Bagi pecinta buku misteri dan kisah detektif, penulis Agatha Christie bukanlah nama yang asing. Sudah banyak karya yang ditulis olehnya. Karya-karya tersebut bahkan sudah tersebar luas dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia.
Karya yang paling terkenal adalah seri detektif Hercule Poirot yang cukup ikonik. Namun di luar itu, buku-bukunya yang lain juga sangat menarik untuk dibaca. Salah satunya adalah buku misteri yang berjudul "The Seven Dials Mystery" atau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Misteri Tujuh Lonceng.
Penokohan dan Alur Cerita
Novel ini bercerita tentang sekelompok orang dari kelas atas yang menginap di sebuah gedung bersejarah. Hingga kemudian salah satu orang bernama Gerald Wade ditemukan meninggal dunia di pagi hari. Dokter kemudian memvonis korban meninggal karena over dosis obat tidur.
Kematian Wade diikuti dengan kematian seorang teman dekatnya mengantarkan pembaca pada misteri mengenai sebuah kelompok yang bernama "Tujuh Lonceng". Melalui Tokoh Bundle yaitu putri pemilik gedung bersejarah lokasi kejadian, pembaca diajak untuk mencari tahu siapa itu Tujuh Lonceng, apa tujuannya, hingga mencegahnya untuk melakukan kejahatan berikutnya.
Tokoh-tokoh dalam cerita digambarkan memiliki karakter masing-masing. Bahkan, pembaca sendiri tidak tahu watak asli dari beberapa tokoh yang diceritakan.
Sisi Misteri dan Plot Twist
Sudah menjadi ciri khas Agatha Christie dalam menulis novel misteri. Pembaca akan diajak bertanya-tanya mengapa kejadian yang diceritakan bisa terjadi. Sehingga pembaca tertarik untuk terus membaca novel tersebut hingga tuntas. Tanpa terasa, pembaca sudah sampai di babak akhir.
Selain itu, pembaca juga disajikan kejadian-kejadian serta fakta-fakta yang tidak terduga. Pada awalnya pembaca akan memiliki pendapat atau perkiraan sendiri, namun kemudian dipatahkan di bagian selanjutnya. Termasuk mengenai kesimpulan akhir yang sama sekali tidak bisa ditebak.
Kelebihan dan Kekurangan
Novel Misteri Tujuh Lonceng ini menarik untuk dibaca karena menyajikan kisah misteri sekaligus petualangan yang mendebarkan. Namun, beberapa bagian masih terasa janggal dan terlalu jauh dari penalaran sehingga kisahnya tidak terlalu relate. Mungkin ini karena penggunaan latar yang sama sekali berbeda dengan latar kita saat ini.
Baca Juga
-
Bapak Presiden, Buzzer adalah Musuh Besar Pendidikan Kita
-
Juara eAsian Cup, Berikut ini Profil 3 Pemain Timnas eFootball Indonesia
-
Cetak Sejarah, Indonesia Sukses Jadi Juara AFC eAsian Cup Qatar!
-
4 Tips Menghadapi Tahun Politik bagi Generasi Muda, Jangan Asal Ngikut!
-
Profil Evan Soumilena, Pemain Black Steel Papua yang Juga Seorang Polisi
Artikel Terkait
-
Tes Open Book: Senjata Latih Critical Thinking atau Malah Bikin Malas?
-
Review Film Heretic, Hugh Grant Jadi Penguji Keyakinan dan Agama
-
Review Night of the Hunted, Film Horor Netflix Penembakan di Minimarket
-
Inspiratif! Ulasan Buku Antologi Puisi 'Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu'
-
Novel Bungkam Suara: Memberikan Ruang bagi Individu untuk Berpendapat
Ulasan
-
Melihat Peran Ibu dari Sisi Lain Melalui Buku 'Sudahkah Mengenal Ibu?'
-
Review Film Retribution, Ketegangan Teror Bom di Jok Mobil
-
SEVENTEEN Ungkap Kekecewaan Cinta Via Lagu '2 Minus 1'
-
Review Film Heretic, Hugh Grant Jadi Penguji Keyakinan dan Agama
-
Inspiratif! Ulasan Buku Antologi Puisi 'Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu'
Terkini
-
Mengenal Digital Detox, Menjauh dari Media Sosial
-
Program vs Popularitas: Menyongsong Pemilu dengan Pemilih yang Lebih Bijak
-
Mengurai Jerat Hoaks di Panggung Pemilu: Strategi Licik yang Masih Laku
-
Kreativitas Akademik Terkubur Demi Jalan Pintas Lewat Plagiarisme, Ironis!
-
3 Serum Lokal yang Mengandung Oat, Ampuh Redakan Peradangan Akibat Jerawat