Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ahmad Afandi Muhaimin
Ilustrasi Wisuda (unsplash/Pang Yuhao)

Eh kamu sekarang sudah lulus ya? Sudah kerja di mana kamu? Enak sekali hidup kamu ya? Rencana mau nikah kapan nih? Pertanyaan itu akan selalu muncul ketika seorang pengangguran seperti yang sedang dialami diriku saat ini.

Apalagi aku merupakan seorang Sarjana Hukum Keluarga, hukum keluarga loh. Apa yang kamu bayangkan tentang jurusanku itu. Pasti yang kalian pikirkan pertama kali adalah KUA lalu Pengadilan Agama. Ya, ada benarnya itu sih. Namun, pertanyaan selanjutnya apa aku mau kerja di dua instansi itu? Kalau ditanya seperti itu, pastinya aku akan menjawab iya. Akan tetapi, apakah saat ini kedua instansi itu merekrut pegawai baru, itu masalahnya.

Dibanding mereka yang masih luntang-lantung di kampus dan betah jadi mahasiswa gentayangan ((stilah yang disampaikan oleh Pak Syafi, bapaknya temanku yang sekarang lagi jadi Ketua Pengadilan Agama Kraksaan ketika menasihati anaknya yang masih belum lulus kuliah), keadaanku saat ini lebih baik, meskipun tidak baik-baik amat.

Pilihan Setelah Lulus

Sebenarnya ketika lulus kuliah bukan hanya ada opsi kerja, melainkan masih menyisakan dua opsi lainnya, yakni lanjut s2 atau nikah. Kata Pak Syafi kalau masalah ilmu itu jangan sampai ragu. Sebab, Tuhan pasti menjamin kehidupan orang yang mencari ilmu. Kalau mau S2, lanjutkan saja. 

Kemudian ada opsi nikah yang ini tak mungkin bisa dijangkau olehku setidaknya sampai saat ini. Bagaimana tidak, lah wong kerja aja belum malah mikirin nikah. Dari ketiga pilihan di atas paling tidak kerja merupakan pilihan yang paling memungkinkan, mau ambil s2 masih terbentur dana.

Seperti yang dikatakan oleh dekanku, Prof. Haris ketika Yudisium Fakultas Syariah UIN KH. Achmad Siddiq Jember yang ke-15, beliau mengatakan kalau sudah lulus diusahakan untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya atau kalau mau kerja silahkan mencari kerja sesuai bidangnya masing-masing. Namun, kalau susah nyari kerja, setidaknya kegiatan mencari kerja sudah menjadi pekerjaan baru buat kalian.

Pilih Kerja, Tapi Mau Kerja Apa

Berbicara masalah kerja, aku yakin semua fresh graduate akan pusing dan mau tidak mau harus memutar otak berkali-kali supaya tidak lama menjadi beban keluarga. 

Sementara pencari kerja semakin bertambah setiap tahunnya, hal itu berbanding terbalik dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal itu dipertegas dalam dua tahun terakhir Covid-19 yang sukses memporak-porandakan tatanan perekonomian dunia khususnya Indonesia. Banyak perusahaan yang dipukul mundur untuk berhenti mengoperasikan kegiatannya. Sebab, sudah tak sanggup dengan berbagai tekanan yang ada.

Ditambah dengan pernyataan Mendikbud Nadiem Makarim yang mengatakan bahwa 80 persen lulusan universitas di Indonesia bekerja tidak sesuai dengan jalur keilmuannya. Genap sudah penderitaan para fresh graduate di tanah air.

Dari sini, kita yang merupakan angkatan Corona tidak lagi bisa bermain (baca: bekerja) dengan mode manual. Kita dituntut untuk segera menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Seperti yang dikatakan Om Deddy Corbuzier di Instagram miliknya bahwa ada tiga tipe orang di masa pandemi ini.

Pertama adalah orang-orang atau perusahaan yang menyerah karena mendapatkan sesuatu yang di luar dugaan and they give up. Kedua, orang-orang yang bertahan, tidak ngapa-ngapain, take everything freeze dan menunggu hingga pandemi selesai. Lalu yang ketiga adalah tipe orang yang beradaptasi, ketika pandemi terjadi, harus seperti apa dan harus berjalan seperti apa. Pada akhirnya tipe yang ketiga inilah yang akan sukses melewati pandemi dengan berjaya. Semoga bermanfaat.

Ahmad Afandi Muhaimin