PIP atau Program Indonesia Pintar digelontorkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi agar peserta didik berlatar belakang keluarga tidak mampu, dapat terus menempuh pendidikan jenjang SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi, dengan memberikan dana nominal tertentu, kurun beberapa waktu sekali. Namun dalam implementasinya di lapangan, relatif banyak ditemukan keanehan (kalau boleh disebut seperti itu).
Dari faktor guru atau sekolah sebagai pihak yang mengurusi pengajuan dan pencairan dana PIP, misalnya. Ketika dana PIP turun, di sekolah tertentu (tanpa perlu menyebut namanya), segera dicairkan oleh guru atas sepengetahuan kepala sekolah, tapi kemudian, dana tersebut tidak diberikan kepada peserta didik yang berhak.
Sebaliknya, justru digunakan untuk pembangunan fisik sekolah. Guru-guru lain, diminta bungkam.
Keanehan berikutnya, ada kepala sekolah atau guru tertentu, yang menggunakan dana PIP untuk kepentingan pribadi. Dalam kasus di lingkaran terdekat, saya lihat sendiri ada yang menggunakan dana tersebut untuk biaya melanjutkan kuliah. Ada pula yang diperuntukkan bagi rumah tangga. Kasus tersebut, ada yang terbongkar, ada pula yang tidak, sehingga jalan terus.
Dari peserta didik atau keluarganya sendiri, selaku pihak yang menerima dana tersebut, tidak kurang, ada keanehan implementasi.
Pertama, dana yang sedianya dimanfaatkan untuk menopang pendidikan, justru digunakan orang tua untuk kepentingan yang tidak berkaitan dengan sekolah. Untuk modal usaha, belanja kebutuhan dapur, misalnya.
Di sisi lain, ada yang menggunakan dana PIP untuk bepergian piknik. Sehari atau selang tidak lama setelah pembagian dana oleh sekolah, peserta didik tidak berangkat ke sekolah. Esok hari, saat berangkat, barulah mengaku kalau kemarin piknik setelah memperoleh uang PIP.
Ironisnya, pada saat bersamaan, kebutuhan buku pelajaran atau yang semisal itu, tidak terbayar karena penggunaannya yang tidak sesuai alokasi semestinya.
Dalam kasus pertama, yakni penyelewengan dana oleh pihak guru tertentu atau sekolah, sekarang lebih dapat diminimalisasi, di antaranya karena per Maret 2022, pencairan uang PIP hanya dapat dilakukan oleh orang tua peserta didik.
Jadi, kapasitas guru atau sekolah, sebatas mengajukan nama peserta didik guna memperoleh dana PIP dan mengecek siapa-siapa saja yang lolos dalam pengajuan tersebut?
Upaya lain yang ditempuh, sebagaimana saya perhatikan dalam lingkaran cukup dekat, ialah kontroling pihak orang tua peserta didik.
Kurun waktu keluarnya dana PIP antara sekolah satu dengan sekolah lain, tentu hampir sama. Dengan bertanya-tanya kepada sesama orang tua dari sekolah berbeda, orang tua dapat mengetahui apakah dana PIP tahap atau kurun tertentu sudah cair atau belum? Kemudian menanyakan kepada guru yang mengurusi, apakah nama anak mereka masuk dalam daftar atau tidak?
Dalam kasus kedua, yakni penyalahgunaan dana PIP oleh orang tua, ada sekolah-sekolah yang memanggil dan mengumpulkan orang tua guna pembinaan. Semacam pemberian wawasan atau penekanan agar pemanfaatan dana PIP sesuai keharusan.
Namun demikian, kapasitas dan kewenangan sekolah, sebatas memberikan insight dan masukan, tidak lebih dari itu.
Catatan permasalahan beserta sekelumit solusi di atas, dirangkum dari pengalaman pribadi, tepatnya di sekolah tempat saya bekerja, saat ini (kaitannya dengan kasus kedua) dan pengamatan di sekolah-sekolah lain (untuk kasus pertama dan kedua).
Oleh karena itu, bisa jadi, persoalan dan solusi tersebut sangat kasuistik. Lalu bagaimana dengan permasalahan dan solusi seputar penyalahgunaan dana PIP di lingkungan rekan-rekan? Mari disampaikan, kita berdiskusi. Catatan ini, sekadar pemantik.
Tag
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Ngakak! Bocah Ini Bangun Tidur Siang Siap-siap buat Sekolah Padahal Diajak Ngabuburit
-
Bak Kisah Wattpad, Viral Pernikahan Kepala Sekolah dengan Muridnya, Publik Justru Ributkan Hal Ini
-
Soroti Maraknya Aksi Kejahatan Jalanan, Pakar UGM Sebut Dinamika Saat Pandemi Ikut Memengaruhi
-
Kesal Ditegur Gegara Makan saat Puasa, Pelajar SMP di Riau Bakar Sekolah, Siram Guru Pakai Bensin
Kolom
-
Malam Tanpa Layar! Seni Menjaga Kesehatan Tidur di Era Digital
-
Femisida dan Tantangan Penegakan Hukum yang Responsif Gender di Indonesia
-
Media Lokal Sudah Badai Selama 10 Tahun Terakhir dan Tak Ada yang Peduli
-
Saat Buku Tak Bisa Dibaca: Akses Literasi yang Masih Abai pada Disabilitas
-
Sama-Sama Pekerja Gig, Kok Driver Ojol Lebih Berani daripada Freelancer?
Terkini
-
Rilis Teaser, Film The Thursday Murder Club Kisahkan Para Lansia Pemecah Misteri
-
Cho Yi Hyun Menjalani Kehidupan Ganda di Drama Korea Head over Heels
-
Lee Jung Jae Gandeng Studio Inggris untuk Proyek Film Spy Bertema K-Pop
-
Antony Starr Tak Habis Pikir Homelander Jadi Karakter yang Disukai Penggemar
-
BoA Resmi Comeback Lewat Lagu Jepang Terbaru Bertajuk Young & Free