Semakin luasnya perkembangan media sosial, membuat para penggunanya memiliki akses yang lebih luas untuk mendapatkan informasi. Salah satunya adalah pendapat orang lain ataupun review seseorang terhadap sesuatu.
Dengan adanya pendapat orang lain, seperti contohnya review terhadap pengalaman berada di suatu tempat, pengalaman setelah mencoba makanan yang unik, ataupun berpendapat tentang sebuah film dan hiburan yang lainnya, dapat memberikan sebuah referensi dan pertimbangan agar kita lebih bisa menghemat pengeluaran.
Tetapi, sayangnya, tidak semua hal yang telah diulas oleh orang lain di media sosial dapat kita telan mentah-mentah. Terkadang, ada juga yang hanya bertujuan untuk menjatuhkan seseorang, melebih-lebihkan sesuatu yang belum tentu bagus, atau bahkan review asal sekadar ingin merasakan postingannya viral di media sosial.
Dengan adanya postingan viral yang seperti itu, pada akhirnya merugikan pemilik yang tidak bersalah. Bahkan, bagi beberapa orang yang tidak semua review itu dikonsumsi secara mentah-mentah, mengamati secara langsung apa yang sebenarnya terjadi, dan ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya.
Seperti contohnya, dalam video YouTube ini:
Review Jelek yang Merugikan Penjual Makanan
Dalam sebuah video YouTube yang berasal dari Channel Anak Kuliner yang berjudul SEDIH... GARA-GARA REVIEW JELEK DI TIKTOK JADI SEPI BANGET terlihat sebuah ruko Mie Kocok yang sepi pengunjung.
Karena sebuah video review di platform TikTok yang viral dengan memberikan penilaian jelek 3/10 terhadap ruko Mie Bakso Kocok di Bandung, tempat tersebut berdampak besar hingga sepi pengunjung.
Penjual di sana mengatakan, 20-30 mangkok terjual dalam sehari. Padahal, sebelum adanya review tersebut, mie bakso jualannya lebih banyak terjual. Menurutnya, orang tersebut masih baru berada di sana dan hanya iseng dalam memberikan ulasan asal itu.
Dengan rasa dari makanannya yang enak dan rukonya yang cukup luas, wajar saja jika harga semangkuknya seharga Rp20.000,-
Dapat kita simpulkan, bahwa memberikan pendapat seharusnya dapat bersifat transparan dan bukan hanya sekadar viral di internet, karena tentu saja dapat merugikan seseorang. Tetapi, gunakanlah sosial media secara bijak dan memberikan pendapat dengan yang terjadi sebenar-benarnya. Kita sebagai warganet juga harus bijak untuk menilai, dan jangan mengkonsumsi semuanya secara mentah-mentah dan berpikir kritis.
Baca Juga
-
Review Novel Perempuan Bayangan, Cerita dengan 3 Sudut Pandang
-
Review Novel Goodbye Days, Kisah Traumatis Kehilangan Sahabat
-
Review Anime Doctor Elise, Kembali ke Masa Lalu untuk Menjadi Dokter
-
Review Novel Dona Dona, Melintasi Waktu dari Kafe di Hokkaido
-
Review Novel Eksekutor, Saat Sebuah Jiwa Mencari Kepastian
Artikel Terkait
-
Review Pengepungan di Bukit Duri, Lebih Ngeri dari Semua Film Joko Anwar
-
8 Makanan yang Ternyata Tak Dianjurkan Masuk Kulkas, Jangan sampai Salah Simpan!
-
Siapa Garuda Wisnu Satria Muda? Dikira Cuma Artis, padahal Kelompok Seniman Lokal Berprestasi
-
7 Makanan Khas Indonesia di Peringkat 50 Street Food Terbaik Dunia Versi TasteAtlas, Ingin Mencoba?
-
China Jual Makanan yang Terbuat dari Kotoran Gajah, Harganya Rp 9,1 Juta
Kolom
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Ngopi Sekarang Bukan Lagi Soal Rasa, Tapi Gaya?
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
Terkini
-
4 Look Girly Simpel ala Punpun Sutatta, Cocok Buat Hangout Bareng Bestie
-
5 Rekomendasi Tontonan tentang Yesus, Sambut Libur Panjang Paskah 2025
-
BRI Liga: Borneo FC Harus Puas Berbagi Poin, PSM Makassar Nyaris Gigit Jari
-
Super Junior L.S.S. 'Pon Pon' Penuh Percaya Diri dan Bebas Lakukan Apa Pun
-
Ulasan A Wind in the Door: Perjalanan Mikroskopis Memasuki Sel-Sel Tubuh