Memiliki perpustakaan pribadi tentulah impian para pencinta buku. Ketika salah satu tokoh atau karakter yang kita kagumi kini bisa dipeluk dalam bentuk fisik buku dan dimiliki oleh diri sendiri. Atau, sekadar suka mengoleksi karya dari penulis-penulis tertentu. Apapun itu, tentulah memiliki buku adalah bentuk hadiah yang istimewa bagi siapapun yang mencintai membaca.
Setelah penat seharian beraktivitas dan menghadapi dunia realita yang tak asyik dan penuh beban, tentu rangkaian kata indah dengan alur cerita yang kreatif adalah obat tersendiri. Belum lagi karakter yang diidamkan dan dapat diimajinasikan sesuka hati tentulah bentuk sebuah pelarian dan penghibur hati yang berat dan gundah.
Memang bisa membaca buku di perpustakaan kampus ataupun umum, tapi memiliki sendiri tentu punya nilainya tersendiri. Apalagi jika buku yang diincar adalah buku-buku terbaru yang baru dirilis, perpustakaan tentu tak bisa meng-handle semua wishlist yang kita mau.
Pada dasarnya semua orang tentu akan rela menghabiskan uangnya untuk sesuatu yang ia sukai. Entah sesuatu itu berupa seseorang, benda, atau hal yang kasat mata. Tentu kata 'sayang uang' tak akan berlaku jika yang ditemui adalah sesuatu yang ia gemari.
Saya menyukai buku sejak saya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua jenis buku saya jelajahi baik fiksi ataupun non fiksi. Terutama buku-buku novel dan self-improvement. Banyak hal yang bisa didapatkan, utamanya kesadaran dan juga motivasi dalam hidup.
Pertama kali saya membeli buku fisik dengan uang saya sendiri adalah saat saya duduk di kelas satu SMA. Betapa senangnya saya hari itu. Rasanya berbeda ketika membaca buku yang sekadar dipinjam dari perpustakaan umum. Tak dibiarkan terlipat barang selembar, serta dijaga penuh hati-hati seperti anak sendiri.
Setelah itu saya mulai menyisihkan uang saya tiap bulan untuk membeli buku, tak hanya sebagai hiburan, tiap pesan moral dalam buku terus memotivasi saya untuk terus membeli buku lebih banyak lagi. Hingga tak terasa, buku saya mulai banyak dan membutuhkan rak sendiri. Melihat jajaran buku yang begitu saya sayangi, impian membuat perpustakaan pribadi semakin tinggi.
Namun, ada yang kurang. Buku yang berjajar di rak semua adalah tulisan orang lain. Saya juga ingin punya tulisan sendiri. Melihat jajaran buku yang juga merupakan karya sendiri. Tentu rasanya akan semakin istimewa dan berbeda.
Tag
Baca Juga
-
6 Rekomendasi Tempat Makan Seblak Enak di Malang!
-
Pantai Batu Bengkung, Serpihan Surga di Malang Selatan!
-
Menikmati Indahnya Gunung Lorokan: Si Ramah Buat Kaum Mageran!
-
Mengintip Keindahan Gunung Tanggung: Solusi Hiking Kalau Minim Libur!
-
6 Sumber Hidden Gem di Daerah Pakis yang Nggak Boleh Terlewatkan!
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Rahasia Sang Waktu, Investasikan Waktu untuk Kehidupan Bermakna
-
Ulasan Buku Bad Habits, Kebiasaan Buruk Gen Z yang sering Dinormalisasi
-
Ulasan Buku 'Hati-hati Yaaa,' Kumpulan Cerita yang Meningkatkan Kewaspadaan
-
Ulasan Novel Betting on You: Sebuah Taruhan yang Menjadi Hubungan Romantis
-
Ketika Warna Putih Menjadi Simbol Kehilangan: Review Buku 'The White Book'
Kolom
-
Generasi Muda, Jangan Cuek! Politik Menentukan Masa Depanmu
-
Demi Efisiensi Anggaran, Pendidikan Dikorbankan: Bijakkah Keputusan Ini?
-
Tagar 'Kabur Aja Dulu' Trending, Anak Muda Mau Pindah ke Mana?
-
Menelisik Biaya Administrasi dalam Rekrutmen: Antara Tuntutan dan Beban
-
Antara Hasrat dan Kebutuhan: Efek BNPL dan Sikap Konsumtif Generasi Muda
Terkini
-
Pesta Kuliner Februari 2025: Promo Menggoda untuk Para Foodie!
-
4 Inspirasi Clean Outfit ala Hwang In-youp, Gaya Makin Keren Tanpa Ribet!
-
Kalahkan China 3-1 dan Cetak Sejarah, Indonesia Juarai BAMTC 2025
-
Piala Asia U-20: Menerka Formula Indra Sjafri untuk Kejutkan Uzbekistan
-
Jelang Lawan Uzbekistan, Timnas Indonesia U-20 Dihantui Statistik Buruk Indra Sjafri