Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam acara BUMN Startup Day di medio tahun 2022 sempat menyinggung tentang dampak krisis pangan yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia. Jokowi mengaku baru saja mendapat laporan kalau ada 19.600 orang setiap hari yang mati kelaparan karena krisis pangan.
"Tapi itu dunia," kata Jokowi dalam acara BUMN Startup Day beberapa waktu lalu dikutip Antara.
Melihat angka tersebut tentu kita akan sedih melihat saudara kita di berbagai belahan dunia yang mengalami kesulitan pangan hingga berujung kelaparan yang merenggut nyawa meraka.
Ada beragam hal yang menyebabkan krisis itu terjadi, mulai dari kondisi negara yang tidak mampu menghasilkan kebutuhan pokok lantaran kondisi geografis.
Hingga masalah krusial mulai kesulitan distribusi dari negara lain, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, serta konflik sosial, termasuk akibat perang yang berkecamuk di Ukraina dan Rusia, Israel dan Palestina yang turut menyumbang angka prevelansi pangan di beberapa negara.
Tak Hanya Lapar, Kenyang juga Ancaman
Namun jangan salah sangka, selain krisis pangan yang mengancam puluhan ribu umat manusia setiap harinya. Ancaman lain yang tidak disadari dan berimplikasi pada kesehatan ialah kekenyangan juga menjadi hal yang tidak boleh dipandang sebelah mata dan dianggap sepele.
Sebab dari berbagai data, dewasa kini penyebab kematian seseorang tidak hanya karena kelaparan namun kekenyangan pun jadi hal yang bisa berimplikasi kepada kematian.
Bahkan hasil kajian yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan PBB, menunjukkan, bahwa orang yang menderita penyakit tidak menular, lebih rentan terkena sakit parah dan meninggal dunia lantaran pola makan yang salah dan kurangnya menjaga kesehatan tubuh.
Pernah kalian bertanya, mengapa ada generasi pre-Boomer (red. mereka yang lahir sebelum 1945) yang masih hidup dan hingga saat ini kondisinya sehat dan bugar.
Namun di sisi lain ada generasi Gen X (red. mereka yang lahir sebelum 1965 – 1980) sudah mulai banyak penyakit yang dibawa dengan beragam upaya yang tentunya menghabiskan tabungan untuk penyembuhan.
Bahkan tidak jarang generasi Pre-Boomer harus menyaksikan anak mereka yang meninggal lebih dulu lantaran beragam penyakit yang diderita.
Utamanya Penyakit Tidak Menular (PTM) yang merupakan penyakit bukan disebabkan oleh infeksi kuman hingga berujung pada komplikasi di tubuh.
Rerata PTM ini terjadi lantaran gaya hidup yang keliru dan cendrung salah. Kembali ke Data WHO di atas, PTM itu telah menyebabkan lebih dari 40 juta orang meninggal di seluruh dunia dalam satu tahun.
WHO menuliskan, 7 dari 10 kematian global disebabkan oleh penyakit stroke, jantung koroner, kanker, diabetes, pernapasan dan penyakit tidak menular lainnya yang rerata berasal dari pola makan.
Makanan Enak, Racun atau Nutrisi ?
Jika mau mengecek, orang di sekitar kalian yang awalnya sehat dan segar bugar namun tetiba jatuh sakit dan mengalami gejala komplikasi penyakit yang baru di rasa setelah sekian lama tidak menjaga pola makan secara sempurna. Kalian harus belajar untuk bisa mengambil i'tibar dari hal tersebut.
Tentunya dengan hal yang nyata seperti memperbaiki pola makan dan sering berolahraga. Tidak cukup itu, waktu tidur yang harusnya dimanfaatkan untuk istirahat tapi lantaran perkembangan zaman teknologi yang cepat membuat semua berubah dan distraksi mengganggu tidur kalian juga harus dibenahi.
Aktivitas fisik seperti olahraga yang kurang telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan risiko PTM khususnya penyakit jantung koroner.
Oleh karena itu, kesadaran perlu dibangun sejak dini utamanya juga terkait pentingnya literasi nutrisi dalam tubuh dapat mengurangi risiko terjadinya PTM akibat aterosklerosis di kemudian hari.
Sebagai manusia yang diberikan akal, jangan hanya mementingkan rasa enak saja ketika makanan di lahap. Namun juga harus berpikir setelah makanan itu masuk ke dalam tubuh ia menjadi racun atau nutrisi.
Tentu semua itu harus di bangun kesadarannya agar angka kematian manusia lantaran kekenyangan (red. makan sembarang) juga bisa menjadi perhatian berbagai pihak selain isu krisis pangan yang melanda dunia.
Terakhir kedua isu tersebut sama berbahayanya dan berimplikasi pada umat manusia yang jika tidak ditangani serius akan berdampak pada depopulasi dunia. Meminjam petuah bijak tidak ada salahnya jika kita harus “Jaga sehat sebelum sakitmu, Jaga hidup sebelum matimu”.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Stasiun Balung, Jejak Warisan Kolonial yang Pernah Ramai Kini Terbengkalai
-
Mengenal Pegon, Kendaraan Tradisional Mirip Pedati yang Ada di Ambulu Jember
-
Mimpi Naik Kereta dari Situbondo ke Jember: Mungkinkah Jalur Panarukan-Kalisat Segera Aktif?
-
Surat Cinta untuk Prabowo, Tolong Selamatkan Pariwisata Jember, Pak!
-
Dear Prabowo Subianto, Kembalikan Semangat Sumpah Pemuda di Era Digital
Artikel Terkait
-
Anies-Ahok Paling Dikagumi dan Relawannya Lebih Militan, Dukungan Jokowi ke Ridwan Kamil Dinilai Minim Efek
-
Sebulan Purnatugas, Berapa Gaji Pensiun Jokowi yang Kini Sudah Sibuk Cawe-Cawe Pilkada?
-
Sudah Sampaikan Undangan, RK Belum Dapat Kepastian Jokowi Hadir atau Tidak di Kampanye Akbar RIDO Terakhir
-
Bongkar soal Kebijakan Impor Gula, Tom Lembong Ngaku Diperintah Jokowi
-
Peran Jokowi Saat Pensiun Dikritik: Malah Jastip dan Jurkam
Kolom
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg