Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | khiza ikmal
Penampakan visual Gunung Semeru [ANTARA]

Berita duka dari lereng Semeru membuat seluruh bagian Indonesia turut bersedih. Ibarat badan, luka pada satu organ akan ditanggung oleh keseluruhan badan. Untungnya, dengan berbagai macam media yang mudah diakses, sumbangan dari negara, instansi masyarakat atau atas nama pribadi dengan cepat terkumpul dan tersalurkan. Berbagai kebutuhan mendesak seperti logistik, pakaian dan obat-obatan segera dapat dipenuhi. Selain itu, warga juga segera dievakuasi ke titik aman dari bencana erupsi Semeru. 

Meski demikian, erupsi yang mengalir dari Semeru tetap menyisakan kisah duka yang perih bagi warga lereng Semeru. Puluhan warga hilang dan sebagian ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Mereka ditemukan tertimbun lahar atau reruntuhan bangunan. Kerugian materi juga teramat besar. Belum lagi rundung duka secara psikologis menyaksikan rumah dan alam menyita kehidupan mereka. 

Namun, bencana alam bukanlah tawar menawar. Bencana alam adalah hak mutlak Tuhan. Semeru telah memuntahkan larva yang meluluh lantakkan sebagian wilayah lereng gunung. Meski sakit dan pedih, kita harus bahu membahu untuk bangkit menatap masa depan. Selain mengirim berbagai bantuan materi, masyarakat kita juga antusias membantu menguatkan kembali saudara-saudara yang terdampak korban bencana Semeru. 

Dukungan berupa materi, pendidikan dan support psiokologis terus dilakukan dari berbagai pihak. Namun bukan hanya menyembuhkan trauma, ada hal lain yang juga harus kita kuatkan lagi dari mereka. Ya, dukungan untuk tetap optimis terhadap apapun. Bagi para korban, Semeru mungkin telah menjadi hal traumatik. Semeru telah merenggut keluarga, harta dan kehidupan yang sudah seperti napas bagi mereka. Beberapa anak yang sedang belajar di posko bencana Semeru mengatakan tidak suka dengan adanya bencana ini. Tentu saja, tidak ada yang bergembira dengan bencana alam yang menelan banyak korban.

Namun, mungkin kita harus mengingatkan kembali bahwa Tuhan selalu baik, meski telah menakdirkan bencana alam yang besar. Kita bisa membantu meyakinkan kembali dengan hal-hal sederhana pada anak-anak. Mungkin dengan mengajak bersyukur dengan adanya posko-posko dengan pendampingan yang baik, teman baru, permainan baru dan kebiasaan baru yang juga menyenangkan. Meyakinkan bahwa Tuhan akan selalu baik, akan mengganti kesedihan dengan kebahagiaan. Maka dari itu, meski ada kesedihan, tidak ada alasan membenci alam atau marah pada Tuhan. 

Dengan jiwa optimis, upaya penyembuhan dari trauma, serta dukungan yang terus diberikan, semoga korban diberi ketegaran dan segera bangkit. Siap menyongsong masa depan, memiliki jiwa yang tangguh dan memiliki mindset positif. Sebagai saudara kita harus turut mendoakan mendukung semampu kita, baik materi, jasa pendidikan, dukungan sosial dan do'a. Semoga lekas sembuh Semeru.

khiza ikmal