Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Rana Fayola R.
Muncul spanduk penolakan naturalisasi di JPO Bilangan, Jakarta. (X/@Endragnwn)

Naturalisasi sebenarnya bukan lagi hal yang tabu ataupun baru di dunia olahraga, termasuk sepak bola. Program tersebut juga telah memberikan efek nyata nan positif untuk Timnas Indonesia, yang diketahui bahwa belakangan ini semakin kokoh karena keberhasilan pelatih hingga federasi dalam membidik pemain keturunan.

Sebut saja Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes, hingga terbaru ada Maarten Paes. Deretan pemain berkualitas itu membuat kedalaman skuad Garuda lebih kokoh, bahkan mampu menahan imbang tim kuat sekelas Australia yang merupakan ‘karyawan tetap’ Piala Dunia.

Sempat teredam, kini isu miring perihal naturalisasi kembali mencuat ke permukaan. Kian kencang dan menimbulkan keresahan bagi para pendukung yang tengah dibuat bangga dengan pencapaian Timnas Indonesia. Muncul gerakan anti naturalisasi yang terlihat lewat spanduk maupun pernyataan sejumlah tokoh.

Terbaru, Hifni Hasan secara terang-terangan mengkritik program naturalisasi saat menghadiri acara Santini Jebreeet Media Award. Kalimat ‘nylekit’ diucapkan langsung di hadapan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong yang juga hadir di sana.

Pertama, saya mau berbicara tentang Coach Shin Tae Yong. Jadi, saya ini orang yang paling keras untuk masalah naturalisasi. Saya mencoba memberitahu kepada beliau, jangan terlalu banyak pemain naturalisasi dibawa ke tubuh sepak bola Indonesia,” kata anggota Komite Eksekutif NOC Indonesia itu seperti disadur dari Suara.com, Minggu (29/9/2024).

Sebelumnya pun telah muncul spanduk di Jembatan Penyeberangan Orang atau JPO Bilangan, Jakarta. Dalam spanduk tersebut tertulis kalimat penolakan terhadap program naturalisasi.

NATURALISASI BUKAN KAMI....KAMI ANAK KAMPUNG SINI (AKAMSI),” bunyi kalimat di spanduk yang disebut-sebut mewakili sebuah organisasi, yaitu Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI).

Namun di balik ini, sejatinya lebih banyak para suporter yang mendukung naturalisasi. Apalagi perihal nasionalisme para pemain keturunan, sudah tak perlu diragukan lagi. Sebab ada banyak bukti kecintaan dan perjuangan mereka di atas lapangan demi lambang Garuda.

Penolakan Naturalisasi Makin Deras, Masa Depan Timnas Indonesia Terancam?

Jauh sebelum era kepelatihan Shin Tae Yong, Timnas Indonesia sejatinya telah menggunakan ‘produk’ naturalisasi. Namun berbeda dari saat itu, kini pemilihan pemain yang diboyong ke skuad Garuda mengalami penyaringan lebih ketat. Jadi memang tidak sembarang pemain keturunan bisa dinaturalisasi, tentu mempertimbangkan kebutuhan tim juga salah satunya.

Kencangnya polemik naturalisasi ini diyakini tak akan menghambat terlalu banyak. Sebab Ketua Umum PSSI Erick Thohir telah mengatakan, program tersebut menjadi bagian dari upaya memperbaiki prestasi Timnas Indonesia.

Merujuk laman resmi PSSI, ia menegaskan bahwa naturalisasi adalah cara yang terhormat. Erick turut menegaskan bahwa yang melakukan program naturalisasi bukan hanya Indonesia saja. Melainkan tim-tim besar seperti Belanda, Spanyol, Prancis, dan masih banyak lainnya juga menggunakan cara yang sama.

Jangankan di Eropa, bahkan rekan sesama Asia Tenggara juga mencoba memanfaatkan naturalisasi. Baru-baru ini, Vietnam yang menjadi musuh bebuyutan Timnas Indonesia mengumumkan perpindahan kewarganegaraan pemain keturunan Vietnam-Brasil.

Aturan FIFA menjelaskan, setiap negara boleh menaturalisasi semua pemain. Semua terbuka. Saya dan pak menteri fokusnya sama talenta terbaik, pilihannya adalah pemain yang punya darah Indonesia. Enggak ada program jangka pendek, semua berkesinambungan,” kata Erick Thohir pada Kamis (19/9/2024) lalu.

Hadirnya kontroversi soal naturalisasi saat Timnas Indonesia sedang bagus-bagusnya memang cukup memantik kekesalan dan emosi para suporter. Bahkan dikhawatirkan berpengaruh terhadap pemain. Semoga saja polemik tersebut lekas berakhir dan skuad Garuda bisa semakin berprestasi.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rana Fayola R.