Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Budi Prathama
Ilustrasi Pemilu. (Pixabay/@Mohamed_hassan)

Tak terasa kita akan dihadapkan lagi untuk memilih pemimpin bangsa Indonesia, sosok yang dianggap mampu dan perkasa memperjuangkan hak-hak rakyat, menjadi lokomotif untuk membawa perubahan dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Pemilihan Umum (Pemilu) sejatinya bukan hanya program lima tahunan semata, tetapi melalui Pemilu seharusnya bisa menjadi ladang mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sehat.

Tepat tanggal 14 Februari 2024 nanti, kita sebagai warga negara Indonesia akan memilih pemimpin bangsa untuk lima tahun ke depan. Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten. Hal itu harusnya bisa terlintas dalam hati nurani kita, bahwa ketika memilih pemimpin yang demikian itu mesti bisa menjadi pemilih yang cerdas, memilih pemimpin yang dianggap mampu membawa bangsa kita keluar dari berbagai belenggu permasalahan.

Sejak ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu tahun 2024, oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia, bahwa jumlah DPT Pemilu tahun 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih. Dari jumlah DPT ini ternyata didominasi oleh kaum Gen Z dan Milenial yang mencapai 60 persen, hal itu sesuai dengan survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Tentunya ini bisa menjadi sasaran manis bagi calon pemimpin bangsa dan partai politik dalam mendulang suara.

Generasi Z dan Milenial

Orang-orang yang masuk dalam kelompok Generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Perkiraan usianya saat ini sekitar 8-23 tahun, yang dimana populasi Generasi Z menjadi populasi banyak di Indonesia. Dari total 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia (BPS) hasil sensus tahun 2020, jumlah Generasi Z mencapai 27,94 persen.

Sementara untuk generasi Milenial masuk dalam klasifikasi dengan kelahiran tahun 1981-1996 dengan perkiraan usia 24-39 tahun. Jumlah generasi ini mencapai 25,87 persen. Dengan demikian, jumlah keberadaan Generasi Z dan milenial termasuk mendominasi jumlah populasi Indonesia dan begitupun yang terkuak dalam DPT yang lebih banyak Gen Z dan kaum Milenial. Seperti kita ketahui kalau Genrasi Z dan kaum Milenial tumbuh dan hidup di zaman internet, itu berarti kalau kehidupan mereka sangat dipengaruhi dengan perkembangan teknologi.

Melalui tulisan Beni Jo dari tirto.id, disebutkan bahwa ada hal menarik dalam catatan statistik Pew Research Center, disebutkan bahwa 50 persen kaum Milenial menganggap mereka tidak terafiliasi secara politik dan 29 persen diantaranya juga tidak terafiliasi dengan agama.

Kaum Milenial ini termasuk orang yang memiliki sikap peduli terhadap keadilan sosial dan tidak akan menunjukkan dukungan terhadap lembaga yang bertentangan dengan kesetaraan sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, kaum muda (Generasi Z dan Milenial) menjadi harapan besar mewujudkan Pemilu 2024 berjalan secara demokratis dan menentukan pemimpin yang layak demi kepentingan rakyat semata.

Partisipasi kaum muda untuk menyukseskan Pemilu 2024

Melihat populasi yang tinggi di Indonesia, gabungan Generasi Z dan kamu Milenial memiliki peranan penting untuk menyukseskan pelaksanaan maupun hasil Pemilu 2024. Media sosial tentunya tidak asing lagi bagi mereka, sehingga itu bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan politik dan terlibat langsung dalam proses Pemilu.

Sebagai generasi yang memiliki wawasan cukup baik dan dianggap memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap kepedulian sosial, tentunya ini bisa menjadi faktor penentu bagaimana nasib bangsa Indonesia ke depan. Generasi muda mesti bisa berpartisipasi aktif untuk memberikan hak suaranya dalam memilih pemimpin yang layak, terlebih dapat menjadi faktor pendongkrak dalam mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya berpartisipasi dalam Pemilu 2024.

Terlebih dari itu, kaum muda harus bisa menjadi pemilih yang cerdas, pemilih yang memberikan suara politiknya hanya untuk pemimpin yang layak dan yang ingin memperjuangkan hak-hak masyarakat. Bukan malah kaum muda terjebak dalam politik praktis dan menjadi pemilih yang terbawa arus dengan budaya-budaya kotor Pemilu, seperti halnya pemilih yang pasif dan lebih mementingkan money politik. Jika kaum muda juga mudah terjebak dalam praktik money politik, tentu jebakan lumpur kotor pun kaum muda juga bisa mendominasi yang mengisinya.

Maka dari itu, nasib bangsa Indonesia ke depan bisa sangat ditentukan di tangan kaum muda. Peran penting kaum muda untuk menyukseskan pelaksanaan dan hasil Pemilu 2024 menjadi harapan besar bagi kita semua. Kaum muda harus bisa memposisikan dirinya sebagai kaum terpelajar, menjadi pemilih yang cerdas dan menjadi contoh yang baik bagi semua. Terlebih dari itu, tak lain bagaimana kita bisa melihat Indonesia menjadi lebih baik, dan salah satu caranya bagaimana peranan kita dalam Pemilu yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali.

Budi Prathama