Badan Pusat Statistik (BPS) membawa kabar baik bahwa ekonomi Indonesia berhasil tumbuh hingga 7,07 persen secara tahunan pada kuartal II tahun 2021 . Kabar Indonesia yang berhasil lari dari jerat resesi yang menggelayuti ekonomi Indonesia sejak awal pandemi menjadi sebuah kabar gembira bagi pemerintah Indonesia, kabar tersebut juga menjadi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi kedepannya.
Pertumbuhan ekonomi yang melesat ini ditopang oleh beberapa komponen utama yaitu konsumsi rumah tangga (RT) dan investasi sebesar 84,93%. Konsumsi RT sendiri telah tumbuh mencapai rata-rata pertumbuhan konsumsi sebelum terjadinya pandemi yaitu sebesar 5,93 persen.
Walaupun terlihat tumbuh tinggi dan mungkin melebihi ekspektasi pemerintah, melesatnya pertumbuhan ekonomi ini kurang dirasakan oleh masyarakat luas khususnya masyarakat awam yang tidak memahami seluk-beluk perekonomian. Terbebasnya ekonomi Indonesia dari terasa seperti udara yang tidak dapat digenggam oleh masyarakat.
Jika dilihat dari sisi kesejahteraan masyarakat seperti penyerapan tenaga kerja dan kemiskinan, angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut tidak menunjukan arah yang sama. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi penjara bagi rakyat Indonesia di masa pandemi yang tidak juga kunjung berakhir.
Di tengah berita baik ekonomi Indonesia yang berhasil terbebas dari resesi, angka pengangguran terbuka Indonesia menunjukan hasil yang sebaliknya. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi bahwa tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2021 akan mencapai kisaran 7 persen dari total angkatan kerja yang berarti mengalami kenaikan dari angka 6,26 persen di bulan Februari 2021.
Fakta kenaikan angka pengangguran tersebut sudah dapat terlihat dari rencana program pensiun dini sebanyak 1.100 orang, mempercepat penyelesaian kontrak, tidak melakukan rekrutmen karyawan, dan merumahkan karyawan secara bergantian yang akan dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mulai bulan Agustus 2021. Hal ini menunjukan salah satu fakta bahwa ekonomi masyarakat akan semakin sulit di tengah kabar baik ekonomi Indonesia yang berhasil lepas dari resesi.
Tidak hanya pengangguran, angka kemiskinan di Indonesia juga belum terlihat memulih. Data BPS menunjukan bahwa per Maret 2021, angka kemiskinan di Indonesia masih berada pada kisaran 10 persen. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa ketika pengangguran meningkat maka angka kemiskinan juga dapat meningkat.
Salah satu program untuk menurunkan angka kemiskinan di Indonesia saat ini adalah bantuan sosial, namun bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat juga belum menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini terlihat dari belum meratanya bantuan sosial yang diberikan sehingga belum semua masyarakat merasakan bantaun yang diberikan oleh pemerintah tersebut.
Pengangguran dan bantuan sosial ini menunjukan bahwa konsumsi RT yang meningkat dan membuat Indonesia keluar dari jurang resesi dapat dikatakan terjadi karena pada bulan April hingga Juni terjadi pelonggaran kegiatan masyarakat. Pelonggaran ini nyatanya juga membuat Indonesia harus membayar dengan kabar duka yang tidak kunjung berhenti.
Jadi, terlepasnya ekonomi Indonesia dari resesi memang belum dapat diartikan bahwa ekonomi Indonesia khususnya ekonomi masyarakat secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan normal kembali. Kabar baik tersebut belum dapat dijadikan sebuah prestasi yang signifikan karena masih terlihat semu bagi masyarakat Indonesia.
Masih banyak yang harus diperbaiki dan pemerintah masih harus memilih antara ekonomi dan kesehatan. Menjaga mobilitas tetap berjalan dan menekan angka kasus Covid-19 masih menjadi sebuah tantangan besar bagi Indonesia khususnya pada bulan Juli dan Agustus dimana Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih terus diberlakukan.
Referensi:
- https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/08/05/1813/ekonomi-indonesia-triwulan-ii-2021-tumbuh-7-07-persen--y-on-y-.html
https://www.feb.ui.ac.id/blog/2021/08/06/lpem-feb-ui-indonesia-economic-outlook-q3-2021/
https://www.kemenkopmk.go.id/temukan-bansos-tidak-merata-di-kantong-kemiskinan-menko-pmk-data-lapangan-harus-disempurnakan
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Maaf Rakyat! Meski Susah Beli Beras dan Hidup Pas-pasan, Sri Mulyani Tetap Bakal Naikkan PPN 12%
-
Data Ekonomi China Dorong Rupiah Berotot di Perdagangan Senin Pagi
-
Kolaborasi Riset Indonesia-Australia, Wujudkan Swakelola Limbah dan Ekonomi Sirkular di Citarum
-
Dongkrak Ekonomi Pesisir, Pelindo Adakan Pelatihan Pemasaran BUMMas
-
Luhut Yakin Prabowo Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%, Ini Strateginya
Kolom
-
Viral Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kok Bisa Kita Kembar dengan Orang Lain?
-
Mapel Coding dan AI untuk SD, Kebijakan FOMO atau Kebutuhan Pendidikan?
-
Miris! Ribuan Anggota TNI-Polri Terseret Judi Online, Sinyal Pembenahan?
-
Lapor Mas Wapres ala Gibran: Kebijakan Strategis atau Populis?
-
Tantangan Ujian Nasional Berbasis Komputer: Ketimpangan Akses, Perspektif Guru, dan Alternatif Penilaian yang Adil
Terkini
-
3 Hal yang Perlu Diperbaiki oleh Skuad Garuda Jelang Laga Kontra Arab Saudi
-
MEOVV Terjebak dalam Hubungan 'Toxic' di Lagu Comeback Terbaru
-
3 Serum Brightening Murah Meriah Cocok untuk Pelajar, Harga Rp20 Ribuan
-
Ulasan Novel Yang Telah Lama Pergi: Kisah Pengkhianatan Masa Lalu
-
Taeyeon Tulis Pesan Hangat untuk Diri Sendiri di Lagu 'Letter To Myself'