Pendidikan vokasi kini berhasil mencitrakan diri sebagai pendidikan yang setara dengan pendidikan SMA. Dulu, pendidikan vokasi masih dicitrakan sebagai pendidikan yang hanya mencetak pengangguran malas berpikir.
Bila dulu siswa SMK dianggap sebagai siswa yang kurang mampu, tidak berprestasi secara akademik dan tidak ada yang melirik jika mereka lulus nanti.
Pada masa pemerintahan SBY dilanjutkan pemerintahan Jokowi, program revitalisasi SMK memang menjadi fokus pemerintah. Dunia Industri dikembangkan lebih masif dan bekerja sama dengan SMK untuk mengatasi problem-problem klasik dari SMK.
Di masa Jokowi, Program SMK Pusat Keunggulan menjadi program yang memikat banyak SMK untuk saling berkompetisi dan maju. SMK kini memang diberi banyak fasilitas untuk mengejar ketertinggalan.
Citra SMK sebagai pencetak pengangguran baru pun kian sirna. Bantuan sarana dan prasarana yang digelontorkan pemerintah pun bak mengalir tanpa henti.
Gedung-gedung SMK menjadi kian baik dan bagus. Ruang dan sarana dan prasarana SMK pun dikembangkan sedemikian rupa.
Dunia Industri yang dulu tidak melirik lulusan SMK, kini mempertimbangkan dan berebut lulusan SMK yang ada baik di negeri maupun swasta.
Revitalisasi SMK
Pendidikan vokasi sejak era Jokowi memang mendapatkan perhatian lebih. Apa yang dirancang Jokowi tidak bakal sukses tanpa dukungan, inovasi dan kreativitas dari SMK itu sendiri.
Kepemimpinan kepala sekolah, kesiapan sekolah berinovasi baik dari sarana dan prasarana, sampai dengan kreativitas sekolah membangun dan mengembangkan jejaring dengan dunia industri adalah faktor penting untuk menjadikan SMK menjadi lebih maju dan berkembang.
Di era Nadiem Makarim, transformasi pendidikan Vokasi dan perguruan tinggi ini diwujudkan ke dalam tiga program utama:
Pertama, mengubah pendidikan yang sebelumnya kaku dan sulit bergerak menjadi pendidikan yang terbuka dan inovatif.
Kedua, mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi dengan dunia industri di daerah dan nasional.
Ketiga, membangun pendidikan menjadi lebih inklusif, aman dan memberdayakan.
Penguatan transformasi pendidikan vokasi tidak hanya berfokus pada pengembangan dan peningkatan kerjasama dengan DUDI, tetapi juga integrasi pembelajaran di SMK itu sendiri.
Dari program-program yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim, setidaknya ada catatan penting diantaranya, penurunan angka pengangguran lulusan SMK. Dari 2020-2023, tercatat angka pengangguran lulusan SMK mengalami penurunan sejumlah 4,24 % untuk SMK, dan 3,29 % untuk diploma.
Adanya TEFA (Teaching Factory) di SMK-SMK, selain mengasah dan memperdalam skill anak SMK yang lebih kompetitif dan kompeten di bidangnya, juga menjadi sarana untuk meningkatkan pengalaman bisnis dan pengembangan usaha sekolah di SMK.
Melalui TEFA yang terintegrasi dengan program SMK PUSAT KEUNGGULAN, SMK telah bertranformasi dan tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang siap menghadapi tantangan Indonesia di masa depan.
Refleksi
Apa yang sudah dirintis oleh SBY dan dilanjutkan oleh Presiden Jokowi mengenai potensi dan pengembangan pendidikan vokasi dari perguruan tinggi sampai SMK harus terus berjalan dan dilanjutkan.
Indonesia harus mampu bersaing dan memiliki skill dan kompetensi tersendiri mengingat negeri ini memiliki potensi yang lebih dalam bidang kemaritiman dan juga agraris.
Dunia Industri di bidang kematiriman, dan juga agraris harus bisa dijangkau oleh pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dituntut untuk memiliki terobosan dan pengembangan dalam bisnis bidang kemaritiman dan agraria.
Jangan sampai lulusan SMK bidang agraria dan maritim justru tidak tergarap optimal, mengingat potensi negeri ini bisa berkembang dan lebih maju di kedua bidang ini.
Industri lain seperti teknik otomotif, tata boga, dan juga industri lainnya tentu boleh dan harus berkembang, tetapi kita tidak boleh abai dan alpa terhadap jati diri kita sebagai negeri maritim dan agraris yang justru potensinya jarang dilirik dan belum dikembangkan sepenuhnya.
Dengan penguatan di kedua bidang penting itu, saya rasa Industri dan dunia SMK kita semakin berkembangan dan semakin maju. Inilah yang menjadi catatan dari pengembangan pendidikan vokasi di masa depan. Mampukah pemerintahan baru meneruskan kebijakan pengembangan pendidikan vokasi ini? Semoga.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Nasib Guru di Era Prabowo-Gibran: Akankah Janji Sejahtera Terwujud?
-
Era Emas Kebudayaan: Jejak Prestasi Jokowi dan Harapan di Tangan Prabowo
-
Meratakan Pendidikan dengan Visi Indonesiasentris: Tantangan dan Harapan
-
Pesta Mewah di IKN vs Nasib Warga Tergusur: Inikah Kemerdekaan Sejati?
-
Melawan Dominasi Maskulin, Mengapa Kekerasan Seksual di Kampus Terus Terulang?
Artikel Terkait
-
Bentrok dengan Jadwal di Jawa Tengah, RK Sebut Jokowi Belum Tentu Hadiri Kampanye Akbar di Jakarta
-
Sebulan Purnatugas, Berapa Gaji Pensiun Jokowi yang Kini Sudah Sibuk Cawe-Cawe Pilkada?
-
Sudah Sampaikan Undangan, RK Belum Dapat Kepastian Jokowi Hadir atau Tidak di Kampanye Akbar RIDO Terakhir
-
Bongkar soal Kebijakan Impor Gula, Tom Lembong Ngaku Diperintah Jokowi
-
Peran Jokowi Saat Pensiun Dikritik: Malah Jastip dan Jurkam
Kolom
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg