Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Agus Siswanto
Bagas/Fikri salah satu andalan bulutangkis Indonesia (Instagram/@badminton.ina)

Melihat dominasi China dalam beberapa ajang, membuat pecinta bulutangkis tanah air melihat pada wajah bulutangkis negeri ini. Dalam beberapa bulan belakangan ini, gelar seakan menjauh dari para pebulutangkis andalan.

Lebih miris lagi, beberapa wakil Indonesia justru sering tersungkur di babak awal. Situasi ini menimpa hampir di semua nomor.

Sebaliknya saat menengok negara lain, justru kondisi terbalik yang terjadi. China hampir merajai di semua sektor. Bahkan Thailand yang tidak punya sejarah bulutangkis, memenuhi skuat yang lebih merata dibandingkan Indonesia.

Kenyataan yang juga pahit adalah ketersediaan skuat yang ada. Negara-negara lain mempunysi skuat yang begitu melimpah. Jarak antara para pemain utama dan pelapis tidak terlalu jauh, sehingga mereka dapat menerjunkan keduanya dalam satu even.

Sisi inilah yang tidak dimiliki Indonesia. Kecuali pada sektor ganda putra, terdapat jarak yang sangat lebar antara pemain senior dan pelapis. Pada sektor tunggal putri yang paling kentara. Hingga saat ini terkesan Jorji berjuang sendiri, Putri KW sebagai pelapis belum mampu menggantikan.

Demikian pula tunggal putra. Para pemain yang saat ini tampil, termasuk 'stok lama'. Sementara dalam ajang Denmark Open 2023, China menampilkan 4 pemain dengan level permainan hampir sama.

Contoh yang juga menarik datang dari Thailand dan Korea Selatan. Secara tim kedua negara ini mempunyai stok pemain melimpah.

Melihat situasi semacam ini tidak ada salahnya jika PBSI mulai mempelajarinya. Masih lekat di ingatan publik saat China 'puasa turnamen'.

Saat itu para pemain China jarang meraih gelar, dan hal itu menjadi bahan ejekan negara lain. Ternyata saat itu China sedang 'memeram' para pemainnya agar lebih matang.

Hal ini terbukti beberapa bulan kemudian. Pasca-pandemi, secara pelan tapi pasti para pemain China mulai unjuk gigi di setiap ajang. Banyak pemain yang selama ini tidak tampak, mendadak tampil memikat.

Saat para pemain muda tampil, para pemain senior pun tidak kehilangan panggung. Dua generasi ini bahu membahu menguasai perbulutangkisan dunia.

Contoh-contoh semacam inilah yang seharusnya mulai dilakukan PBSI. Jangan sampai nama Indonesia lenyap dari peta bulutangkis dunia.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Agus Siswanto