Perkembangan teknologi informasi yang kian pesat tak hanya mendesak kita untuk melakukan segala sesuatu dengan cepat dan instan, tetapi juga membuat kita kadangkala mempertanyakan kembali esensi dari tujuan teknologi informasi tersebut. Apakah teknologi informasi sudah cukup akurat bagi seluruh bidang yang dikehendaki oleh ilmu pengetahuan? Apakah teknologi informasi juga mendukung berkembangnya suatu kebudayaan? Dan apakah teknologi informasi dapat menyediakan perkembangan suatu kebudayaan?
Semua pertanyaan tadi secara keseluruhan sebenarnya merupakan tanggung jawab manusia. Sebab bagaimanapun dan secanggih atau semutakhir apapun teknologi yang saat ini kita gunakan, sebuah teknologi informasi hanya berfungsi sebagai 'wadah' untuk tempat kita berkembang dan mengasah bidang pengetahuan kita, termasuk halnya kebudayaan, dan salah satunya adalah sastra.
Sastra menjadi sangat berkembang di era teknologi informasi saat ini. Bagaimana tidak? Karya sastra yang dulu hanya bisa kita jumpai pada buku-buku yang kita beli ataupun kita pinjam, kini menjadi mudah diakses oleh kita, halaman demi halaman, meskipun tidak seluruhnya.
Para penulis karya sastra pada zaman dahulu begitu bersusah-payah dalam memproses karya-karyanya. Mulai dari mengetik secara manual dengan mesin tik yang tak bisa dihapus bila terjadi kesalahan kata, hingga menunggu lama tanpa sebuah konfirmasi bila penulis yang bersangkutan mengirimkan karyanya ke berbagai media massa, mengingat betapa lamanya ekspedisi sebuah surat pribadi lewat kantor pos.
Namun sekarang, penulis karya sastra, baik yang sudah mempunyai nama ataupun yang masih awam, dapat dengan mudah mempublikasikan karya-karyanya melalui media sosial, termasuk juga dalam mengirimkan karyanya ke sebuah media massa.
Jika dulu penggiat sastra harus bertemu secara langsung dengan rekan-rekannya untuk melakukan suatu diskusi, kini tidak lagi demikian. Ada banyak sekali platform media sosial yang mendukung penuh komunikasi jarak jauh, tidak sebatas mengandalkan audio saja, melainkan juga mengandalkan gambaran visual.
Mungkin ada beberapa dari sebagian pihak yang mempertanyakan eksistensi sastra di tengah-tengah arus informasi. Salah satu pertanyaannya "Bagaimana membentuk suatu ekosistem sastra bila semuanya serba instan dan serba dibatasi?"
Pertanyaan tersebut mengharuskan kita untuk kembali lagi pada jawaban sebelumnya. Sebab bagaimanapun, secanggih atau semutakhir apapun teknologi yang kita gunakan, dan se-instan apapun proses yang akan kita perjuangkan, serta apapun batasan yang dihadapkan pada kita, semuanya memiliki tanggung jawab dan keberanian yang harus diselesaikan, dan teknologi informasi tidak akan bisa menyelesaikan tanggung jawab dan tantangan tersebut, hanya kita sebagai motor penggerak yang mampu menyelesaikan dengan penuh tanggung jawab dan keberanian.
Itu tadi di atas merupakan opini saya mengenai manfaat teknologi informasi bagi perkembangan ekosistem sastra, semoga pembaca dapat memetik benang merahnya dan manfaatnya. Kurang dan lebihnya saya ucapkan terima kasih.
Baca Juga
-
Mari Kembangkan Diri Bersama Buku Bertajuk 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif
-
Ulasan Tuan Besar Gatsby Karya F. Scott Fitzgerald, Salah Satu Novel Terhebat dalam Sastra Dunia!
-
Misi Evakuasi Para Tentara Inggris pada Perang Dunia II dalam Film Dunkirk
-
Ulasan Film The Pursuit of Happyness: Perjuangan Seorang Ayah Meraih Kesuksesan
-
Ulasan Film Fury: Pertempuran Sengit Melawan Satu Batalion Tentara Jerman
Artikel Terkait
-
Ketum TP PKK Tekankan Pentingnya Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Dalam Laksanakan Program PKK
-
Ahmad Dhani Kecewa: kenapa Anggaran Kementerian Kebudayaan Paling Kecil?
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Ulasan Novel Buku-Buku Loak, Bernostalgia Melalui Sastra Lama
-
Giring Ganesha Tunjukkan Sikap Protektif, Lindungi Wartawan saat Wawancara
Kolom
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg