Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Tuan Typo
Sampul novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi (Dokumen pribadi/sonangambarita)

Sejarah penjajahan Portugis dan Belanda ke pulau Gapi dan bukti kesetiaan dan pengabdian kepada pemimpin. Penuh makna dan kritik mendalam. 

Blurb Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi

Matara yang gagal masuk ke sekolah impian, bersama orang tuanya pindah ke pulau Gapi di wilayah timur laut kepulauan Indonesia. Kepindahan ini tak hanya membawa Matara ke tempat-tempat baru, tapi juga membawanya menyusuri waktu, menjelajahi masa lalu. 

Demikian blurb singkat novel karya Okky Madasari ini. 

Novel kedua dari seri Matara ini menceritakan Matara yang ikut pindah ke pulau Gapi karena ayahnya dipindahkan ke sana. Di sana Matara dipertemukan lagi dengan teman baru yakni Molu si kucing dan Gama, seekor anjing yang berubah menjadi laba-laba. 

Novel ini menjadikan anak-anak sebagai tokoh utama dan diceritakan dengan sederhana. Alurnya dikemas dengan sangat baik sehingga tidak ada tanda tanya yang tertinggal setelah membaca buku ini. 

Namun, di balik kesederhanaannya, novel ini merupakan kritik yang cukup menyentak bagi semua orang. Novel ini memberi banyak makna yang sangat berkesan. 

Kesetiaan dan pengabdian

Dalam novel ini ada tiga tokoh yang menunjukkan bukti kesetiaan dan pengabdian yang luar biasa. Pertama adalah pasangan suami istri yakni Adoi dan Faida yang tinggal di pulau Gapi saat Portugis melakukan invasi. Adoi seorang portugis menikah dengan gadis penduduk asli Pulau Gapi. 

Selama beberapa waktu dia membeli rempah-rempah dan mengirimnya ke keluarganya di Portugis. Namun, saat rakyat pulau Gapi mulai melakukan perlawanan dan mengusir mereka semua, Adoi memilih tinggal di sana dan mengabdi kepada Sultan.

Sampai pada kematiannya Adoi dan Faida tetap menjalankan tugas yang diberikan sultan untuk menjaga pusaka mereka. Setelah meninggal, Adoi dan Faida berubah menjadi buaya dan mendiami danau tempat pusaka Sultan. 

Tokoh kedua adalah Molu si kucing hitam yang abadi. Adoi yang saat itu berusia 17 tahun saat baru datang ke pulau Gapi, mengambilnya dari selokan.

Adoi dengan senang hati memberinya makan dan menjaga Molu sepenuh hati. Molu merasa nyaman dan menyayangi Adoi sepenuh hati.

Setelah Adoi meninggal, Molu tidak pernah meninggalkan rumah peninggalan Adoi. Bahkan setelah penguni rumah itu berganti, dia tetap setia di sana.

Dan yang ketiga adalah Gama. Seekor anjing milik sultan yang setia menjaga benteng. Bahkan saat benteng dirubuhkan dan Gama mati tertimpa reruntuhan saat perang, dia tetap setia menjaga benteng itu. Gama berubah menjadi laba-laba dan menyerang semua orang yang ingin merusak benteng itu.

Dari novel ini kita bisa belajar makna kesetiaan dan pengabdian. Juga sejarah penjajahan Portugis dan Belanda di masa lampau. 

Tuan Typo