Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | zahir zahir
Pesawat Super Hercule C-130-J Baru Milik TNI-AU (twitter.com/kemhan_RI)

Selama kurang lebih 78 tahun berdirinya republik Indonesia, tentunya telah mengalami berbagai macam pasang surut dalam dunia kemiliteran. Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia harus menghadapi berbagai konflik, mulai dari agresi militer Belanda I dan II hingga berbagai konflik internal yang melanda negeri ini. Dengan keterbatasan kekuatan militer saat itu, tentunya mengisyaratkan bahwa kebutuhan militer bukanlah sebuah hal yang patut diabaikan oleh sebuah negara yang berdaulat.

Di era kini, Indonesia kembali tengah membangun dan memodernisasi kekuatan militernya yang dirasa mulai ketinggalan zaman. Melansir dari situs kemhan.go.id, Indonesia mencanangkan kekuatan militernya bertumbuh secara maksimal hingga memenuhi kekuatan minimum di tahun 2024 nanti. Hal ini ditargetkan dengan mencanangkan MEF (Minimum Essential Force) 2024 dengan menitikberatkan pembaharuan di 3 matra kemiliteran.

BACA JUGA: Jakarta Dikepung Polusi, Siapa Patut Disalahkan?

Pembaharuan Kemiliteran di Sektor Darat, Air dan Udara

Pesawat Jet Tempur Dassault Rafale yang Dipesan Indonesia (twitter.com/kemhan_RI)

Senada dengan rencana MEF 2024 tersebut, Indonesia gencar melakukan pengadaan berbagai persenjataan dan alutsista terbaru guna mendukung pembangunan kekuatan militer nasional. Salah satunya yakni pembelian 42 unit jet tempur Dassault Rafale dari Prancis yang telah dilakukan pembelian tahapan awalnya pada tahun 2022 lalu. Untuk pengadaan pertama akan dilakukan sebanyak 6 unit. Melansir dari situs indomiliter.com, Indonesia kembali memesan sekaligus membayar 18 unit kembali jet tempur buatan Prancis tersebut dari rencana 42 unit. Kini, pesanan jet tempur Dassault Rafale untuk Indonesia telah berjumlah 24 unit.

Di matra laut, Indonesia mulai melakukan proses untuk pembuatan kapal tempur berjenis frigate yang didasarkan dengan desian Arrowhead 140 dari pabrikan Babcock dari Inggris. Selain itu, beberapa waktu lalu juga pesanan 2 kapal penyapu ranjau milik Indonesia bertipe Frankenthal-class dari Jerman telah datang dan telah diserah terimakan kepada pihak TNI-AL. Belum lagi rencana Indonesia yang akan mengakusisi beberapa kapal selam terbaru guna mengisi kekosongan armada kapal selam Indonesia yang berjumlah 4 unit.

Di matra darat kemungkinan yang masih mengandalkan pengembangan dari sektor industri pertahanan lokal. TNI-AD telah menerima beberapa unit Panser Badak yang akan menggantikan kendaraan tua seperti Alvis Saladdin dari era 60-an. Melansir dari situs indomiliter.com, pihak Angkatan darat juga akan diberikan beberapa unit drone tempur dan intai baru guna menyesuaikan dengan konsep pertempuran modern yang banyak terjadi di medan konflik.

BACA JUGA: Menyoal Kebebasan Berpendapat di Indonesia, Negeri yang Berusia 78 Tahun, Merdeka!

Pentingkah Pembangunan di Sektor Militer?

Kapal Penyapu Ranjau Frankenthal-class Milik TNI-AL (twitter.com/kemhan_RI)

Penggelontoran dana untuk penguatan sektor militer nasional memang memerlukan dana yang tidak sedikit. Tercatat, pengadaan berbagai alutsista tersebut menggunakan dana dari APBN dan pinjaman luar negeri. Hal ini tentunya menimbulkan pro dan kontra di masyarakat perihal urgensi dari pengadaan tersebut. Belum lagi perekonomian Indonesia mulai dibangun kembali akibat dari pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini selama 3 tahun.

Terlepas dari segala pro dan kontra tersebut, pembagunan di sektor kemiliteran sejatinya sangat mutlak dan perlu dilakukan. Belum lagi melihat kondisi geopolitik kawasan yang cukup panas membuat banyak negara tentunya perlu untuk mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Tentunya sebuah negara apabila memiliki kekuatan militer yang cukup tangguh dapat menjadi sebuah nilai tawar yang cukup menjanjikan apabila ke depannya terlibat dalam konflik.

Namun, tentunya konflik militer secara terbuka dengan negara lain bukanlah sebuah hal yang ingin dilakukan oleh semua pihak. Pertempuran dan peperangan skala besar tentunya akan memberikan dampak buruk bagi semua pihak. Akan tetapi, dengan memiliki kekuatan militer yang besar dan kuat dapat memberikan efek deteren terhadap pihak lain dan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik bersenjata secara terbuka.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

zahir zahir