Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dream Praire
Ilustrasi guru mengajar (Unsplash/Christina@Wocintechcchat)

Tanggal 25 November 2021 bangsa Indonesia memeringati Hari Guru Nasional yang ke- 27, sekaligus Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Mengutip laman Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, tema peringatan Hari Guru Nasional tahun ini adalah bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan.

Tema tersebut memang sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Di mana perjuangan para guru sebagai tenaga pendidik menghadapi tantangan yang semakin berat, dengan adanya pandemi covid-19 yang masih belum berakhir. Sejak awal pandemi, terjadi perubahan besar dalam dunia pendidikan, terutama pada pelaksanaan proses belajar mengajar. 

Pandemi yang membatasi pergerakan manusia dan mengurangi, bahkan meniadakan aktivitas pertemuan dengan jumlah orang yang banyak, menyebabkan kegiatan belajar mengajar di sekolah tak dapat lagi dilaksanakan.

Pertemuan Tatap Muka (PTM) dikurangi bahkan ditiadakan. Keadaan ini tentu saja berpotensi menyebabkan terganggunya proses pendidikan yang mengancam masa depan para pelajar sebagai generasi penerus bangsa.

Namun demikian, para guru tidak menyerah dengan keadaan. Dalam kondisi yang kurang ideal, mereka  terus berupaya menjalankan tugas mulia sebagai pendidik. Suatu upaya yang tidak mudah, harus melakukan perubahan-perubahan besar demi beradaptasi dengan keadaan. Proses belajar mengajar yang terhalang pertemuan dilakukan secara daring atau online.

Adanya cara daring atau online tidak serta merta menyelesaikan masalah begitu saja. Banyak kendala ditemui di lapangan. Mulai dari permasalahan jaringan yang tidak menjangkau semua wilayah, kesiapan para pelajar, masyarakat dan juga para guru sebagai pengajar.

Tidak semua guru telah terbiasa menggunakan teknologi pembelajaran online. Dalam keadaan sulit, para guru tidak berputus asa. Mereka yang tadinya tidak familiar, mau tak mau bersedia mempelajari cara-cara mengajar online. Butuh waktu, kesabaran, tenaga bahkan biaya dalam prosesnya.

Bahkan ada guru yang telah berusia lanjut, di mana kebanyakan teknologi bukanlah sahabat terbaik mereka. Namun sekali lagi, hati ikhlas mereka mendorong semangat untuk berusaha mempelajari berbagai hal baru. Mulai dari mengajar dengan aneka sarana pertemuan online, sampai pada upaya mempersiapkan bahan ajar yang lebih sesuai.

Bayangkan saja, berapa waktu yang mereka habiskan untuk membuat persiapan pendukung, misalnya bahan presentasi pelajaran, bahan kuis, juga video-video pengetahuan, demi menarik para murid agar tetap dapat menyerap pengetahuan semaksimal mungkin. Bisa jadi mereka membuat hal itu pada sore hingga malam, lalu esoknya mengajar. Padahal mereka juga punya keluarga yang membutuhkan perhatian. 

Dengan segala pengorbanan itu, memang pantaslah gelar pahlawan tanpa tanda jasa diberikan kepada mereka. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan para guru. Selain itu, semoga pula ada peningkatan kesejahteraan yang berkesinambungan bagi para guru.

Kita tentu saja boleh berharap agar pemerintah dapat memberi perhatian lebih pada permasalahan status para guru yang masih sebagai tenaga honorer. Bagaimanapun juga, honorer atau bukan, para guru adalah bagian yang sangat penting dalam upaya memulihkan pendidikan saat ini. Mari kita semua mengapresiasi dan mendukung perjuangan mereka sesuai bidang masing-masing.  Selamat Hari Guru,  terima kasih atas segala pengabdian! 

Dream Praire