Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Elvaretta Aulia Rahma
Ilustrasi seorang wanita yang akan memeluk dirinya sendiri (Pexels/Karolina Grabowska).

Butterfly Hug sekarang ini sepertinya sudah tidak asing lagi d itelinga masyarakat, terutama bagi pecinta drama korea. Ya, ini terjadi karena Butterfly Hug muncul dalam salah satu episode sebuah drama korea bertajuk It’s Okay To Not Be Okay. Semenjak episode ini keluar, orang-orang mulai mencari tahu dan sadar bahwa Butterfly Hug ini bukan rekayasa untuk kebutuhan drama saja. 

It’s Okay To Not Be Okay adalah K-drama yang ditayangkan pada 2020. Namun, apakah Butterfly Hug merupakan hal baru? Jawabannya adalah tidak. Butterfly Hug pertama kali dibuat dan dikembangkan oleh praktisi bernama Lucina Artigas. Dia pertama kali melakukan metode ini ketika membantu para korban yang selamat dari Badai Pauline pada 1998 di Acapulco, Mexico. 

Butterfly Hug merupakan metode yang dapat dilakukan kapan saja, ketika merasakan emosi atau perasaan tidak nyaman. Butterfly Hug menyediakan cara untuk mengelola sendiri stimulasi bilateral, yaitu sebuah stimulus yang menggunakan sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan dan menyilangkan tubuh pada pola berirama ke kanan-kiri, seperti menepuk pundak atau lutut, mengetuk kaki di lantai, atau menggerakan mata. Stimulus bilateral menjadi standar praktik di lapangan bagi dokter EMDR.

Dalam psikoterapi, EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) adalah terapi interaktif yang digunakan untuk menolong seseorang dalam menghilangkan stres. EMDR efektif dalam menyembuhkan trauma dan pengalaman buruk lainnya.

Butterfly Hug otomatis menjadi salah satu metode yang dilakukan dalam praktik terapi EMDR. Bahkan Lucina Artigas mendapatkan penghargaan dari EMDR International Association karena Butterfly Hug mampu mengobati trauma anak-anak yang ada di tempat pengungsian Meksiko, Nikaragua, dan Kosovar.

Lalu bagaimana cara untuk melakukan Butterfly Hug? Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan.

  • Silangkan kedua tangan di dada

Lakukan hingga kedua tangan menutupi area tulang dada, dan jari-jari tangan berada tepat di daerah pundak atau tulang selangka. Usahakan posisikan jari-jari dan tangan setegak mungkin sehingga jari-jari mengarah ke daerah leher, bukan lengan.

  • Kaitkan ibu jari

Lalu kaitkan ibu jari untuk membentuk tubuh kupu-kupu dan arahkan jari-jari lainnya ke arah luar secara horizontal. Gunanya untuk membentuk sayap kupu-kupu.

  •  Pejamkan mata

Boleh memejamkan mata atau hanya menutup sebagian. Jika ingin menutup mata sebagian, arahkan pandangan mata ke ujung hidung

  • Gerakkan jari-jari selain ibu jari

Selanjutnya, gerakkan keempat jari , selain ibu jari, dengan gerakan menepuk seperti membentuk kepakan sayap kupu-kupu

  • Atur napas dan amati apa yang sedang dirasakan

Gunakan pernapasan perut untuk mengatur napas secara perlahan dan mendalam. Pada saat bersamaan, amati perasaan, pikiran, dan sensasi lainnya yang Anda rasakan, tanpa berusaha mengubah atau menilai pikiran Anda. 

  •  Bayangkan sesuatu yang menyenangkan

Selanjutnya, bayangkan sesuatu yang indah atau menyenangkan, baik itu gambar, warna, suara, maupun hal-hal lainnya. Apapun itu bangun rasa tenang dan nyaman sebagai tempat aman Anda.

  •  Lakukan beberapa kali

Lakukan Butterfly Hug hanya sebanyak 6 sampai 8 kali agar tidak membebani memori kerja dan mengurangi suasana positif kejelasan dari gambaran dan emosi tubuh  

Manfaat yang dapat dirasakan dari melakukan Butterfly Hug adalah perasaan aman dan tenang. Contohnya, dapat membayangkan tepukan yang kita lakukan sebagai sebuah bentuk kasih sayang Tuhan kepada kita, sehingga merasa aman dan tenang.

Selain itu, terdapat kasus yang terjadi di Meksiko, yaitu ketika terjadi sebuah tragedi tambang Pasta de Conchos pada tahun 2006, seorang medis berusaha menenangkan dan menstabilkan seorang insinyur tambang yang mengalami serangan jantung. Ia akhirnya selamat berkat menggunakan metode Butterfly Hug.

Dalam kasus kontemporer, Butterfly Hug sangat bermanfaat dalam masa pandemi COVID-19. Terjadi perubahan kebiasaan normal dan adanya penerapan lockdown memengaruhi kesehatan mental dunia.

Isolasi, pembatasan aktivitas fisik, ketidakstabilan situasi, ketakutan akan penularan, atau kehadiran anggota keluarga yang sakit, dapat meningkatkan depresi, kecemasan, post-traumatic disorders, dan bunuh diri, terutama pada populasi remaja yang memang telah rentan.

Dengan manfaat yang diberikan Butterfly Hug berupa rasa ketenangan dan keamanan serta dapat dilakukan sendiri kapan saja, kita dapat latihan menggunakan metode ini ketika mengalami masa-masa jatuh tersebut.

Tetap disarankan untuk melakukan konsultasi ke profesional meskipun kita dapat melakukan Butterfly Hug. Namun, setidaknya kita dapat melakukan langkah pencegahan sekaligus langkah awal untuk menanggulangi ketidaknyamanan yang dirasakan pada saat perasaan negatif itu datang.

Elvaretta Aulia Rahma