Perjuangan tentang perempuan telah berlangsung sejak dulu bahkan sampai saat ini. Perempuan masih harus berjuang untuk melawan stigma negatif dalam masyarakat. Stigma masyarakat bermunculan dengan adanya budaya-budaya yang mengakar dalam memandang perempuan.
Perempuan seringkali dikaitkan dengan stigma negatif yang mengatakan bahwa “Perempuan tidak perlu bersekolah tinggi dan bekerja”. Perempuan dianggap tidak dapat memiliki peran yang besar dalam masyarakat, tidak layak untuk berpendidikan tinggi dan tidak layak untuk menjadi pemimpin.
Sampai saat ini, stigma negatif mengenai perempuan yang bekerja masih terdengar dari mulut masyarakat terutama bagi kalangan perempuan yang sudah berumah tangga. Perempuan yang telah memiliki suami dan anak kerap seringkali mendapatkan kritikan sebagai perempuan yang bekerja di luar rumah. Mereka terkadang dicap sebagai seorang Ibu ataupun istri yang tidak bertanggung jawab dan tidak perhatian terhadap keluarganya sendiri. Hal ini tentu saja harus diubah!
Mengutip artikel dari Suara.com yang ditulis oleh Dani Garjito dan Dita Alvinasari, menuliskan mengenai komentar dari warganet yang tidak setuju akan pola pikir bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
"Karena di Indonesia budaya patriarkinya masih tinggi banget. Selalu mikir laki-laki itu kedudukannya lebih tinggi dari perempuan. Makanya gue sering banget koar-koar dan ngubah mindset orang terdekat dulu, buat mikir kalo perempuan itu bisa setara sama laki-laki," ujar warganet.
Menurutnya tingginya budaya patriarki di Indonesia membuat pola pikir warganya masih menganggap bahwa laki-laki dan perempuan itu tidak setara. Perempuan dicap tidak akan bisa hidup tanpa adanya laki-laki.
Nyatanya perempuan juga dapat hidup mandiri dan bekerja menata karirnya, salah satu contohnya seperti perempuan yang ditinggalkan oleh suaminya, mereka harus berjuang keras untuk menghidupi keluarganya tanpa adanya sosok seorang suami yang mengayomi, selain itu tidak setiap keluarga memiliki ekonomi yang sejahtera, maka perempuan harus bekerja demi menjaga kestabilan ekonomi keluarganya. Tidak ada yang salah dari perempuan bekerja selama mereka mampu dan keinginannya sendiri.
Terdapat beberapa hal yang menjadi penghalang bagi perempuan untuk terlibat dalam berbagai sektor pekerjaan, seperti rendahnya kepercayaan diri, ketakutan dalam menghadapi risiko, stigma-stigma negatif dari masyarakat serta budaya high power distance yang menganggap bahwa perempuan tidak lebih mampu daripada laki-laki.
Mengatasi hal tersebut, satu hal yang dapat dilakukan agar perempuan tidak merasa terbebani dengan stigma negatif yang ada yakni dengan mengacuhkan dan tidak terjerumus ke dalam prasangka tersebut.
Tahukah kalian! Faktanya perempuan dalam dunia kerja dapat memberikan keputusan yang lebih cepat sebab perempuan memiliki empati yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang cenderung lebih banyak menggunakan logika. Perempuan juga memiliki kemampuan multitasking yang memungkinkan mereka untuk dapat tetap fokus dalam pekerjaannya dan juga mengurus rumah tangga sekaligus. Hal tersebut terbukti dimana para ibu yang bekerja memiliki peran ganda, yaitu bekerja dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Bagi kaum perempuan kalian harus tetap fokus untuk menjalani peran dan melawan stigma yang melekat di masyarakat dari dulu. Terutama bagi seorang ibu yang memiliki peran ganda menjadi tantangan tersendiri.
Untuk berkontribusi dalam melawan stigma perempuan dan mendukung gerakan perempuan dapat dilakukan mulai dari hal-hal yang kecil, seperti yang telah saya lakukan saat ini yaitu dengan membuat beberapa artikel dan konten-konten yang positif, menginspirasi serta edukatif mengenai dukungan-dukungan yang dapat membangun gerakan perempuan. Dan untuk kalian yang ingin ikut berkontribusi kalian dapat memulainya dari diri kalian sendiri, sebagai sesama perempuan kalian harus saling mendukung dan saling menguatkan satu sama lain.
Saat ini banyak perempuan-perempuan hebat di luar sana yang dapat mengembangkan karirnya sekaligus menjadi ibu yang baik sebab perempuan harus memiliki mental yang kuat dan sekeras baja untuk melawan stigma negatif agar kedepannya perempuan tidak lagi terbebani dan terganggu dengan stigma yang ada.
Baca Juga
-
5 Rekomendasi Aplikasi Kecerdasan Buatan 'AI', Bikin Tugasmu Jadi Mudah
-
Simak! Pentingnya Kecakapan Berbahasa Inggris Guna Mempermudah Kariermu
-
Yuk! Investasikan Personal Branding Mulai Sekarang Demi Kesuksesan Kariermu
-
Merdeka Belajar Episode 23: Pelatihan Budaya Literasi Membentuk SDM Unggul
-
Mengenal Apa Itu FOMO, Manfaatkan Dampak Positifnya di Era Digital!
Artikel Terkait
-
MUI Fatwakan Vasektomi Haram, Bagaimana Hukum KB untuk Perempuan dalam Islam?
-
Geruduk DPR saat May Day: Buruh Perempuan Ungkap Solusi Palsu Pemerintah, Begini Katanya!
-
Viral! Pendaki Wanita Histeris di Gunung Bulu Bialo, Tersesat Karena...
-
Paula Verhoeven Laporkan Baim Wong ke Komnas Perempuan Atas Dugaan KDRT!
-
Datang ke Komnas Perempuan, Paula Verhoeven Ngadu Alami Dugaan KDRT dari Baim Wong
Kolom
-
Kalau AI Bisa Baca, Tulis, Ngoding, Lalu Sarjana Ngapain?
-
Sekolah Bocor di Negeri 'Prioritas Pendidikan': Kapan Janji Jadi Kenyataan?
-
RUU Polri: Kebebasan Ruang Digital Terancam? Revisi Kontroversial yang Bikin Warganet Resah!
-
Dari Medan Tempur ke Obat-obatan: Kontroversi Rencana Pabrik Farmasi TNI
-
Sejuta Anak Punya Cerita: Menjadikan Pendidikan sebagai Hak, Bukan Impian
Terkini
-
Ed Sheeran hingga Rose BLACKPINK Siap Isi OST Film F1, Rilis 27 Juni 2025
-
Siap Jadi Rival, Ini Peran Bae Na Ra dan Hong Hwa Yeon di Tastefully Yours
-
Apakah Knives Out 3 Jadi Film Terakhir? Ini Kata Sang Sutradara
-
Sisi Gelap Remaja dan Realitas Sosial dalam Novel Persona Karya Sirhayani
-
Bojan Hodak soal Kekalahan Persib Bandung: Kami Bermain dengan Fantastis!