Tentu, bagi yang cukup memahami bagaimana dunia jurnalistik bekerja, kita sering dihadapkan dengan fenomena berita sensasional seperti hadirnya clickbait. Clickbait telah menjadi sebuah unsur kekuatan baru dalam media kontemporer dan kehadirannya bagaikan "hama" dalam media massa.
Mengenal clickbait dan dampak yang ditimbulkannya dapat dimulai dari memahami apa serta bagaimana clickbait bisa muncul di tengah masyarakat. Kali ini, mari kita membahas secara singkat mengenai seluk beluk fenomena clickbait dan mengapa kehadirannya dalam dunia jurnalistik menjadi unsur pengganggu.
Definisi dari clickbait
Clickbait dapat didefinisikan secara luas menjadi sebuah teks judul berita atau konten yang sensasional dan menarik pembacanya, untuk membuka berita atau konten tersebut. Sederhananya, ketika kita melihat judul yang berlebihan dan cenderung hiperbola, lalu kita melakukan klik dan membuka berita tersebut, itulah yang dinamakan clickbait.
Menilai clickbait umumnya dapat dilakukan dengan kesesuaian judul dengan konten yang ada di dalam berita. Kadang judul dilebih-lebihkan dan memakai kata hiperbola untuk menarik ketertarikan calon pembaca, karena kehebohan kalimat yang dipakai dan cenderung membuat pembacanya bereaksi dalam batin, bahkan sebelum membaca keseluruhan berita.
Mayoritas konten clickbait ditujukan untuk memaksimalkan klik yang dihasilkan dan jumlah audiens pembaca berita tersebut. Konten clickbait mengesampingkan keakuratan dan kesesuaian judul dengan konten. Bahkan realita yang terjadi dan hanya sekadar mencari sensasi pembaca. Konten clickbait juga mengesampingkan tujuan utama dalam jurnalistik yakni menyampaikan berita secara akurat dan informatif. Tentu, hal ini sangat merugikan masyarakat dan merusak citra pers di mata publik.
Proses dinamika produksi konten clickbait
Clickbait bermula dari pemilihan judul. Judul yang dipakai umumnya melebih-lebihkan keadaan di realita dan menggunakan bahasa yang provokatif dan memancing reaksi dari pembaca. Tak lupa, tanda seru juga sering digunakan untuk menggambarkan judul. Judul umumnya memuat kalimat-kalimat provokatif dan melebihkan suatu keadaan, sehingga konten akan tampak sensasional serta memunculkan reaksi pembaca, sehingga mendorong mereka untuk membuka tautan berita tersebut.
Alih-alih mendapatkan informasi yang mereka inginkan, para pembaca terkadang kecewa dengan substansi atau isi dari berita. Tidak jarang judul menyampaikan sesuatu yang sensasional, tapi penulis tidak mampu menjelaskan kesesuaian peristiwa yang terjadi di isi berita. Sehingga, isi berita tidak semenarik judulnya karena adanya ketidaksesuaian.
Clickbait berimbas pada persepsi publik terhadap suatu isu
Melalui judul yang sensasional, persepsi publik terhadap suatu isu akan menjadi tersesatkan dan tentu keadaan akan menjadi lebih buruk ketika publik membagikan judulnya saja tanpa membaca keutuhan berita. Persepsi publik akan menjadi negatif dan berita yang mereka peroleh hanya melalui judul yang sensasional tanpa adanya pembacaan mendalam. Sehingga, tidak jarang berita clickbait memberikan info yang tidak akurat dan cenderung sekadar memperkeruh keadaan masyarakat dalam menanggapi sebuah isu sensitif nan sensasional.
Clickbait adalah pelanggaran etika jurnalistik
Seorang wartawan terikat dengan kode etik jurnalistik dalam memproduksi sebuah informasi. Beberapa pasal dari kode etik tersebut adalah mengikat para wartawan untuk menyampaikan berita yang akurat dan informatif kepada publik. Kedua pasal tersebut dilanggar saat berita yang disajikan ditujukan bukan untuk memberikan informasi terpercaya dan mencerahkan publik dan hanya sekadar memaksimalkan audiens untuk kepentingan pribadi.
Melalui clickbait, informasi yang disampaikan menjadi jauh dari kata akurat. Selain itu, reaksi yang ditimbulkan dari judul yang provokatif dan tidak sesuai dengan realita hanya menjadi penyulut konflik. Maka, para wartawan dituntut untuk berhati-hati dalam menyusun sebuah judul berita.
Clickbait sejatinya adalah sebuah metode yang riskan. Meskipun meningkatkan ketertarikan audiens dalam membaca berita yang direproduksi, sayangnya keakuratan informasi yang diberikan menjadi hilang. Maka, perlu adanya kemampuan bagi para wartawan untuk menyeimbangkan antara menyusun judul yang menarik dengan kesesuaian terhadap isi maupun realita yang terjadi.
Referensi
- Yayat D. Hadiyat. 2019. Clickbait di Media Online Indonesia
- Yoseva Yamlean. 2019. Clickbait Journalism Dan Pelanggaran Etika Jurnalistik
Baca Juga
-
Mengenal Orang Tua Alyssa Daguise: Calon Besan Ahmad Dhani Ternyata Bukan Sosok Sembarangan
-
Profil Hestia Faruk: Tante Thariq yang Dahulu Sempat Dikenalkan ke Fuji
-
Menentukan Monster Sesungguhnya dalam Serial Kingdom: Manusia atau Zombie?
-
5 Langkah Awal Memulai Karier sebagai Desainer Grafis, Mulailah dari Freelance!
-
Menekuni Kegiatan Content Creating: Berangkat dari Hobi Menuju Karier
Artikel Terkait
-
Segini Harga Langganan Konten Eksklusif Pemain Timnas Indonesia, Mees Hilgers Paling Laris?
-
Erick Thohir ke Media Italia: Ranking FIFA Timnas Indonesia Jadi 50 di Tahun 2045
-
Viral Earbuds Berdarah, Ini Batas Aman Volume untuk Mendengarkan Musik
-
Australia Bikin RUU Larangan Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Jika Dilanggar Dendanya Mencapai Rp500 Miliar
-
Segini Pendapatan Catheez dari Konten Eksklusif Instagram, Pantas Enteng Tolak Endorse Judi Online
Kolom
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkini
-
Akui Man City Sedang Rapuh, Pep Guardiola Optimis Pertahankan Gelar Juara?
-
Laris Banget! Lagu 'Tak Segampang Itu' Tembus 500 Juta Streams di Spotify
-
Motor M1 Masih Bermasalah, Yamaha Minta Maaf ke Alex Rins
-
Berjaya sebagai Pembalap, Berapa Total Kekayaan Marc Marquez?
-
Sinopsis Film I Want To Talk, Film Terbaru Abhishek Bachchan dan Ahilya Bamroo