Kurang lebih sebulan lagi kita akan menghadapi pesta demokrasi Pemilu pada tanggal 14 Februari 2024. Semakin ke sini, sepertinya semakin gaduh saja.
Jelang pemilu 2024 kali ini kita disuguhkan dengan berbagai macam drama. Utamanya setiap selesai perhelatan debat presiden dan wakil presiden yang diadakan oleh KPU.
Pasti ada-ada saja isu yang kemudian akan digoreng oleh buzzer politik maupun pendukung masing-masing paslon demi menaikkan elektabilitas paslonnya, atau malah menjatuhkan paslon lain.
Hari ini kita disuguhkan dengan 'perang' cyber dari setiap kubu. Semuanya demi satu hal, bagaimana memenangkan hati masyarakat.
Ada yang membeberkan sejumlah fakta dan data. Namun tidak jarang yang dengan sengaja hanya memantik emosi masyarakat dengan berbagai macam gimmick.
Salah satu cara yang hari ini sangat berdampak adalah memainkan emosi lewat berbagai postingan di media sosial.
Cara ini merupakan cara yang efisien mengingat media sosial adalah tempat nongkrongnya mayoritas anak-anak muda milenial dan gen Z yang merupakan pemegang suara terbanyak pada pemilu 2024.
Seperti yang dilansir dari katadata, bahwa dua generasi ini berjumlah sekitar 56, 45% dari jumlah total keseluruhan pemilih aktif.
Nah, kita sebagai milenial atau Gen Z harusnya sadar mengenai fakta ini. Bahwa saat ini kita tengah digonjang-ganjing dengan proses kampanye yang mengedepankan emosi. Sayangnya, hari ini kita begitu tertarik dengan hal tersebut.
Kita begitu mudah baper dengan sepenggal video yang memantik perasaan kita untuk marah lalu berpihak pada kelompok yang terlihat seolah-olah ditindas. Atau di lain pihak begitu bersemangat dan membela secara berlebihan kelompok yang kita pikir berhasil menyuarakan aspirasi kita.
Padahal faktanya belum tentu seperti itu. Di tengah banyaknya hoax hari ini, kita yang tidak jeli dan rasional akan menjadi sasaran yang empuk untuk termakan berita palsu tersebut.
Lantas, apa yang harus kita lakukan? Ya tentu saja jadi pemilih yang rasional. Saya rasa, kita sebagai milenial maupun gen Z adalah generasi yang tumbuh di era teknologi dan informasi yang berkembang pesat.
Meskipun jadi pisau bermata dua, menggunakan teknologi dan informasi untuk belajar, riset, dan mencari tahu secara objektif mengenai pilihan kita masing-masing adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Jangan gampang termakan berita palsu. Jangan mudah baper dengan kampanye yang hanya mempermainkan emosi. Yuk kita melihat secara objektif, kira-kira paslon mana yang punya visi misi dan program kerja yang mengedepankan kepentingan masyarakat.
Karena kita akan memilih seseorang yang akan memimpin Indonesia 5 tahun ke depan. Bukan main. Demi menciptakan Indonesia yang lebih baik, yuk kita jadi pemilih yang cerdas!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Partai Berkarya Resmi Jatuhkan Dukungan Ke Prabowo-Gibran
-
Soal Aksi Mahasiswa Sebar Selebaran Penolakan Politik, Rocky Gerung: Akan Jadi Gerakan Besar Pasca-Reformasi
-
Ajak Para Kiai Pilih 03, Yenny Wahid Ungkap Kesamaan Gus Dur Dengan Mahfud MD
-
Digadang-gadang Bakal Moncer, Sebaliknya Pengamat Justru Sebut Khofifah Tak Banyak Dongkrak Elektabilitas Prabowo
-
Ucapan 'Goblok' Prabowo Dibalas Anies: Tak Usah Menjelekkan Lawan Setelah Debat
Kolom
-
Evaluasi Program MBG: Transparansi, Kualitas, dan Keselamatan Anak
-
Good Intention, Bad Impact: Saat Kasih Sayang Orang Tua Justru Menyakitkan
-
Jumlah Pengangguran Tinggi, Benarkah Gen Z Cenderung Pilih-Pilih Pekerjaan?
-
Strategi Karier ala Gen Z: Portfolio Karier atau Sinyal Tidak Komit?
-
Dia Bukan Ibu: Ketika Komunikasi Keluarga Jadi Horror
Terkini
-
Nasib Tragis Luffy di Elbaf: Spekulasi Panas Kalangan Penggemar One Piece
-
Bumi Watu Obong Jadi Wajah Budaya Gunungkidul di Malam Puncak Mataf Unisa
-
Divonis 9 Tahun, Vadel Badjideh Tetap Ngeyel dan Tolak Mengaku Bersalah
-
Gak Perlu Panik! Ini Cara Mudah Nabung Buat Pernikahan Meski Gaji Pas-pasan
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan