Andai aku dapat THR dari Yoursay, mungkin aku akan beli buku baru lagi. Sudah lama aku gak beli buku baru. Aku sering beli buku lama. Entah mengapa, mungkin karena waktuku jalan-jalan ke luar rumah, atau karena kesibukan di pekerjaanku. Kegiatan berburu buku jadi tidak longgar seperti dulu.
Dulu, berburu buku baru menjadi hobi bagi diriku. Kuresensi bukunya dan kukirim ke koran. Setelah tayang, biasanya aku dapat hadiah buku baru dan juga honor dari penerbit. Seiring berjalannya waktu, makin menipis ruang untuk meresensi buku. Makin sedikit pula penerbit yang memberi apresiasi kepada penulis resensi.
Ada rasa bahagia saat berhasil menulis resensi yang bagus. Kita melalui resensi seolah mengajak orang untuk membeli, membaca buku yang kita resensi. Melalui promosi sederhana itulah penerbit memberi hadiah kepada kita para resensor buku dengan uang dan buku baru.
Buku baru yang kita resensi jadi lebih berguna. Kita sudah membagikannya melalui tulisan yang kita tulis. Dari situ, kita juga telah mengawetkan gagasan dan inti dari yang kita baca sebagai catatan personal sekaligus arsip.
Saat ini resensi buku juga semakin berkembang. Bila dulu melalui tulisan, kini ada juga resensi berbentuk audio visual yang dibuat para konten kreator. Sekarang influencer juga bisa mempromosikan buku lewat konten yang dianggap lebih milenial dan lebih banyak dilirik ketimbang koran.
Walaupun ruang resensi buku di koran maupun majalah semakin sedikit, ini tidak menyurutkan langkahku untuk menulis resensi kembali.
Panggilan
Aku merasa THR dari Yoursay ini adalah panggilan. Panggilan untuk membeli buku baru, membaca dan meresensi buku baru lagi.
Jika aku memenangkan kompetisi ini, alangkah bahagianya aku. Rasanya menyenangkan jika kita bisa terus membaca buku baru, menuliskan ulasannya dan membaginya pada pembaca dengan menerbitkannya di koran.
Kebahagiaan kita sebagai penulis resensi adalah bisa membagi apa yang kita baca kepada publik. Semoga saja rezeki dapat THR ini tiba padaku. Dengan begitu, semangatku buat baca buku baru muncul lagi. Meresensi lagi, lagi dan lagi. Semoga saja ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Nasib Guru di Era Prabowo-Gibran: Akankah Janji Sejahtera Terwujud?
-
Era Emas Kebudayaan: Jejak Prestasi Jokowi dan Harapan di Tangan Prabowo
-
SMK Naik Kelas: Transformasi dan Kebangkitan Pendidikan Vokasi di Era Jokowi
-
Meratakan Pendidikan dengan Visi Indonesiasentris: Tantangan dan Harapan
-
Pesta Mewah di IKN vs Nasib Warga Tergusur: Inikah Kemerdekaan Sejati?
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
-
Belajar Percaya Diri Melalui Buku The Power of Confidence Karya Palupi
Kolom
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua