Kabar miris datang dari Demak, Jawa Tengah. Seorang guru dianiaya muridnya di dalam ruang kelas. Akibat penganiayaan menggunakan senjata tajam tersebut, sang guru mengalami sejumlah luka dan harus dibawa ke rumah sakit.
Berdasarkan beberapa informasi, penganiayaan tersebut disebabkan rasa sakit hati siswa. Saat itu siswa dilarang mengikuti ulangan tengah semester akibat belum mengerjakan tugas. Saat sang siswa datang kembali untuk ikut tes, ditolak oleh guru.
Mendapat penolakan tersebut siswa bersangkutan pulang ke rumah dan mengambil senjata tajam. Sesampai di sekolah, tanpa basa-basi langsung menganiaya guru tersebut lalu melarikan diri. Hal ini seperti disampaikan Kasat Reskrim Polres Demak AKP Winardi dalam konperensi pers di Mapolres Demak (26/9/2023).
Akhirnya pihak kepolisian mampu menangkap siswa tersebut. Dia ditangkap di sebuah rumah kosong, sembunyi ketakutan setelah melakukan tindakan penganiayaan tersebut.
Di balik peristiwa miris tersebut, tercatat hal yang menari tentang siswa tersebut. Ternyata selain sekolah, siswa tersebut membantu orang tuanya berjualan nasi goreng saat malam hari. Sehingga kemungkinan besar waktu belajarnya tersita karena kegiatan ini.
Kondisi siswa semacam ini bukanlah satu-satunya. Diyakini masih banyak anak yang harus menjalani pekerjaan ganda. Selain sekolah, dia pun harus ikut banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akibat kondisi ini, tidak jarang anak dalam kondisi lelah dan mengantuk saat mengikuti pelajaran. Demikian pula dalam belajar di rumah dan menyelesaikan berbagai tugas sekolah, dapat dipastikan dia akan mengalami kesulitan.
BACA JUGA: Ada Motif Ekonomi di Balik Pemberitaan Timnas Indonesia oleh Media Vietnam
Hal-hal semacam inilah yang seharusnya dapat dikomunikasikan antara kedua belah pihak. Bisa saja sang anak menyampaikan pada gurunya tentang kegiatan di luar sekolah.
Atau mungkin guru sendiri mencari informasi kegiatan siswa di luar sekolah. Hal ini dilakukan saat terjadi hal yang dirasa menyimpang pada perilaku siswa. Melalui komunikasi yang dijalin dengan berbagai pihak, sang guru pasti akan menemukan informasi sebenarnya tentang siswa tersebut.
Setelah semua informasi terkumpul, saatnya guru dan siswa duduk Bersama membicarakan kondisi yang dialaminya. Bahkan jika mungkin, libatkan juga orang tua.
Jika hal ini mampu dilakukan dengan baik, kasus penganiayaan seorang siswa terhadap gurunya seperti di Demak dipastikan tidak akan terjadi. Sebab guru bersangkutan setelah mengetahui keadaan sebenarnya, maka dapat mengambil langkah yang dirasa perlu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Alwi Farhan Raih Gelar Pertama Nomor Tunggal Putra di Macau Open 2025
-
Umumkan Skuad, Persib Bandung Usung Misi Hattrick BRI Super League 2025/26
-
Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 Jadi Tantangan Berat bagi Gerald Vanenburg
-
Kemenangan atas Thailand Jadi Panggung bagi Jens Raven dan Hokky Caraka
-
Kalah di China Open 2025, Akankah Anthony Ginting Seperti Kento Momota?
Artikel Terkait
Kolom
-
Bendera One Piece dan GenZ: Antara Ekspresi Budaya Pop dan Etika Kebangsaan
-
Jari Lincah, Pikiran Kritis: Menavigasi Labirin Digital Pelajar Masa Kini
-
Saat Istirahat Dianggap Dosa, Menggugat Budaya Toxic Productivity
-
Membenahi Mindset Seksis: Saat Istri Cerdas Bukan Ancaman, Tapi Anugerah
-
Pemblokiran Rekening Dormant, Respons Publik dan Kebijakan yang Tergesa?
Terkini
-
Ulasan Novel 2 Menantu: Ketika Keserakahan Merenggut Kedamaian
-
Demi Prestasi, Pemerintah Izinkan Timnas Tambah Pemain Naturalisasi Baru!
-
Alwi Farhan Raih Gelar Pertama Nomor Tunggal Putra di Macau Open 2025
-
Melintasi Gelap Jakarta di Novel Antara Aku dan Dia karya Agnes Jessica
-
4 Tinted Sunscreen Proteksi Kulit dan Bantu Pudarkan Noda, Cuma Rp40 Ribuan