Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kebutuhan akan fasilitas dan infrastruktur di suatu wilayah. Perkotaan merupakan salah satu wilayah strategis yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Fungsi wilayah perkotaan di samping sebagai jantung perekonomian suatu wilayah juga sebagai tempat aktivitas manusia. Hingga saat ini alih fungsi lahan terbuka hijau menjadi kawasan kota marak terjadi sehingga menimbulkan kurangnya ruang terbuka hijau di daerah perkotaan.
Konsep urban green infrastructure (infrastruktur hijau kota) merupakan konsep baru dalam konservasi lahan kota menuju kota lestari. Setiap lahan kota seharusnya dikembangkan dengan pendekatan serta tata kelola yang berkelanjutan (sustainable governance). Mengingat akan pentingnya ketersediaan ruang terbuka hijau seperti penyedia oksigen, tempat berlindung bagi berbagai ekosistem, hingga sebagai tempat rekreasi. Konsep urban green infrastructure mendukung adanya kesetaraan antara infrastruktur yang ada dalam wilayah perkotaan dengan lahan hijau sebagai penunjang kehidupan.
Urban green infrastructure sangat cocok dijadikan sebuah perencanaan yang menerapkan konsep tata kelola yang baik bagi kawasan perkotaan sehingga fungsi kota tidak hanya sebagai tempat aktivitas semata tetapi juga sebagai tempat yang memiliki fungsi lain dalam menunjang kegiatan manusia. Adapun beberapa prinsip mengenai konsep green infarstructur (principles of green infarstructur) menurut Profesor Sarel Cilliers dalam Urban And Region Planning dari North West University adalah sebagai berikut.
1. Mulltifuncionality
Sistem ruang terbuka hijau tidak hanya memiliki satu fungsi saja. Coba kita bayangkan apabila suatu kota terdapat wilayah ruang terbuka hijau yang memadai dan cukup luas. Manfaatnya selain enak dipandang atau memiliki fungsi estetis (aesthetic functions) juga memiliki fungsi strategis (strategic functions) yang berguna utuk kehidupan manusia seperti dapat mengurangi pencemaran udara, mengantisipasi dampak global warming dan perubahan iklim yang berpotensi mengancam keberlanjutan kota, bermanfaat meningkatkan kualitas kota melalui pengendalian limpasan permukaan dan memperkecil risiko kejadian banjir di wilayah perkotaan.
2. Connectivity
Jika suatu lahan terbuka hijau diaplikasikan dalam wilayah perkotaan katakanlah konsep green streat di perkotaan yang menghubungkan jalan-jalan di perkotaan oleh pohon hijau. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi beberapa kegiatan yang ada di perkotaan. Selain mengurangi hawa panas karena banyaknya tumbuhan hijau serta rindang, juga sangat berpontesi dijadikan tempat resapan air yang kemudian kita dapat memanfaatkannya kembali tentunya dengan menggunakan sistem yang terintegrasi satu sama lain (integrated system).
3. Integration
Dalam konsep green infarstructur kita dapat menerapkan prinsip integrasi dimana antara infrastruktur dan lahan hijau dapat kita integrasikan membuat sebuah pemandangan yang indah dan tidak membosankan. Sebagai contoh adalah kawasan rooftop sebuah gedung dapat kita manfaatkan untuk membuka sebuah kawasan hijau dengan konsep smart ruftop green infrastructur.
Selain itu kita dapat menerapkan lahan hijau pada sebuah dinding atau tembok dengan konsep green wall, yang tentunya selain memiliki fungsi estetis juga memiliki fungsi strategis dalam mendukung kehidupan manusia. Lebih dari itu kita dapat memanfaatkan lahan terbuka lain seperti kolong jembatan yang dapat dimanfaatkan untuk membuka kawasan hijau.
Dalam penerapannya konsep green infrastructur bersifat interdisipliner (Interdisciplinary), artinya sangat memerlukan kontribusi atau keterlibatan beberapa keahlian atau disiplin ilmu yang dapat menyukseskan pengembangan konsep ini. Beberapa bidang ilmu seperti ahli ekologi, ahli hidrologi, arsitek, insinyur landscape, engginers sangat penting karena mereka yang harus memahami bagaimana pola interkasi dan prosesnya serta apa yang sebenarnya terjadi (what really happened).
Selain itu juga yang terpenting dalam sebuah perencanaan adalah adanya kerjasama antar perencana dengan pemangku kebijakan seperti pemerintah yang mesti terlibat dalam rencana strategis tersebut. Sebab suatu perencanaan akan berjalan dengan baik apabila para perencana memiliki kerjasama dan inovasi yang baik dalam melakukan sebuah perencanaan.
Tag
Baca Juga
-
Kurikulum Merdeka: Tantangan Infrastruktur dan Kesiapan Guru di Era Prabowo
-
Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas: Menyoal Hukum dan Keadilan di Indonesia
-
Dari Jokowi ke Prabowo: Memerangi Korupsi Demi Indonesia yang Lebih Baik
-
Review Film Dead Boy Detectives: Kisah Hantu Remaja dan Misteri Supernatural
-
Review Serial My Lady Jane: Kisah Ratu 10 Hari yang Diolah Jadi Komedi
Artikel Terkait
-
Mal Jadi Tujuan Utama Masyarakat usai Nyoblos, Berburu Diskon dan Penawaran Menarik Lewat Program Klingking Fun
-
Data Pendidikan Gibran saat Daftar Wali Kota dan Wapres Berbeda, Netizen: Semuanya Palsu?
-
Panduan Mencoblos di TPS Pilkada 2024, Jangan Lupa Bawa Dokumen yang Disyaratkan
-
Turis Jepang Kapok Berkunjung ke Kota Bogor Gegara Pengamen Marah-marah di Angkot
-
Berantas Kota Kumuh! BRIN Kembangkan Peta Berbasis Citra Satelit
Kolom
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Apatis atau Aktif? Menguak Peran Pemilih Muda dalam Pilkada
-
Mengupas Tantangan dan Indikator Awal Kredibilitas Pemimpin di Hari Pertama
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
Terkini
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan