) menyatakan bahwa karisma merupakan elemen integral dari kepemimpinan yang baik. Apabila ditinjau dari pengalaman di dunia politik dan pemerintahan, Macron memang tidak lebih berpengalaman dari Presiden Prancis sebelumnya. Namun, Macron memiliki keunggulan istimewa berupa daya tarik, pesona, dan energi yang membuat kagum masyarakat Prancis. Keunggulan tersebut menjadikan Macron dikenal sebagai politikus muda berkarisma.
Selama berkampanye, Macron mampu meyakinkan para pemilih bahwa dirinya adalah figur pemimpin yang mampu membawa Prancis ke arah kemajuan dengan melakukan reformasi secara serius. Selain itu, sejak awal terpilih Macron telah menampilkan impresi sebagai pemimpin yang berorientasi kebaruan, modernitas, dan representasi dari dunia baru. Macron juga berhasil memikat hati rakyat melalui jiwa positifnya. Dikutip dari pidato pertamanya pasca kemenangan di Istana Elysee, Macron membangun karisma seorang pemimpin yang akan bertindak "dengan kerendahan hari, dedikasi, dan tekad".
Kepemimpinan karismatik Macron dinilai cukup berhasil apabila menilik hasil survei Pew Research Center yang dilakukan dari tanggal 18 Mei hingga 2 Oktober 2019. Dari 36.923 orang di 33 negara yang menjadi responden, Presiden Macron menerima lebih banyak ulasan positif (rata-rata 41% percaya dengan kepemimpinan Macron) daripada yang negatif (rata-rata 36% kurang percaya).
Kesimpulan
Presiden Prancis Emmanuel Macron merupakan sosok pemimpin visioner, pembuat keputusan yang cepat, dan berkarisma. Sejak masih kandidat presiden, Macron telah menunjukkan nilai dasar kepemimpinan yang berkualitas. Selama menjabat menjadi Presiden Prancis, kapabilitas Macron sebagai pemimpin kompeten ditunjukkan dengan cara berpikirnya yang luarbiasa. Hal ini terbukti lewat berbagai pembaharuan yang diusung dalam program-program kerjanya.
Dorongan perubahan, motivasi yang kuat, sikap optimisme, disertai dengan taktik dan strategi yang cermat adalah alasan keberhasilan dari proses kepemimpinan Macron. Selain itu, yang menjadi kunci utama kesuksesan presiden Prancis ini yaitu keterampilannya dalam menyesuaikan diri. Macron mahir menggunakan berbagai gaya kepimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.
Referensi
- Barluet, A., et al. (2017, May 7). L'essential du Programme d'Emmanuel Macron. Retrieved from Politique : https://www.lefigaro.fr/elections/presidentielles/2017/05/07/35003-2017050ARTIG00169-les-8-chantiers-qui-attendent-emmanuel-macron-a-l-elysee-ph
- BBC News. (2020, May 11). Macron: French Leader Buffeted by Protests and Covid. Retrieved from BBC News : https://www.bbc.com/news/world-europe-37221220
- Bhargavi, S., & Yessen, A. (2016). Leadership Styles and Organizational Perfomance. Strategic Management Quarterly, 87-117
- Cherry, K. (2020, June 10). Autocratic Leadership: Key Characteristics, Strenghts, and Weaknesses of Autocratic Leadership. Retrieved from verywellmind : https://www.verywellmind.com/what-is-autocratic-leadership-2795314
- Hasselbach, C. (2018, March 16). Is Emmanuel Macron Europe's new Angela Markel? Retrieved from DW : https://www.dw.com/en/is-emmanuel-macron-europes-new-angela-merkel/a-42-28739
- House, R.J., et al. (1990). Personality and Charisma in the U.S. Presidency: A Psychological Theory of Leadership Effectiveness. Academy of Management Annual Meeting Proceeding (pp. 216-220). New York : Academy of Management
- Marlowe, L. (2018, April 21). Le Big Mac: Emmanuel Macron's rise and rise. Retrieved from The Irish Times : https://www.irishtimes.com/news/world/europe/le-big-mac-emmanuel-macron-s-rise-and-rise-1.3465852
- Mitonga-Monga, J.C. (2012). Perceived Leadership Style and Employee Participation in a Manufacturing Company in the Democratic Republik of Congo. African Journal of Business Management, 6, 5389-5398
- Nanus, B. (1992). Visionary Leadership: Creating a Compelling Sense of Direction for Your Organization. San Fransisco : Jossey-Bass
- Radio-Canada. (2017, May 7). Emmanuel Macron elu President de la France. Retrieved from Radio-Canada : https://ici.radio-canada.ca/nouvelle/1032331/second-tour-presidentielle-france-president-macron-le-pen
- Sashkin, M. (1992). Strategic Leadership Competencies. In I.R. (eds), Strategic Leadership: A Multiorganizational-level perspective (pp.139-160). Quorum Books/Greenwood Publishing Group.
- Wike, Ricard., et al. (2020, January 8). Trum Ratings Remain Low Around Globe,While Views of U.S. Stay Mostly Favorable. Retrieved from Pew Research Center : https://www/pewresearch.org/global/2020/01/08/trump-ratings-remain-low-around-globe-while-views-of-u-s-stay-mostly-favorable/
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
735 Tunawisma Meninggal di Prancis pada 2023, Angka Tertinggi dalam Beberapa Tahun Terakhir
-
Surat untuk Presiden: Refleksi 10 Tahun dan Harapan Kepemimpinan Mendatang
-
Kepemimpinan Jokowi: Harapan di Tengah Tantangan
-
Tujuh Negara Besar di Dunia Beri Peringatan ke Israel
-
Ulasan Buku Leader for Life, Setiap Orang Bisa Menjadi Pemimpin
Kolom
-
Guru dan Masa Depan yang Dikorbankan: Refleksi Profesi yang Terabaikan
-
Soroti Pernyataan Mendikti, Alumni LPDP Tidak Harus Pulang, Setuju Tidak?
-
Menghargai Pekerjaannya, Menghargai Kebutuhannya: Realitas Gaji Guru
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
Simak! Ini Pentingnya Penguasaan Calistung dalam Pendidikan Dini
Terkini
-
BamBam GOT7 Mundur dari Program Bam House, Digantikan Natty Kiss of Life
-
4 Ide Outfit Kasual ala Dayeon Kep1er, Stylish Setiap Hari Tanpa Ribet!
-
Daftar Pemain Timnas Jepang untuk Lawan Indonesia, Ada Rekan Setim Verdonk
-
Shin Tae-yong Terancam Dipecat Jika Timnas Indonesia Gagal Masuk 4 Besar?
-
Mees Hilgers Cedera, Bakal Absen di Laga Timnas Indonesia vs Jepang?