Banyak orang tua yang berpikir bahwa peran mereka sebagai orang tua hanya sebatas membesarkan anak dengan memenuhi segala kebutuhan si anak sesuai usianya. Saat anak masih bayi, orang tua memberi ASI atau susu formula. Saat anak mulai bersekolah, orang tua memberi uang jajan dan mengantar anak sekolah.
Sesungguhnya peran orang tua jauh lebih luas. Hal ini mencakup pendampingan anak sejak lahir sampai mereka dewasa. Saat anak baru lahir, orang tua selalu ada di dekat mereka. Memberi perhatian penuh karena takut si anak akan menangis atau takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
Namun, terkadang orang tua tidak sadar bahwa sampai anak tumbuh dewasa, mereka tidak bisa lepas tanggung jawab sebagai orang yang harus selalu mendampingi anak.
Berikut dua dari banyak hal yang menjadi peran penting orang tua dalam proses pertumbuhan anak.
Orang tua adalah pengawas
Pengawas di sini berarti orang tua harus selalu mengawasi atau memantau perkembangan si anak. Apakah anak itu bertumbuh sesuai usianya atau ada kendala yang terjadi.
Bukan hanya pertumbuhan secara fisik seperti tumbuhnya gigi atau si anak mulai belajar berjalan. Namun, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan psikis anak. Apakah ia bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti sekolah.
Saat anak beranjak remaja bahkan dewasa, orang tua harus tetap memantau anak meski tidak secara langsung. Karena masa peralihan remaja menuju dewasa adalah masa yang sangat rentan bagi anak.
Jika mereka tidak diawasi, bisa saja mereka melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang tanpa sepengetahuan orang tua.
Orang tua adalah teman
Teman yang dimaksud bukan teman bermain game seperti teman sebaya mereka. Peran orang tua sebagai teman di sini adalah menjadi seseorang yang bisa dijadikan tempat berbagi masalah yang mereka hadapi, terutama selama proses pertumbuhan anak.
Selayaknya mereka curhat kepada teman, hendaknya anak juga bisa melakukan hal yang sama dengan orang tua. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk memosisikan diri sebagai teman yang siap mendengar cerita mereka.
Dengan demikian, anak dan orang tua akan memiliki hubungan yang erat, sehingga meminimalisir kemungkinan anak akan melakukan sesuatu yang buruk tanpa sepengetahuan orang tua.
Tag
Baca Juga
-
Tuai Hujatan Karena Menang MCI, Pantaskah Belinda Diperlakukan Demikian?
-
Ulasan Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Kental dengan Nilai Sejarah dan Pengabdian
-
Ulasan Novel Rooftop Buddies, Pengidap Kanker yang Nyaris Bunuh Diri
-
Berkaca pada Kasus Bunuh Diri di Pekalongan, Dampak Buruk Gadget bagi Anak
-
Ulasan Novel Mata di Tanah Melus, Petualangan Ekstrem di Negeri Timur
Artikel Terkait
-
Adu Serpak Terjang Anak Hotma Sitompul dan Hotman Paris, Dua Rival Bebuyutan
-
Ditangkap! Pria Misterius di Kelapa Gading Jakut Teror Warga Pakai Panah, Apa Motifnya?
-
5 Top Sunscreen di Indomaret, Ekonomis Cocok buat Anak Sekolahan
-
Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, Pemprov Jateng Sinergi dengan Paralegal Muslimat NU
-
Dikerubungi Anak SMA, Anies Diminta Tanda Tangan di Sepatu Bak Lionel Messi
Kolom
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
Refleksi Taman Siswa: Sekolah sebagai Arena Perjuangan Pendidikan Nasional
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan