Mayoritas dari kita pasti pernah atau bahkan sering mengalami kegelisahan dalam hidup. Kegelisahan, ketakutan, dan kecemasan melanda karena suatu hal yang tidak pasti terjadi dalam hidup kita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan yang kita jalani ini tidak bisa ditebak. Semua yang terjadi di dunia ini sudah digariskan oleh Sang Pencipta, termasuk takdir kita.
Sehingga tak jarang banyak dari kita berekspektasi tinggi terhadap kehidupan yang kita jalani. Ekspektasi ini sebenarnya tidak salah karena setiap manusia cenderung menginginkan yang terbaik untuk kehidupannya.
Perasaan berharap yang tinggi ini menjadi salah jika dibarengi dengan perasaan takut ketika ekspektasi tidak sesuai dengan keinginan kita. Sehingga kita pun jadi takut untuk melangkah lebih jauh dan mengambil keputusan.
Hal tersebut dapat menyebabkan hidup menjadi tidak tenang karena dibayang-bayang ketakutan. Lalu, bagaimana kita harus menyikapi perasaan itu?
Dalam ajaran filsafat, kita mengenal istilah stoikisme yang mengajarkan untuk mengendalikan diri terhadap emosi-emosi negatif yang ada di pikiran kita. Pikiran negatif yang muncul di pikiran kita dapat dikelola dengan menerapkan stoikisme dalam hidup.
Lalu, apa sebenarnya stoikisme itu? Bagaimana hubungannya dengan ajaran agama Islam? Mari kita simak selengkapnya dalam artikel ini!
Mengenal Stoikisme Lebih Dekat
Stoicism atau stoikisme merupakan ajaran filsafat yang berasal dari Yunani Kuno. Fokus dari ajaran ini adalah untuk menciptakan kedamaian dan kebahagian dalam hidup dengan cara menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
Dalam hidup pasti ada hal yang dapat kita kendali dan hal yang tidak dapat dikendalikan. Manusia akan cenderung memikirkan sesuatu di luar kendalinya.
Sebagai contoh kita tidak dapat mengendalikan komentar negatif orang-orang di media sosial terhadap postingan yang kita upload. Contoh lain yang lebih sederhana seperti kita yang takut jika besok akan hujan padahal akan menghadiri suatu acara penting. Tetapi kita juga tidak bisa berbuat apa-apa karena hujan atau tidak adalah kondisi alam yang tidak bisa kita kendalikan.
Adanya hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan dan terus-menerus memikirkannya membuat kita kehabisan energi. Selain itu, kita juga akan merasa overthinking sehingga mungkin akan menyebabkan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu.
Nah, ajaran stoikisme ini menekankan kepada kita untuk fokus pada hal yang dapat kita kendalikan saja. Daripada memikirkan hal yang tidak pasti lebih baik kita alihkan waktu dan tenaga untuk hal-hal lain yang lebih produktif.
Pandangan Islam Tentang Stoikisme
Jauh sebelum ajaran stoikisme tercetus, Islam sebenarnya telah mengajarkan kepada umatnya agar tidak overthinking. Banyak ayat-ayat di Al-Qur’an yang mengandung hikmah agar kita tidak terlalu takut pada apa yang ada di hadapan kita.
Allah SWT senantiasa mengajarkan kita untuk bersabar dengan segala ujian dan cobaan. Allah SWT Maha Mengetahui dan tidak akan memberikan beban di luar batas kemampuan hamba-Nya. Seperti dalam ayat-ayat Al-Qur’an berikut.
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah ayat 155).
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya," (QS. Al-Baqarah ayat 286).
Selama kita sebagai manusia terus berikhtiar dan berdoa maka Allah SWT akan memberikan yang terbaik pula untuk hamba-Nya. Setelah berikhtiar dan berdoa dengan sungguh-sungguh, kemudian kita bertawakal yaitu berserah diri pada Allah SWT.
Allah SWT juga mengingatkan kepada hamba-Nya agar senantiasa ingat kepada-Nya saat kondisi apapun, senang atau sedih.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram," (QS. Ar-Ra'd ayat 28).
Dengan mengingat Allah SWT di hati kita maka segalanya akan terasa ringan. Apapun yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah SWT dan mengharap ridho kepada-Nya.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa ajaran stoikisme dan Islam sangat berkaitan. Keduanya mengajarkan untuk menyingkirkan hal-hal negatif dan berusaha menciptakan hal-hal positif dalam kehidupan.
Keduanya juga mengajarkan untuk melakukan ikhtiar dan doa serta mempercayakan hasilnya pada Tuhan. Jadi, kita sebagai manusia sebaiknya tidak perlu overthinking terhadap apa yang akan terjadi esok.
Kita seharusnya terus menerapkan prinsip tawakal. Setiap usaha yang kita jalani anggap saja sebagai ibadah kepada Allah SWT, sehingga kita menjalaninya dengan ikhlas dan sabar.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Densus 88 Ringkus 2 Terduga Teroris Negara Islam Indonesia di OKU Timur, Inisial MD dan MA
-
Ulasan Buku Al-Farabi, Sang Maestro Filsafat yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Keutamaan Membaca Ayat Kursi Sebelum Tidur
-
Kelompok Hamas dan Jihad Islam Serang Lokasi Vital Militer Israel di Tel Aviv
-
Absurdisme Hidup dalam Novel The Stranger Karya Albert Camus
Kolom
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg